x

Akira Nishino, Sosok yang Bisa Jadi Titik Lemah Thailand Saat Jumpa Timnas Indonesia

Senin, 9 September 2019 14:28 WIB
Editor: Coro Mountana
Akira Nishino, Sosok yang Bisa Jadi Titik Lemah Thailand Saat Jumpa Timnas Indonesia

INDOSPORT.COM – Akira Nishino, pelatih baru Thailand dapat menjadi titik lemah yang bisa dieksploitasi oleh Timnas Indonesia jelang laga kedua kualifikasi Piala Dunia 2022.

Timnas Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi terjepit usai secara mengejutkan kalah dari Malaysia dengan skor 2-3 di Stadion Gelora Bung Karno.

Baca Juga

Berkat hasil memalukan itu, Timnas Indonesia pun tertahan di posisi juru kunci grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022. Oleh karena itu, Thailand yang akan menjadi lawan kedua Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2022 harus bisa ditaklukan.

Dan tampaknya misi itu bisa saja diwujudkan andai pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy mempelajari kelemahan Thailand. Salah satu kelemahan Thailand yang bisa dimanfaatkan oleh Timnas Indonesia ada di sosok pelatih baru mereka, Akira Nishino.

Baca Juga

Pelatih yang mengantarkan Thailand menahan imbang Vietnam di laga perdana itu memiliki kelemahan yang bisa saja dimanfaatkan Timnas Indonesia.


1. Naif

Eden Hazard di antara tiga pemain Jepang

Nama Akira Nishino menjadi harum dan dikenal banyak orang saat dirinya berhasil membawa Jepang sebagai satu-satunya tim Asia yang melaju ke 16 besar Piala Dunia 2018. Di babak 16 besar sendiri, Jepang pun langsung dihadang Belgia yang lebih diunggulkan.

Namun dengan kejeniusan Akira Nishino, Jepang berhasil membuat kejutan dengan unggul 2-0 atas Belgia hingga menit 52. Seketika mimpi Jepang untuk lolos ke 8 besar Piala Dunia untuk pertama kali menjadi sangat dekat untuk diwujudkan.

Namun sangat disayangkan Akira Nishino justru bertindak naif dengan tetap meminta anak asuhnya bermain menyerang. Padahal dengan menyerang, itu akan membuka pertahanan Jepang sehingga Belgia akan dengan mudah menyerang.

Baca Juga

Pelatih Belgia saat itu, Roberto Martinez pun langsung berpikir pragmatis dengan memasukan Marouane Fellaini dan Nacer Chadli yang bertubuh tinggi.

Maksud dari Roberto Martinez adalah mereka ingin memainkan strategi counter attack cepat yang diakhiri dengan umpan ke kotak penalti Jepang. Setelah itu pemain bertubuh tinggi seperti Chadli dan Fellaini akan dengan mudah memenangi duel udara.

Dan ternyata itu manjur di mana Jepang berkali-kali terlihat kelabakan meladeni serangan balik cepat dan duel udara yang tidak dapat diantisipasi. Belgia pun saat itu berhasil menyamakan kedudukan dengan skor 2-2.

Alih-alih bermain sedikit mundur untuk menjaga pertahanan, Jepang malah diinstruksikan oleh Akira Nishino untuk all out attack di menit akhir.

Baca Juga

Namun nahas bagi Jepang karena begitu bola terebut, Belgia langsung melancarkan serangan balik cepat yang berakhir gol ketiga lewat Chadli.

Andai Akira Nishino mau mengurangi kenaifannya akan sepak bola menyerang, bisa jadi justru Jepang yang melaju ke 8 besar Piala Dunia 2018.

Sifat naif ini yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pelatih Simon McMenemy yang punya pikiran pragmatis juga.

Ruben Sanadi tampak mendapatkan instruksi dari sang pelatih Simon McMenemy, Kamis (05/09/2019).

Setidaknya itu terlihat saat menit-menit terakhir saat melawan Malaysia, Timnas Indonesia terlihat sedikit bertahan untuk mempertahankan skor 2-2. Sayang memang Sumareh tetap mampu untuk mencetak gol kemenangan bagi Malaysia.

Tapi kini yang dilawan Simon McMenemy adalah Akira Nishino yang sudah terkenal naif. Asalkan Simon McMenemy dapat memanfaatkan sisi naif dari Akira Nishino, seharusnya laga esok akan berakhir dengan senyuman bagi Timnas Indonesia.

ThailandPiala Dunia 2022Timnas IndonesiaIn Depth SportsSimon McMenemyAkira NishinoKualifikasi Piala Dunia 2022

Berita Terkini