x

6 Aksi Comeback Dramatis Berujung Juara di Liga Champions

Kamis, 9 Maret 2017 16:16 WIB
Editor: Yohanes Ishak

Pada tanggal 14 Februari 2017 waktu setempat, dunia sepakbola dibuat takjub dengan kekalahan memalukan Barcelona dari PSG. Bukan skor tipis seperti 0-1 atau 1-2, melainkan 0-4, di mana skor ini tentu sangat tidak memungkinkan bagi klub sebesar El Barca.

Meski demikian, skor tersebut sekaligus juga membuktikan jika dalam dunia sepakbola segalanya bisa terjadi. Kekalahan dari Barcelona ini pun langsung memunculkan beberapa komentar-komentar miring terhadap klub tersebut.

Mulai dari para pemain yang kehilangan konsentrasi terkait masa depan pelatih mereka, Luis Enrique yang sempat tidak jelas dan hingga akhirnya kini telah memutuskan untuk tidak lagi melatih Barcelona di musim baru mendatang.

Ada juga yang mengatakan, menurunnya performa dari Neymar Jr, sehingga membuat lini serang Barcelona menjadi sedikit pincang. Meski terus ditimpa komentar miring, Barcelona berhasil membuktikan jika mereka tetap konsisten, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

Salah satunya adalah dengan terus memetik kemenangan demi kemenangan yang menambah kepercayaan diri mereka, hingga berujung kemenangan besar sekaligus melakukan aksi comeback melawan PSG pada dini hari tadi.

Barcelona juga pastinya tidak asing dengan situasi seperti ini. Karena sebelumnya, mereka juga pernah melakukan hal yang serupa, yakni pada musim 2012/13 lalu di ajang dan babak yang sama, Barca kala itu takluk 0-2 dari AC Milan pada leg pertama.

Namun, berbekal percaya diri yang tinggi, pada leg kedua Lionel Messi dan kawan-kawan berhasil bangkit dan tanpa ampun menghajar Milan dengan skor telak 4-0.

Menariknya lagi, dalam sejarah Liga Champions, tim asal Catalan ini bukanlah yang pertama melakukan aksi comeback setelah sempat dikalahkan dan nyaris tidak lagi ada harapan untuk lolos ke babak selanjutnya.

Bahkan, tidak sedikit beberapa klub yang mampu comeback dan sukses menjadi juaranya di akhir kompetisi sepakbola paling bergengsi antarklub di Eropa tersebut.

Siapa sajakah mereka? Berikut ini INDOSPORT akan merangkumnya ke dalam 6 aksi comeback dramatis di ajang Liga Champions:


1. Manchester United vs Bayern Munchen

Final Liga Champions 1999 antara Manchester United vs Bayern Munchen.

Bagi pencinta sepakbola sejati, tentunya cerita dramatis ini tidak akan pernah mereka lupakan, terutama bagi kedua klub yang tampil di final Liga Champions 1998/99 ini.

Ya, final Liga Champions di tahun 1999 mempertemukan raksasa Bundesliga Jerman, Bayern Munchen yang ditangani oleh Ottmar Hitzfeld melawan jagoan dari Liga Primer Inggris, Manchester United yang dibesut oleh pelatih fenomenal, Sir Alex Ferguson.

Dalam pertandingan tersebut, tidak ada yang menyangka jika Munchen sukses mencetak gol sangat cepat melalui gelandang sayap mereka, Mario Basler.

Gol dari Basler ini seakan sempat meruntuhkan mental dari para pemain Man United yang dihuni oleh pemain berkelas seperti, Peter Schemeichel, Gary Neville, Denis Irwin, Jaap Stam, David Beckham, Ryan Giggs, Ole Gunnar Solskjaer, Teddy Sheringham, dan masih banyak lagi.

Skuat Man United di musim 1998/99.

Bagaimana tidak? Sebab, gol dari Basler tercipta saat laga belom berjalan sampai 10 menit atau tepatnya, pertandingan baru memasuki menit ke-6. Beruntung, para pemain The Red Devils kala itu tidak langsung patah semangat hingga peluit akhir berbunyi.

Mario Basler, mencetak gol pertama untuk Bayern Munchen ke gawang Man United di final Liga Champions 1998/99.

