x

Benarkah Ada Match Fixing di Semifinal Liga Champions 2018/19?

Kamis, 9 Mei 2019 16:51 WIB
Editor: Coro Mountana
Sempat ekspresi senang karena unggul lebih dulu, namun pada akhirnya para pemain Ajax Amsterdam tertunduk lesu saat dikalahkan Tottenham Hotspur.

INDOSPORT.COM – Pasti Anda setuju jika Liga Champions 2018/19 merupakan edisi terbaik dengan bumbu berupa drama atau epic comeback yang kerap terjadi, namun sadarkah jika itu merupakan indikasi match fixing?

Tunggu dulu, sebelum marah-marah karena tidak terima timnya lolos ke final dengan dugaan match fixing, ada baiknya untuk melihat fakta kalau momen epic comeback Liga Champions 2018/19 sudah terlalu sering.

Dari babak 16 besar, kejutan sudah langsung terpampang jelas ketika Paris Saint-Germain (PSG) disingkirkan oleh Manchester United.

Masalahnya sangat tidak masuk akal PSG yang sudah mampu mengalahkan Man United yang dibela Paul Pogba dengan skor 2-0 di Old Trafford justru kalah pada leg kedua di Paris.

Baca Juga

Padahal, di Paris, Manchester United tanpa Pogba harus bermain dengan sejumlah pemain mudanya seperti Scott McTominay, Andreas Pereira, Tahith Chong, dan Mason Greenwood. Namun, tim tamu justru mampu menang 3-1.

Duel PSG vs Man United bukan satu-satunya yang mengejutkan di 16 besar. Satu lagi yang menggemparkan adalah Real Madrid vs Ajax Amsterdam.

Menjadi di luar nalar melihat Real Madrid dibantai Ajax 1-4 pada leg kedua di Bernabeu, padahal mereka sempat menang 2-1 di Amsterdam.

David Neres (Ajax) berhasil berhasil mencetak gol ke gawang Thibaut Courtois pada laga Liga Champions 16 besar di stadion Bernabeu, Rabu (06/03/19) Spanyol.

Lanjut ke babak delapan besar, keberhasilan Ajax Amsterdam menyingkirkan Juventus masuk dalam kategori sangat mengejutkan.

Juventus, yang diperkuat oleh Cristiano Ronaldo, secara aneh bin ajaib kalah di kandang sendiri dari Ajax Amsterdam yang mayoritas masih diisi ‘anak-anak bau kencur’ dalam skuatnya.

Tak hanya Ajax, Tottenham Hotspur juga membuat kejutan dengan menyingkirkan Manchester City yang jelas lebih diunggulkan.

Baca Juga

Manchester City diunggulkan karena merupakan penguasa di Liga Primer Inggris dan dalam beberapa laga terakhir selalu mampu kalahkan Tottenham.

Hingga akhirnya di babak semifinal Liga Champions, bisa dibilang menjadi puncaknya dengan momen epic comeback Liverpool atas Barcelona dan saat Tottenham singkirkan Ajax Amsterdam.

Tak pelak banyak yang menduga adanya praktik match fixing di Liga Champions dalam jagat media sosial, Twitter.

Lantas mengapa momen epic comeback disebut sebagai indikasi match fixing?

Berikut kami hadirkan ulasan mengenai hubungan epic comeback dengan match fixing hanya untuk anda.


1. Liverpool dan Tottenham Itu Tidak Diunggulkan Sama Sekali

Luis Suarez menunduk kecewa usai Barcelona gagal ke babak final Liga Champions 2018/19.

Pertama yang harus dipahami adalah Liverpool dan Tottenham jelang leg kedua dimulai sama sekali tidak diunggulkan. Liverpool menjadi underdog usai kalah 0-3 di leg pertama, sedangkan Tottenham menyerah 0-1 dari Ajax Amsterdam.

Menurut data yang dilaporkan oleh Bleacher Report melalui akun di media sosialnya, peluang Tottenham dan Liverpool untuk lolos ke final sangat kecil.

Liverpool disebut hanya punya 6% berbanding 94% milik Barcelona, sedangkan Tottenham dengan 12% banding 88% punya Ajax.

Data yang dilaporkan oleh Bleacher Report pun sejatinya tidak ada yang salah karena sangat wajar bila peluang Liverpool dan Tottenham lolos ke final sangat kecil.

Secara psikologis, pasti akan banyak orang yang memasang taruhan di rumah judi yang dipercayainya pada kemungkinan final antara Barcelona vs Ajax.

Akan sangat beresiko tinggi bila memasang Liverpool vs Tottenham di final kecuali memang anda suka tantangan.

Baca Juga

Bahkan berdasarkan laporan dari Oddschecker, hanya ada 1 dari 65 orang yang berani menyebut kalau Liverpool akan bertemu dengan Tottenham Hotspur di babak final Liga Champions.

Dengan kata lain, peluang Liverpool dan Tottenham lolos ke final hanya mencapai 1,5 % saja.

Namun yang terjadi adalah sebaliknya, justru Liverpool dan Tottenham Hotspur yang berhasil lolos ke babak final Liga Champions dengan cara epic comeback.

Melihat banyaknya orang yang akan mengungulkan Ajax Amsterdam akan bertemu dengan Barcelona di final, rasanya akan wajar jika ada ‘oknum’ yang ingin mengubah prediksi itu.

Ilustrasi match fixing

Tujuannya adalah meraup keuntungan sebesar mungkin yang berakibat banyaknya orang akan kalah judi karena salah pasang di bursa taruhan. Sehingga cara apapun akan dilakukan agar hasil pertandingan berbeda dengan sebagian besar yang diprediksi oleh banyak orang.

Tak terkecuali dengan cara match fixing atau yang biasa kita kenal dengan pengaturan skor agar bisa mengubah hasil laga.

Tapi, jangan gegabah terlebih dulu, tentu itu hanya indikasi yang belum bisa dibuktikan kebenarannya apakah semifinal Liga Champions terpapar match fixing atau tidak.

Menjadi tugas dari UEFA dan komitenya untuk menginvestigasi apakah ada kemungkinan match fixing dalam semifinal Liga Champions. Selama belum terbuki apakah ada match fixing atau tidak, ada baiknya untuk menikmati Liga Champions tanpa ada prasangka buruk.

Seperti halnya dengan menonton sulap, jika sudah tahu rahasia di balik trik-nya, maka menonton pertunjukannya akan terasa hambar.

Liverpool Comeback Again, Saatnya Juara! 

Terus Ikuti Perkembangan Seputar Liga Champions 2018/19 di INDOSPORT.

Real MadridManchester UnitedLiverpoolManchester CityBarcelonaLiga ChampionsParis Saint-GermainJuventusTottenham HotspurAjax AmsterdamPengaturan Skor Pertandingan (match fixing)

Berita Terkini