x

Ben Yedder, Si Penakluk Man United asal Komunitas Muslim Pinggiran Kota Paris

Rabu, 14 Maret 2018 12:54 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
Aksi selebrasi Wissam Ben Yedder bersama Johannes Geis.

Klub asal Spanyol, Sevilla saat ini tengah menjadi sorotan. Bagaimana tidak, mereka baru saja berhasil mengalahkan Manchester United dan berhak melangkah ke babak perempafinal Liga Champions 2017/18.

Setelah imbang dalam leg pertama yang berlangsung di kandang mereka sendiri pada 22 Februari 2018 lalu, Sevilla mampu melewati laga sengit di Old Trafford dengan kemenangan 2-1.

Satu hal menarik dari  dua gol kemenangan Sevilla tersebut datang dari pemain yang baru masuk sebagai pengganti, yakni Wissam Ben Yedder. Hebatnya lagi, gol pertama Ben Yedder tercipta dalam kurun 87 detik saja sejak ia menginjakkan kaki di lapangan.

Baca Juga

Dua gol ke gawang David De Gea itu pun membuat Ben Yedder kini telah menyumbangkan delapan gol untuk Sevilla di ajang Liga Champions 2017/18. Torehan gol itu lebih banyak ketimbang total penampilannya yang baru tujuh kali bermain.

Namun, sebelum menjadi salah satu mesin pencetak gol andalan Sevilla, seorang Ben Yedder harus melalui lika-liku kehidupan yang tidak gampang. Apalagi, ia sendiri lahir dan besar di kota yang dipenuhi masyarakat minoritas di Paris, Prancis.

Berikut INDOSPORT coba meruntut kembali perjalanan Ben Yedder dalam perjuangannya menjadi seorang pesepakbola profesional:


1. Penuh Perjuangan

Ben Yedder dalam aksinya melawan Man United di leg kedua 16 besar Liga Champions 2018.

Bila kalian menganggap bahwa karier Ben Yedder menjadi seorang pesepakbola sudah mulus dari awal, kalian salah besar. Pasalnya, sejak kecil pria kelahiran 12 Agustus 1990 itu sudah terbiasa dengan perjuangan, tidak hanya di sepakbola tetapi juga kehidupan sehari-hari.

Kesulitan Ben Yedder saat masih kanak-kanak itu tidak lepas dari kondisi tempat kelahirannya di Sarcelles, Paris, Prancis.

Berjarak 16,3 km dari pusat kota Paris, Sarcelles merupakan kota pinggiran yang mayoritas penduduknya berstatus imigran. Kebanyakan imigran tersebut berasal dari negara-negara Arab dan Afrika, seperti Algeria dan Mesir.

Kondisi itu secara otomatis membuat Sarcelles menjadi salah satu daerah di Prancis yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, yang notabene agama minoritas di Prancis.

Besar di daerah yang dipenuhi kaum minoritas pun diakui oleh Ben Yedder membuatnya sempat nyaris mengubur mimpinya menjadi seorang pesepakbola.

"Harus diakui, masa kecil saya penuh dengan kesulitan. Tidak banyak orang sukses yang berasal dari Sarcelles," ujar Ben seperti dikutip dari situs resmi UEFA.

"Sebenarnya ada banyak talenta bagus di sana (Sarcelles) dan berpotensi menjadi pemain besar, tapi jarang ada pencari bakat yang datang. Kondisi itu menjadi sulit karena meskipun punya bakat, sangat sedikit yang bisa sukses," tambahnya menjelaskan.

Terlepas dari kondisi yang membuatnya mengalami banyak kesulitan, Ben Yedder tetap bersyukur bisa besar di Sarcelles. Pasalnya, ia jadi belajar menghargai yang namanya keberagaman budaya.


2. Kebiasaan Unik

Aksi selebrasi Wissam Ben Yedder.

Kelihaian Ben Yedder dalam mengonversi peluang menjadi sebuah gol tidak datang secara instan. Ada kerja keras dan determinasi tinggi yang ia tunjukkan untuk bisa memiliki kemampuan yang membuat namanya bisa tercatat di papan skor.

Ketika masih kanak-kanak, Ben Yedder punya kebiasaan unik agar kemampuannya semakin terasah. Kebiasaan itu adalah dengan selalu menantang anak-anak lain yang lebih tua dari usianya.

Bukan tanpa sebab Ben Yedder memilih anak-anak yang lebih tua untuk di ajang bertanding. Pasalnya, dari situ ia secara perlahan menumbuhkan rasa percaya diri dan menjadi jalan bagi dirinya mengejar kesuksesan.

"Sukses itu hanya bisa Anda kejar. Saya selalu percaya bahwa saya akan sukses. Kuncinya adalah kesetiaan dan jangan pernah berhenti percaya. "

"Meski terkadang kondisi tidak berjalan sesuai rencana, Anda harus tetap percaya bahwa yang Anda lakukan akan berakhir manis," tuturnya.

Sekadar informasi, sebelum benar-benar serius terjun ke dunia sepakbola profeisonal, Ben Yedder lebih banyak bermain sepakbola di jalanan. Ia pun sempat bergabung dengan sebuah klub futsal selama dua tahun.


3. Teman Dekat Mahrez

Riyad Mahrez, gelandang serang Leicester City.

Lahir dan besar di Sarcelles ternyata membuat pemain yang dibeli Sevilla senilai sembilan juta euro (sekitar Rp153 miliar) dekat dengan bintang Leicester City, Riyad Mahrez.

Ya, Mahrez sendiri memang lahir dan besra di Sarcelles. Terlebih lagi, Ben dan Mahrez memiliki tahun kelahiran yang sama, yakni sama-sama 1990.

Ben pun mengaku memiliki kenangan indah saat bermain bersama Mahrez saat masih anak-anak. Terkadang mereka terlalu asyik bermain sepakbola hingga akhirnya lupa waktu.

"Sangat menyenangkan bila mengingat kembali masa-masa saat kemi berdua masih kecil dulu. Ibu kami sering sekali marah dan berteriak memanggil nama kami karena sering terlambat pulang ke rumah," kenang Ben.

Manchester UnitedLiga ChampionsSevillaLiga Spanyol

Berita Terkini