Saat itu, waktu pertandingan normal 2x90 menit sudah habis dan telah memasuki perpanjangan waktu. Dari tribun penonton di Stadion Camp Nou pun sudah terlihat dua momen yang berbeda, yaitu para fans Munchen yang mulai bersorak dan menanti tim kesayangannya menjadi juara, sementara fans Man United hanya tertunduk lesu dan terdiam pasrah.

Sementara wasit yang memimpin pertandingan, Pierluigi Collina telah bersiap untuk meniup peluit panjang sambil melihat jam di tangannya untuk menghentikan pertandingan.

Namun siapa yang sangka? Pada menit perpanjangan waktu di satu menit pertama, Teddy Sheringham mampu menyamakan kedudukan. Gol dari Sheringham ini seakan memberikan suntikan kepada para pemain United, termasuk para fans yang tadinya terdiam berubah menjadi bersorak, sementara fans Munchen gantian berubah menjadi terdiam tak percaya.

Saat memasuki menit ketiga di perpanjangan waktu, gol dari Solskjaer benar-benar mengubah atmosfer Camp Nou menjadi milik Manchester United. Saat papan skor berubah menjadi 2-1 milik mereka, seluruh fans maupun para pemain Munchen pun hanya bisa terdiam.

Dan di saat Collina meniup peluitnya sebanyak tiga kali tanda berakhirnya pertandingan. Sorak-sorai gembira pun mewarnai kubu Man United, sementara kabut awan hitam menyelimuti kubu Munchen yang tertunduk lemas karena tak percaya, kemenangan di depan mata harus sirna.

Dua pemain Bayern Munchen hanya bisa tertunduk lesu saat mengetahui gagal menjadi juara.

Berikut ini cuplikan video dari pertandingan tersebut:


2. AS Monaco vs Real Madrid

AS Monaco vs Real Madrid dalam pertandingan babak 8 besar Liga Champions 2003/04.

Pada babak 8 besar Liga Champions di musim 2003/04, Real Madrid yang diperkuat oleh Los Galacticos jilid satu, seperti Iker Casillas, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, David Beckham, Ronaldo (Brasil), Raul Gonzalez, tentunya sangat diunggulkan saat melawan AS Monaco.

Saat mereka berhasil meraih kemenangan dengan skor 4-2 pada leg yang pertama, memang tidaklah mengherankan, karena mereka jauh lebih diunggulkan atas klub Prancis tersebut. Keempat gol mereka mampu dilesakkan oleh Ivan Helguera, Zidane, Luis Gigo, dan Ronaldo.

Sementara dua gol balasan dari Monaco diciptakan oleh Sebastien Squillaci dan juga Fernando Morientes.

Kejadian yang tak diduga itu pun tiba, di mana Monaco secara mengejutkan mampu melakukan aksi comeback dengan gemilang di leg yang kedua.

David Beckham (tengah/Real Madrid) saat dikepung oleh para pemain AS Monaco di babak 8 besar Liga Champions 2003/04.

Pada leg kedua, Madrid memang boleh mendapat keunggulan lebih dulu melalui Raul di menit ke-36. Namun, sebuah gol penyeimbang di menit akhir babak pertama oleh Ludovic Giuly seakan menjadi awal kebangkitan bagi Monaco.

Saat awal babak kedua dimulai, El Real masih memegang kendali skor dengan agregat 5-3 atas Monaco. Tidak lama setelah turun minum, lagi-lagi Morientes berhasil menjebol gawang Madrid saat babak kedua baru berjalan tiga menit.

Agregat skor yang berubah menjadi 5-4 membuat Monaco semakin tampil dominan dengan terus menggencarkan serangan ke lini pertahanan Madrid.

Hingga akhirnya, Giuly berhasil memaksa para pemain dan fans Madrid untuk melihat namanya kembali tercantum di papan skor yang kedua kalinya di menit ke-66.

Agregat pun berubah menjadi sama kuat 5-5 hingga berakhirnya pertandingan. Namun, Monaco berhak melaju ke babak semifinal, karena mereka mampu mencetak gol tandang lebih banyak daripada Madrid.


3. Deportivo vs AC Milan

Deportivo La Coruna vs AC Milan di Liga Champions 2003/04.

