x

Tersingkir di Copa America 2019, Suporter Timnas Indonesia Bisa Belajar Hal Ini dari Jepang

Selasa, 25 Juni 2019 14:29 WIB
Editor: Coro Mountana
Aksi suporter menyalakan flash light di laga uji coba Timnas Indonesia Senior melawan Vanuatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (15/06/19). Foto Herry Ibrahim

INDOSPORT.COM – Perjalanan Jepang di Copa America 2019 memang telah usai setelah hanya mampu mengemas 2 poin dari 3 laga saja, tapi ada sedikit pelajaran yang bisa diambil oleh suporter Timnas Indonesia.

Jepang harus mengubur impian mereka untuk melangkah lebih jauh lagi di Copa America setelah ditahan imbang oleh Ekuador 1-1. Di dua laga sebelumnya, Jepang hanya meraih hasil imbang kala jumpa Uruguay tapi dibantai oleh Chile di laga pembuka.

Baca Juga

Meskipun hanya berstatus sebagai tamu undangan dalam ajang Copa America 2019 kali ini, Jepang telah mempertontonkan kualitas sebagai salah satu tim terbaik di Asia. Bagaimana tidak, mereka sempat menahan imbang tim terbanyak pengoleksi gelar Copa America, Uruguay.

Namun memang sangat disayangkan kekalahan telak dari Chile dan hasil seri kala jumpa Ekuador menjadi aib yang harus diterima Jepang sehingga mereka mengepak koper untuk pulang lebih cepat.

Baca Juga

Namun meski telah tersingkir, rupanya ada pelajaran yang bisa dipetik suporter Timnas Indonesia, apa itu?


1. Jepang Turunkan Skuat Muda di Turnamen Bergengsi

Aksi selebrasi timnas Jepang melawan Ekuador fase grup Copa America 2019.

Perlu diketahui bahwa Jepang membuat sebuah gebrakan yang sangat tidak biasa yaitu menurunkan mayoritas pemain muda yang usianya di bawah 23 tahun di ajang sebesar Copa America 2019.

Padahal sesama negara Asia yang juga berstatus tamu undangan, Qatar saja masih memainkan pemain utamanya. Lantas apa yang dicari Jepang?

Rupanya, Jepang memang sengaja memainkan pemain muda karena lebih fokus pada ajang Olimpiade 2020 di Tokyo. Harapannya adalah skuat Jepang yang memang diproyeksikan untuk Olimpiade 2020 bisa mendapatkan pengalaman berharga di Copa America 2019.

Edinson Cavani dan Takehiro Tomiyasu di laga Uruguay vs Jepang pada turnamen Copa America 2019, Jumat (21/06/19)

Jika ditilik lebih dalam skuat Jepang, mereka hanya menurunkan 5 pemain yang usianya di atas 23 tahun. Bahkan, hanya ada 3 pemain yang jumlah caps-nya di atas 15 pertandingan yang menandakan bahwa skuat Jepang di Copa America 2019 tak lebih dari kumpulan bocah ingusan.

Ketiga pemain tersebut adalah Eiji Kawashima, Gaku Shibasaki, dan Shinji Okazaki yang sepertinya ditugaskan sebagai senior yang dapat mengayomi para pemain muda. Lebih lanjut lagi, rupanya ada sejumlah pemain muda yang belum pernah mendapatkan caps sama sekali.

Setidaknya ada 7 pemain yang sama sekali belum pernah mendapatkan kesempatan untuk membela Timnas Jepang. Akan tetapi di bawah arahan pelatih Hajime Moriyasu, mereka mendapat kesempatan sebagai bagian dari eksperimen.

Baca Juga

Namanya juga eksperimen, pasti ada berhasil dan gagalnya yang tercermin pada hasil Jepang di Copa America 2019. Sempat membuat kejutan dengan menahan imbang Uruguay, Jepang malah dibantai oleh Chile dan ditahan Ekuador.

