x

Diego Costa, Laksana Superman Lapangan Hijau

Jumat, 4 Mei 2018 19:23 WIB
Penulis: Josephine Krisna Dewi Prawesti | Editor: Gerry Crisandy
Diego Costa

Penampilan Diego Costa melawan Leganes merupakan pertandingan pertamanya pasca cedera. Beberapa penggemarnya masih mengkhawatirkan kondisinya, namun semua itu berbanding terbalik ketika kemenangan agregat Atletico membawanya ke babak final. 

Baca Juga

Di hadapan 67 ribu penonton, setidaknya ada senyum bahagia yang terpancar dari senyumnya. Dibalik senyum lebarnya - hingga gemerlap La Liga Spanyol yang kini membentuk reputasinya, ada cerita kecil yang membayanginya hingga saat ini.

Striker dari timur laut Brasil berkulit gelap, memulai kariernya sejak usia 14 tahun. Sebuah klub di Sao Paulo, Esportivo Capela - menjadi saksi hidup kiprahnya di dunia sepak bola. 


1. Numpang ke Pamannya

Diego Costa usai menjebol gawang Arsenal

Paoulo Moura, Presiden Klub Esportivo Capela yang bermarkas di Sao Paulo Brazil menceritakan pengalaman pertamanya bertemu dengan Diego Costa. 

"Diego, datang ke Sao Paulo untuk tinggal bersama pamannya. Saya tidak tahu apakah dia bermaksud untuk bekerja atau bermain sepak bola. Tetapi pamannya memiliki bisnis perdagangan di pusat kota Sao Paulo. Pamannya inilah yang membawanya kepada kami," ujar Moura.

Barcelona Esportivo Capela hanyalah klub kecil yang tak berprospek pada piala. Mereka bekerja seperti agen pesepakbola, membuka peluang bagi pesepakbola berbakat. Dan mereka memberikan kesempatan pada Diego pada turnamen U-17.

“Pada saat itu, kami akan melakukan perjalanan. Kami memiliki turnamen untuk dimainkan di Minas Gerais, ”kata Moura.


2. Tiga Gol Setiap Pertandingan

Diego Costa saat tampil membela Atletico Madrid melawan Sporting Lisbon.

Usianya yang masih belia, Diego Costa sudah meninggalkan kampung halaman dan pamannya. Menyetujui alur perjalanan yang Paoulo Moura tentukan demi masa depannya.  

“Saat itu saya bertanya di mana dia akan bermain, dan dia memberi tahu saya bahwa dia adalah pemain depan. Saya berbicara dengan pamannya dan berkata, 'Kami akan pergi besok, jika Anda memberinya izin, ia dapat bepergian bersama kami.' ”

Meskipun tak begitu mengesankan di awal pertandingan, namun hari demi hari Diego Costa melatih dirinya dengan baik. Kakinya semakin lihai mengendalikan bola, matanya semakin tajam dalam membidik titik gawang - membuat dirinya semakin unggul dibandingkan teman-teman sebayanya. 

“Selama kompetisi dia mencetak tiga atau empat gol di setiap pertandingan. Kemudian, ketika dia berusia 16 tahun, dia langsung masuk ke tim pertama. Dia berusia 16 tahun dan segera pelatih kami berkata: 'Sekarang dia akan bermain dengan para profesional'.


3. Budi Pekerti yang Baik

Sergio Aguero dan Diego Costa, saat membela Atletico Madrid

Meskipun ia terlihat agresif di lapangan, namun di mata Moura itu hanyalah karakterisitiknya saja. Di luar lapangan ia adalah orang yang baik hati. Budi pekertinya baik dan sangat memuji hasil didikan keluarga Costa. 

"Dia bukan anak laki-laki yang naif, yang tidak tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah punya sikap. Ini banyak membantu kami dalam pembentukan karakternya.

“Dia berasal dari keluarga yang rendah hati, tetapi dia berasal dari keluarga yang terstruktur dengan baik. Ibunya adalah seorang guru, dia memiliki saudara kandung yang berpendidikan, dia mau belajar, sikap inilah yang langka di Brasil. Ini sangat membantu. Kepribadian Diego dibangun di dalam rumah."


4. Laksana Clark Kent di Lapangan Hijau

Diego Costa berseragam Atletico Madrid.

Kemudian perlahan karakter Diego Costa terbentuk sangat agresif. Ia seperti tak mau kalah jika berada di lapangan.  

“Dia selalu seperti itu,” Moura menjawab, “Dia selalu seperti orang yang kuat dan marah. Tapi di luar lapangan dia tidak. Di luar lapangan dia selalu benar-benar baik, dia suka bercanda. ”

Ketika ditanya mengenai tokoh Superman dalam diri Diego Costa, Moura menjawab "Persis! Persis! Itu Clark Kent, dia melepas kacamatanya dan berubah menjadi Superman. Sesuatu seperti itu. Saya percaya bahwa Diego mengilhami ini ke dalam hidupnya dan itu berjalan dengan baik. Sangat baik. ”


5. 'Dia Bukan Pesepakbola U-20'

Diego Costa, penyerang Chelsea.

Setelah setahun bermain di tingkat keempat di liga negara bagian Sao Paulo, Costa mendapat kesempatan besar. Ia menghubungi klub di Portugal dan ternyata mereka tertarik untuk membawanya. 

“Kami meminjamkannya ke Braga. Dia tiba di sana untuk berlatih di U-20 dan di sesi pertamanya, pelatih tim Braga B menyaksikannya. Dia berkata kepada manajer U-20, 'Kamu bawa anak ini ke sisiku? Dia bukan pemain U20," kenangnya.

"Jadi, dia pergi berlatih dengan tim B. Kemudian, pelatih tim pertama, Jesualdo, menonton tim B dan berkata, 'Keluarkan dia dari sana! Dia bukan pemain tim B, dia datang untuk berlatih dengan pesepakbola pro. 'Semua ini terjadi berkat kerja keras Diego. ”


6. Ia Tak Mengkhianati Brazil

Diego Costa yang sering dikatakan mengkhianati Brazil pasca kepindahannya ke timnas Spanyol

Rekannya di kala muda yakni Lucas Maxi Santos, Marcelo Felipe dan Gerson Matheus, telah mempengaruhi pemikirannya agar lebih maju. Mereka selalu berdiskusi soal tim sepak bola papan atas. 

Kepindahannya ke timnas Spanyol bukan tak beralasan. Banyak diantara penggemarnya menganggap jika Diego mengkhianati Negaranya. 

“Di tim Brasil, dia tidak pernah memiliki kesempatan. Dia memainkan dua pertandingan persahabatan, hanya sekitar 15 menit. Setelah itu mereka memiliki dua atau tiga kesempatan lagi untuk memilihnya, tetapi Felipao tidak memanggilnya sekali pun.

“Orang-orang mengatakan dia mengkhianati tanah airnya. Siapa pun yang bermimpi adalah untuk melayani negara mereka, tetapi ketika negara mereka tidak menginginkannya, Anda mengejar impian kedua Anda.

“Dia membuat seluruh kehidupan profesionalnya di Spanyol”, Dia tidak pernah memiliki apa pun di sini. Jika dia berutang sesuatu kepada seseorang secara profesional, dia berhutang pada Spanyol, bukan ke Brasil. Mengatakan bahwa dia mengkhianati tanah air itu tidak benar," pungkasnya sembari membakar cerutu.

Diego CostaLaLiga SpanyolLiga Spanyol