Serupa dengan laga AS Monaco melawan Real Madrid. Pertandingan antara klub asal La Liga Spanyol, Deportivo La Coruna melawan unggulan Serie A Italia saat itu, AC Milan juga menyuguhkan drama yang tak akan dilupakan.

Keduanya juga bertemu di babak dan musim yang sama, yakni di 8 besar Liga Champions 2003/04. Sama halnya seperti Madrid, Milan juga kala itu dihuni oleh pemain bertaburan bintang, seperti Ricardo Kaka, Paolo Maldini, Nelson Dida, Andriy Shevchenko, Andrea Pirlo, dan masih banyak lagi.

Melawan Deportivo La Coruno yang tidak terlalu banyak pemain bintang, pastinya Rossoneri jauh lebih diunggulkan.

Pada leg yang pertama saja, klub Setan Merah dari Italia ini mampu melibas Deportivo dengan skor telak 4-1, melalui dua gol dari Ricardo Kaka serta masing-masing satu gol diciptakan oleh Andriy Shevchenko dan Andrea Pirlo.

Sementara gol tunggal dari Deportivo diciptakan oleh Walter Pandiani yang mampu mencetak gol lebih dulu daripada ketiga pemain Milan tersebut.

Pastinya tidak akan ada yang menyangka, jika gol dari Pandiani justru menjadi titik awal kebangkitan bagi mereka di leg yang kedua.

Selebrasi para pemain Deporivo La Coruna (biru-putih) atas AC Milan.

Ya, pada leg kedua, Deportivo mampu mengejutkan dunia sepakbola dengan menghajar Milan tanpa ampun melalui skor empat gol tanpa balas.

Lagi-lagi Pandiani mencetak gol lebih dulu, yang diikuti oleh Juan Carlos Valeron, Albert Luque, dan Fran Gonzalez. Keempat gol yang diciptakan oleh mereka ini tak mampu dibalas oleh para pemain bintang Milan, sehingga langkah mereka pun harus terhenti dengan agregat 5-4 untuk keunggulan Deportivo.

Sekali lagi hasil ini membuktikan, jika dalam dunia sepakbola, segalanya masih bisa dapat terjadi.


4. AC Milan vs Liverpool

Liverpool saat menjuarai Liga Champions 2004/05.

Memasuki era modern, dunia sepakbola pastinya tidak akan melupakan aksi comeback yang terbilang sangat fenomenal dan dramatis ini.

Pada partai final Liga Champions 2004/05, dua klub yang identik dengan warna merah, AC Milan dan Liverpool saling bertemu di Turki, Stadion Atatruk, Istanbul.

Nyaris serupa dengan final Liga Champions di musim 1998/99, Milan mampu lebih dulu mencuri keunggulan melalui kapten mereka, Paolo Maldini saat laga belum benar-benar memasuki menit pertama.

Tentunya, gol dari pemain berposisi bek tengah itu langsung menurunkan semangat dari para pemain Liverpool yang tak percaya, mereka dengan mudah kebobolan di awal-awal laga dengan begitu cepat.

Mental mereka pun semakin dibuat kendur, setelah Hernan Crespo mampu dua kali menjebol gawang Liverpool di menit ke-39 dan ke-44.

Hernan Crespo, saat mencetak dua gol ke gawang Liverpool di final Liga Champions 2005.

Saat turun minum, seluruh pencinta sepakbola dunia maupun fans Milan, pastinya akan mengira jika Rossoneri yang telah unggul 3-0 di babak pertama ini mampu berpesta gol lagi di babak kedua atau setidaknya, mereka telah menaruh satu tangan di trofi Liga Champions.

Pada kenyataannya, Dewi Fortuna ternyata lebih tertarik memeluk Liverpool di babak kedua. Bagaimana tidak? Hanya dalam waktu 15 menit pertama usai turun minum, The Reds mampu menyamakan kedudukan menjadi 3-3.

Adalah sang kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso yang berhasil membuat Liverpool mampu menyamakan kedudukan.

Skor 3-3 usai gol dari Xabi Alonso pun membuat pertandingan seakan kembali dimulai dari awal, karena kedua tim sama-sama mulai tampil panas.

Sayangnya, hingga wasit meniup peluit akhir laga termasuk perpanjangan waktu, skor 3-3 masih tak berubah dan harus diakhiri dengan adu penalti.

