x

Kisah Cinderella Timnas Zambia saat Jadi Juara Piala Afrika 2012

Kamis, 13 Januari 2022 11:53 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

INDOSPORT.COM – Mengenang kembali kisah saat Timnas Zambia menjadi juara Piala Afrika 2012 yang bak Cinderella dan dipenuhi kesan mistis.

Piala Afrika selalu menghadirkan kejutan di setiap gelarannya, terutama saat 2012 lalu kala Zambia menjadi juara dengan mengalahkan tim kuat, Pantai Gading.

Baca Juga
Baca Juga

Saat itu, Pantai Gading diunggulkan menjadi juara mengingat dihuni beberapa nama besar seperti Didier Drogba, Gervinho, Kolo dan Yaya Toure, serta sederet pemain lainnya.

Namun yang terjadi, di partai puncak Zambia mampu menghadirkan keajaiban dengan mengalahkan Pantai Gading via adu penalti untuk menjadi kampiun Piala Afrika 2012.

Kisah ini bak Cinderella. Pasalnya gelar Piala Afrika 2012 menjadi gelar perdana Zambia di ajang internasional sejak tim nasionalnya menjalani laga perdana pada 1964.

Baca Juga
Baca Juga

Terlebih, sejak awal Zambia sama sekali tak diunggulkan. Apalagi saat itu Piala Afrika 2012 digelar di Gabon, yang tak lain negara di mana tragedi kelam pernah menghantui perjalanan Zambia di sepak bola.

Lantas, di sisi manakah kisah Cinderella dan mistis dari keberhasilan Timnas Zambia menjuarai Piala Afrika 2012 tersebut? Berikut rangkumannya.


1. Dipenuhi Kesan Mistis

Timnas Zambia merayakan gelar juara Piala Afrika 2012. (FIFAcom/TWITTER)

Sebagai permulaan, Zambia hadir di Piala Afrika 2012 dengan status non unggulan. Saat itu, tim berjuluk Chipolopolo itu tergabung di grup A bersama Guinea Khatulistiwa, Libya dan Senegal.

Sejak laga pertama, Zambia membuat kejutan dengan mengalahkan Senegal yang diperkuat Papiss Cisse dan Demba Ba.

Kejutan berlanjut kala Zambia mampu menahan imbang Libya dan meraih kemenangan atas Guinea Khatulistiwa yang membuat mereka lolos sebagai juara grup.

Di babak gugur, Zambia meneruskan kejutannya dengan mengalahkan Sudan dengan skor 3-2 dan mengalahkan Ghana di semifinal dengan skor 1-0 hingga berhasil menembus puncak.

Di partai puncak inilah, kisah mistis hadir. Saat itu, Zambia yang berhadapan dengan Pantai Gading dijadwalkan akan bertanding di Librevile, ibu kota Gabon.

Sebagai informasi, Zambia punya kenangan buruk di Librevile di mana 18 generasi terbaiknya meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat pada 1993 di daerah tersebut.

Jadi, pada 27 April 1993 sebuah pesawat membawa para pemain terbaik Zambia untuk melawan Senegal di Dakar dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 1994.

Pesawat itu jatuh setelah mengisi bahan bakar di Librevile, tepatnya di Samudra Atlantik. Insiden itu menewaskan 18 pemainnya.

Dengan kata lain, saat itu Zambia yang akan berhadapan dengan Pantai Gading di Piala Afrika 2012 di Librevile, berada dalam bayang-bayang suram terkait kematian para seniornya.

Namun yang terjadi, Zambia bisa tampil lepas melawan deretan bintang Pantai Gading via drama adu penalti. Banyak yang menyebut, tim Chopolopolo tampil dengan kerasukan arwah para pendahulunya.

Zambia yang tak punya pemain bintang, bisa menahan imbang Pantai Gading dengan apik dan memaksa laga dilanjutkan via adu penalti.

Tak disangka, di adu tos-tosan itu 8 dari 9 pemain Zambia sukses mengeksekusi penalti. Sedangkan kegagalan Gervinho membuat Pantai Gading gagal meraih titel.

Salah satu pemain Zambia, Isaac Cansa menyebut keberhasilan timnya menjadi juara karena ada campur tangan tragedi 1993.

“Tragedi 1993 memainkan perannya. Kami buka favorit di kompetisi atau final. Tapi kami percaya pada diri kami sendiri,” ujar Isaac Cansa dilansir dari BBC Africa.

Kiper Zambia kala tu, Kennedy Mweene bahkan mendedikasikan keberhasilan di Piala Afrika 2012 itu sebagai cara untuk mengistirahatkan jiwa para seniornya di tragedi 1993.

“Kami pergi ke turnamen ini untuk mengistirahatkan jiwa para pahlawan kami yang gugur,” ucap Kennedy Mweene.

Sedangkan pelatih Zambia saat itu, Herve Renard mengatakan bahwa timnya menjadi juara karena takdir telah berkata demikian. Ia merasa Tuhan dan para pendahulu memberikan kekuatan untuk anak asunya.

“Itu adalah tanda takdir, tertulis di langit. Ada kekuatan bersama kami. Saya pikir Tuhan telah membantu kami dan memberi kami kekuatan,” kata Herve Renard.

Pantai GadingPiala AfrikaGabonBola InternasionalSepak Bola

Berita Terkini