x

Periode Sulit Liverpool Buah Penyakit Arogan Jurgen Klopp

Senin, 22 Juni 2020 18:44 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Periode sulit Liverpool yang cuma menang satu kali dari lima laga diyakini sebagai buah dari sikap arogan dan kebiasaan memandang enteng Jurgen Klopp.

INDOSPORT.COM - Periode sulit Liverpool yang cuma menang satu kali dari lima laga diyakini sebagai buah dari sikap arogan dan kebiasaan memandang enteng Jurgen Klopp.

Setelah mencatatkan rekor spektakuler tak terkalahkan di sepanjang Liga Inggris 2019/20, Liverpool akhirnya harus menelan kekalahan di pekan ke-28 Liga Inggris saat melawan Watford, Minggu (01/03/20).

Sialnya setelah kekalahan telak 0-3 dari Watford itu, Liverpool seakan masuk ke periode sulit di mana mereka hanya sekali meraih kemenangan di lima laga terakhir.  Termasuk ketika Liga Inggris kembali bergulir pascajeda akibat pandemi virus corona. 

Bertandang ke markas Everton, Liverpool hanya mampu bermain imbang tanpa gol 0-0. Hasil itu membuat klub berjuluk The Reds itu hanya sekali meraih kemenangan (melawan Bornemouth), sekali imbang (kontra Everton) dan tiga lainnya berujung kekalahan (lawan Watford, Chelsea, dan Atletico Madrid).

Baca Juga
Baca Juga

Periodo buruk Liverpool ini mengundang pertanyaan, apa yang salah dari The Reds? Dan percaya atau tidak, ada andil pelatih Jurgen Klopp di dalamnya. 

Jurgen Klopp melakukan kerja spektakuler bersama Liverpool terhitung sejak musim lalu. The Reds dibawa Klopp memboyong gelar Liga Champions dan menjadi runner-up Liga Inggris dengan 97 poin. 

Namun, sehebat apapun seorang pelatih, pasti ada kelemahan yang dimiliki. Jurgen Klopp dianggap telah terjangkit penyakit arogan. 

Anggapan ini pertama kali disuarakan oleh mantan pemilik Crystal Palace, Simon Jordan, pada Oktober tahun lalu. Jordan merasa heran dengan pernyataan tajam  Klopp yang mengritik pemain Leicester, Hamza Choudhury, dalam sebuah wawancara selepas pertandingan antara Liverpool vs Leicester. 

"Saya memperhatikan sedikit perubahan dalam Jurgen Klopp, dalam bahasa dan kekuatan posisinya.” ujar Jordan. 

Baca Juga
Baca Juga

Jordan mengklaim Klopp telah berubah sikap semenjak memenangkan Liga Champions untuk liverpool musim lalu. 

Anggapan ini memang tak bisa dibuktikan 100 persen, meski begitu fakta bahwa Jurgen Klopp adalah pelatih yang kerap meremehkan memang benar adanya. 


1. Sikap Meremehkan Jurgen Klopp Ancam Dominasi Liverpool?

Jurgen Klopp, pelatih Liverpool

Bintang Liverpool, Sadio Mane dirumorkan ingin meninggalkan Anfield usai diketahui kesal kepada sang pelatih, Jurgen Klopp. Hal ini dipicu pernyataan Jurgen Klopp yang dianggap telah menyinggung Sadio Mane.

Persoalan ini terjadi ketika Klopp mengomentari kegagalan Virgil Van Dijk memenangkan Ballon d'Or beberapa waktu lalu. Klopp menilai tak ada pemain lain yang tampil lebih mengesankan dari Van Dijk.

Padahal, musim lalu Sadio Mane jadi elemen penting Liverpool dalam memenangkan gelar Liga Champions dan bersaing dengan Man City di Liga Inggris. Pemain Senegal itu mencetak 26 gol dan lima assist di semua kompetisi. 

Kekesalan Sadio Mane ini sejatinya cukup beralasan. Sebab, Jurgen Klopp memiliki reputasi sebagai pelatih yang kerap meremehkan. 

Keinginan Liverpool untuk mendominasi Liga Inggris musim ini membuat Jurgen Klopp 'meremehkan' kompetisi Piala FA. Hal ini pun membuatnya mendapat kritik karena dianggap takut kalah.

Klopp secara terang-terangan pernah mengancam ingin mundur dari kompetisi Piala FA pada pertandingan ulang melawan Shrewsbury Town dan ingin menurunkan tim U-23. 

Langkah ini diambil Klopp sebagai upaya mengistirahatkan skuat utama jelang kompetisi besar seperti Liga Inggris dan Liga Champions.

Sikap meremehkan kembali ditunjukkan Klopp di ajang Piala Liga musim ini. Pada pertandingan melawan Aston Villa, Liverpool sengaja menurunkan tim U-23.

Puncaknya, Jurgen Klopp juga melakukan blunder dengan melontarkan pernyataan yang terkesan terlalu percaya diri sebelum leg kedua perempatfinal Liga Champions menghadapi Atletico Madrid. 

Klopp mengritik sikap terlalu percaya diri Diego Simeone ketika menang dengan skor tipis 1-0 di Madrid. Namun, alih-alih merendah, Klopp malah memilih arogan dengan tak mau mengalah dan menyebut wakil Spanyol itu akan tersingkir di hadapan ribuan suporter Anfield. 

Namun, kebanggaan Klopp akan magis Anfield berujung pahit karena timnya dikalahkan secara menyakitkan di menit-menit akhir karena kesalahan kiper pelapis mereka. 

Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, bersalaman dengan pelatih Liverpool, Jurgen Klopp.

Kekalahan dari Atletico inilah yang mengawali periode sulit Liverpool dalam lima laga terakhir. 

Dan, hasil imbang melawan Everton dini hari tadi juga tak lepas dari hal tersebut. Terungkap fakta menarik terkait kebiasaan Jurgen Klopp tiap melakoni laga derby Merseyside. 

Kebiasaan itu dimulai sejak tahun 2015. Seolah meremehkan Everton, Klopp tak pernah menurunkan skuat terbaiknya di laga derby. 

Jurgen Klopp tidak pernah memainkan Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino secara bersamaan sebagai starter tiap jumpa Everton. 

Pada laga dini hari tadi, Jurgen Klopp kembali mengulangi kebiasaan itu. Klopp tercatat tidak menurunkan Mohamed Salah sedetik pun. 

Pelatih asal Jerman itu hanya memasang Roberto Firmino dan Sadio Mane di depan ditemani pemain Jepang, Minamino. Padahal, Mohamed Salah merupakan pemain inti musim ini dengan catatan 16 gol serta 6 assist dari 26 laga di Liga Inggris. 

Di pertandingan sepenting derby yang bisa mempercepat pesta juara Liga Inggris mereka, Klopp memilih mencadangkan Mohamed Salah. Sikap meremehkan atau mungkin arogan dari Klopp terkadang bisa sangat merugikan Liverpool. 

Atletico MadridLiverpoolEvertonJurgen KloppLiga InggrisBerita Liga Inggris

Berita Terkini