Di sinilah drama itu tercipta, Liverpool pada akhirnya mampu menang dengan skor 3-2 melalui adu tos-tosan tersebut. Tiga dari pemain Milan, Serginho, Pirlo, Shevchenko gagal mencetak gol. Hanya Jon Dahl Tomasson dan Ricardo Kaka saja yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Sementara Liverpool, mereka berhasil unggul melalui Diermat Hamann, Djibril Cisse, dan Smicer yang sukses menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara, John Arne Riise yang gagal mengeksekusi penalti seakan hanya memanaskan drama penalti tersebut.

Hingga akhirnya, aksi comeback Liverpool pun berakhir dengan gelar juara milik dari mereka.


5. Chelsea vs Napoli

Chelsea saat melakukan aksi comeback melawan Napoli di babak 16 besar Liga Champions 2011/12.

Pastinya tidak akan ada yang menyangka, jika klub yang dinilai sebagai kuda hitam, Chelsea mampu menjadi juara di Liga Champions musim 2011/12 lalu.

Hal ini tak lepas dari terpuruknya mereka di kancah domestik, sementara di Liga Champions, mereka juga harus mengalami perjuangan yang tidaklah mudah.

Pada babak 16 besar leg pertama, mereka telah dibekuk oleh klub Serie A Italia, Napoli dengan skor 3-1. Saat itu, mereka tertinggal oleh dua gol Ezequiel Lavezzi dan Edinson Cavani, sementara satu-satunya gol yang mampu mereka ciptakan berasal dari Juan Mata.

Gol dari Mata juga menjadi titik nadir bagi klub London Biru untuk bangkit. Pada leg kedua, bersama pelatih interim yang juga merupakan legenda mereka, Roberto Di Matteo, Chelsea yang mulai tak diunggulkan rupanya mampu melakukan aksi comeback dengan luar biasa.

Didier Drogba saat mencetak gol ke gawang Napoli dalam pertandingan Liga Champions babak 16 besar 2011/12.

Ya, mereka mampu membalas Napoli dengan skor telak 4-1 melalui gol dari Didier Drogba, John Terry, Frank Lampard, dan Branislav Ivanovic. Sementara Napoli mampu membalas satu gol melalui Gokhan Inler di menit ke-55.

Menariknya, aksi comeback mereka ini benar-benar membuat Chelsea selalu termotivasi di babak selanjutnya, hingga pada akhir kompetisi mereka mampu menjadi juara dengan mengalahkan klub unggulan Bayern Munchen di partai final.


6. Wolfsburg vs Real Madrid

Real Madrid saat melawan Wolfsburg dalam pertandingan Liga Champions babak 8 besar.

Dunia sepakbola saat itu kembali dibuat tak percaya, setelah Real Madrid dibekuk oleh wakil Jerman, Wolfsburg dengan skor 0-2 di babak 8 besar.

Padahal, hampir seluruh skuat mereka dihuni oleh pemain bintang dunia, seperti Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, Toni Kroos, Karim Benzema, Sergio Ramos, James Rodriguez, dan masih banyak lagi.

Kekalahan El Real ini tidak sedikit yang menduga, karena saat itu mereka memang sering disebutkan memiliki hubungan yang kurang harmonis di ruang ganti.

Termasuk hilangnya konsentrasi permainan, setelah pelatih utama mereka, Rafael Benitez dipecat dan digantikan oleh sang legenda yang sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih, Zinedine Zidane.

Meski ditimpa komentar tak sedap, klub Ibu Kota Spanyol ini rupanya tak mau ambil pusing dan mampu tetap tampil konsisten.

Los Blancos berhasil membuktikannya melalui aksi comeback mereka di leg kedua dengan mengalahkan Wolfsburg dengan skor 3-0.

Adalah Cristiano Ronaldo yang menjadi pahlawan untuk Madrid, di mana dirinya sukses mencetak hattrick pada laga tersebut.

Serupa dengan Chelsea, aksi comeback mereka ini juga berujung menjadi motivasi untuk mereka, hingga akhirnya mampu keluar menjadi juara di akhir kompetisi.

Real MadridManchester UnitedLiverpoolChelseaBarcelonaAC MilanNapoliWolfsburgDeportivo La CorunaBola Internasional

Berita Terkini