Jadi hasil bukanlah sesuatu yang dicari oleh Jepang, melainkan trial and eror agar skuat muda itu bisa mencapai pick performance di Copa America 2019. Lantas berkaca dari apa yang dilakukan Jepang di Copa America, apa yang bisa diambil pelajarannya oleh suporter Timnas Indonesia?


2. Suporter Timnas Indonesia Perlu Menghormati Proses

Pelatih Timnas Indonesia, Simon Mcmenemy saat memasuki lapangan pada ofisial training jelang laga uji coba melawan Timnas Vanuatu di Stadion GBK, Jakarta, Jumat (14/06/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT

Pelajaran yang bisa dipetik dari langkah Jepang adalah para suporter perlu lebih menghargai dan menghormati sebuah proses eksperimen yang tengah dilakukan oleh pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy.

Seperti yang kita tahu, saat ini Simon McMenemy tengah melakukan sejumlah eksperimen agar Timnas Indonesia bisa meningkat secara peforma. Salah satu bentuk eksperimen Simon McMenemy adalah formasi 3-4-3 yang sangat jarang dimainkan Timnas Indonesia.

Namun para suporter justru cenderung mengecam eksperimen yang dilakukan oleh Simon McMenemy kala Timnas Indonesia dibantai 1-4 oleh Yordania. Banyak yang beranggapan bahwa pola formasi 3-4-3 tidaklah cocok dan menjadi biang keladi kekalahan Timnas Indonesia.

Skuat Timnas Indonesia dalam pertandingan persahabatan kontra Yordania

Selain itu, kritik dari para suporter juga ditujukan kepada penempatan posisi Ruben Sanadi di mana dirinya ditempatkan sebagai wing back kanan, padahal ia berkaki kiri. Memang di laga itu, Ruben Sanadi tidak tampil baik sehingga digantikan di tengah pertandingan.

Ruben Sanadi sejatinya memang seorang bek kiri, akan tetapi perlu diketahui kalau Simon McMenemy sedang mencoba pemain Persebaya Surabaya itu di posisi kanan. Dan sebagai informasi saja, bahwa sebenarnya Ruben Sanadi memang bisa ditempatkan di sisi kanan.

Akan tetapi eksperimen terhadap Ruben Sanadi pun dikecam oleh suporter Timnas Indonesia yang hanya melihat kita dibantai oleh Yordania. Padahal, jangan lupa bahwa itu hanyalah laga uji coba di mana ranking FIFA turun pun tidak masalah asal Timnas Indonesia bisa berkembang.

Mungkin suporter Timnas Indonesia lupa bagaimana masa-masa awal Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23. Saat itu debut Luis Milla dinodai dengan kekalahan memalukan 1-3 dari Myanmar, memang saat itu Timnas masih melakukan eksperimen.

Pelatih Timnas Indonesia U-23, Luis Milla.

Tapi lihat hasilnya di Asian Games 2018 kemarin, Timnas Indonesia U-23 bermain begitu luar biasa sampai harus memaksa Uni Emirat Arab bermain di drama adu penalti. Bukan tidak mungkin segala bentuk eksperimen Simon McMenemy akan membuahkan hasil manis seperti Luis Milla.

Jadi pada akhirnya marilah kita dengan sabar menunggu proses eksperimen yang sedang dilakukan Simon McMenemy. Jepang saja yang sudah begitu sukses masih melakukan proses eksperimen dan tidak pernah dikecam oleh para suporternya.

Mari menjadi suporter yang lebih dewasa dengan memberikan waktu bagi Simon McMenemy, toh dirinya baru memimpin 3 laga. Niscaya, Timnas Indonesia bisa meraih sesuatu yang membanggakan di masa depan seperti Jepang yang kini telah jadi salah satu kuda hitam di tingkat dunia.

JepangSuporterTimnas IndonesiaOlimpiade 2020Luis MillaBola InternasionalSimon McMenemySepak BolaCopa America 2019

Berita Terkini