x

4 Evaluasi yang Harus Dilakukan Pemimpin Klasemen Sementara di 5 Liga Elite Eropa

Sabtu, 23 Maret 2019 19:52 WIB
Penulis: Ridi Fadhilah Khan | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Jurgen Klopp dan Ole Gunnar Solskjaer memberikan instruksi

INDOSPORT.COM- Kompetisi sepak bola di benua Eropa kini tinggal menghitung jari lagi. Ya, setidaknya lima liga teratas Eropa saat ini sudah memasuki fase-fase terakhirnya, dan tinggal menunggu waktu untuk mengetahui siapa yang akan keluar sebagai kampiun.

Mulai dari Bundesliga, Ligue 1, Premier League, La Liga dan Serie A, saat ini sudah memiliki pemimpinnya masing-masing.

Akan tetapi, tak semuanya bisa bernafas lega mengingat ada yang harus berusaha keras mempertahankan posisinya dari kejaran pesaing terdekatnya.

Baca Juga

Seperti Liverpool yang harus menjauh dari kejaran Manchester City. Begitupula dengan Bayern Munchen yang sempat mengkudeta Borussia Dortmund dari puncak klasemen, dan kini harus menjauh.

Akan tetapi, tak sedikit pula yang bisa bernapas panjang, mengingat jarak poin yang dimilikinya dengan pesaing terdekatnya cukup jauh seperti Juventus, Barcelona dan Paris Saint-Germain (PSG).

Walau begitu, perumpamaan 'bola itu bundar' tentu saja tidak bisa dikesampingkan. Sebagai contoh, Dortmund yang sepanjang musim 2018/19 berlangsung memimpin dengan santai Bundesliga, seketika harus merelakan posisinya direbut oleh sang rival, The Bavarians.

Baca Juga

Untuk menghindari kejadian serupa, tentu saja para pemimpin ini wajib melakukan beberapa evaluasi. INDOSPORT pun coba menilik apa saja yang harus dievaluasi oleh para pelatih. Berikut daftarnya.


1. Coba Mainkan Pemain Muda untuk Regenerasi

Pemain muda Chelsea Callum Hudson-Odoi

Regenerasi di jaman sekarang menjadi persoalan tersendiri di dunia sepak bola. Tak sedikit klub-klub besar di Liga Eropa kesulitan mencari penerus, ketika pemain andalannya hengkang atau pensiun.

Contoh nyata akan hal ini adalah AC Milan yang harus terpuruk setelah beberapa pemain bintangnya memutuskan hengkang dan pensiun secara bersamaan.

Dengan kompetisi yang saat ini tinggal menghitung waktu saja, tak ada salahnya bukan untuk coba memainkan atau memberikan jam terbang kepada para pemain muda tersebut.

Sebagai contoh ialah Callum Hudson-Odoi, yang memiliki potensi menjadi pemain bintang Chelsea di masa depan. Atau contoh lainnya adalah Moise Kean di Juventus yang di beberapa kesempatan mampu tampil apik bersama pasukan Si Nyonya Tua.

Dengan memainkan pemain muda ini, artinya para pemain senior memiliki waktu istirahat yang cukup dan bisa mengembalikan kondisi untuk musim depan.

Baca Juga

Konsisten

Julian Weigl gagal mengamankan peluang ke gawang Tottenham pada pertandingan babak 16 besar Liga Champions di Stadion Westfalen, Rabu (06/03/19).

Ya, konsisten bisa dikatakan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh klub manapun. Sebagai contoh di musim ini saja terdapat tiga klub dari dua liga yang harus merasakan akibat dari inkonsisten permainannya, yakni Manchester City, Liverpool, dan Borussia Dortmund.

Untuk City dan Liverpool, keduanya memang masih salip menyalip di papan atas Primer League. Akan tetapi, sedikit kesalahan saja di beberapa pekan ke depan, diyakini dapat memutuskan siapa yang akan berakhir sebagai kampiun di akhir musim nanti.

Baca Juga

Sedangkan untuk Dortmund, bukti kurangnya konsisten telah benar-benar mereka rasakan pada musim ini. Bagaimana tidak?

Hampir satu musim lamanya Dortmund memuncaki klasemen Bundesliga, bahkan tak sedikit yang memprediksi bahwa musim ini adalah musim mereka untuk memutuskan dominasi Munchen di kasta tertinggi sepak bola Jerman.

Akan tetapi, semuanya hancur begitu saja, ketika Dortmund gagal menunjukan konsistensinya jelang akhir musim. Alhasil, posisi puncak yang mereka tempati hampir satu musim harus rela diberikan kepada sang rival, Munchen.


2. Fokus Liga

Mohamed Salah duel dengan Aymeric Laporte

Walau gelar juara Liga sudah depan mata, para pemuncak klub lima Liga Eropa ini tentu saja masih memiliki kompetisi lainnya, seperti Liga Champions dan Piala domestik lainnya.

Dengan masih adanya pertandingan lainnya di luar liga, maka para pemimpin ini harus menentukan mau memfokuskan kemana.

Bisa saja fokus ke Liga, atau fokus ke Liga Champions. Harus ditentukan salah satu, tidak bisa dua-duanya. Maka dari itu para pelatih harus segera mungkin memutuskan fokus mereka ke kompetisi mana, apakah Liga atau kompetisi luar lainnya.

Baca Juga

Jaga Harmonisasi Para Pemain

Jamie Carragher dan Alvaro Arbeloa ketika bertengkar

Harmonisasi pada sebuah tim memang tidak bisa dikesampingkan. Terlebih, pada sepak bola permainan tim sangat dibutuhkan, dibandingkan permainan individu. Maka dari itu, para pelatih diharapkan bisa menjaga hubungan antar pemainnya hingga akhir musim nanti.

Sebagai contoh nyata akan keharmonisasi para pemain adalah kejadian yang melibatkan Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman yang terjadi pada laga Persib Bandung vs Barito Putera.

Kala itu, Maung Bandung yang sedang berusaha mencari kemenangan harus tertegun malu setelah ditahan imbang oleh Barito.

Tak sedikit yang menyalahkan kedua pemain asing tersebut, mengingat sudah menunjukan ketidakharmonisaan antar pemain di tengah-tengah lapangan.

Contoh lain lagi adalah saat Liverpool tengah berjadai di musim 2008/09. Kala itu Liverpool bersaing dengan Man United untuk menjadi yang terbaik di Liga Primer Inggris.

Namun cedera yang dialami oleh Fernando Torres menjelang akhir musim, serta pertengkaran internal yang terjadi antara Jamie Carragher dan Alvaro Arbeloa membuat fokus Liverpool buyar, dan gagal meraih gelar Liga Primer Inggris.

Terus Ikuti Bola Internasional Lainnya Hanya di INDOSPORT.

Premier LeagueLaLiga SpanyolSerie A ItaliaBundesliga JermanLiga ChampionsBola InternasionalLigue 1

Berita Terkini