x

PSG Segera Menyusul? Ini 5 Proyek Klub Mendadak Kaya yang Gagal Total dan Hancur

Sabtu, 19 Maret 2022 14:26 WIB
Editor: Juni Adi
Selebrasi pemain PSG setelah Kylian Mbapp mencetak gol ke gawang Real Madrid pada laga Liga Champions (16/02/22). FOTO: REUTERS/Alessandro Garofalo

INDOSPORT.COMParis Saint-Germain berpeluang untuk mengikuti jejak proyek klub mendadak kaya yang akhirnya gagal total dan hancur.

Paris Saint-Germain (PSG) sejatinya memang merupakan klub ternama di Liga Prancis. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pemain bintang yang pernah berkarier di sana.

Baca Juga

Sebut saja ada Mauricio Pochettino, Clement Chantome, Mamadou Sakho, Ludovic Giuly, Stephane Sessegnon hingga Ronaldinho.

Meski pernah dihuni banyak pemain bintang dengan status 'belum terlalu jadi', membuat PSG hanya jadi tim pelengkap di kompetisi domestik mirip dengan Arsenal setelah menjuarai Liga Inggris 2004.

Seketika hal itu berubah drastis memasuki tahun 2011 setelah uang dari Timur Tengah datang. Adalah konsorsium dari Qatar, Qatar Sports Investments yang mengakuisisinya.

Baca Juga

Mereka menunjuk Nasser Al-Khelaifi sebagai Presiden klub. PSG pun mendadak jadi klub kaya baru di sepak bola Eropa.

Kekuatan uang yang melimpah, mega proyek langsung dibangun. PSG mulai membakar uang untuk mendatangkan para pemain bintang jadi di bursa transfer musim panas 2012.

Nama-nama seperti Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani hingga Ezequel Lavezi didatangkan ke Stadion Parc de Princes. Tujuannya hanya satu, untuk mendongkrak prestasi.

Baca Juga

Seiring perjalanannya, PSG yang selalu mendatangkan pemain bintang jadi di setiap bursa transfer, membuat mereka perkasa dan sulit ditaklukan di Liga Prancis.

Tak heran jika mereka terlalu sering memenangkan Liga Prancis sejak diambil alih oleh pengusaha Qatar. Prestasi di kompetisi domestik mentereng, PSG mengalihkan bidikan untuk menguasai Eropa.

Target membawa trofi Liga Champions pun jadi mimpi mereka di setiap musim. Caranya? yang tetap mendatangkan pemain bintang top.

Musim ini PSG digadang-gadang akan bisa mewujudkan ambisinya itu. Bagaimana tidak, pemain hebat berkumpul di sana.

Neymar, Kylian Mbappe, Gianluigi Donnrumma, Sergio Ramos, hingga Lionel Messi berhasil didatangkan PSG.

PSG Hancur

Sayang harapan tidak sesuai kenyataan. PSG malah harus tersingkir dari Liga Champions lebih cepat di babak 16 besar.

Mereka kalah agregat 3-2 dari Real Madrid, setelah di leg kedua 16 besar Liga Champions kalah dengan skor 1-3. Sementara di leg pertama, PSG menang 1-0.

Kekalahan itu rupanya berbuntut panjang. Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi murka dengan performa timnya. Ia meluapkan kekeselannya di lorong stadion hingga ruang ganti pemain.

Wajar saja Nasser Al-Khelaifi marah, karena sejak mengakuisisi PSG, konsorsiumnya sudah membakar uang sebesar Rp22 triliun untuk mendatangkan pemain bintang top.

Hal itu dilakukan semata-mata hanya demi meraih gelar Liga Champions yang tak kunjung terwujud.

Kini internal PSG bergejolak. Hasil buruk di Liga Champions berdampak banyak ke sejumlah pihak yang berada di klub.

Pemilik konsorsium Qatar Sports Investment, Tamim bin Hamad Al Thani dikabarkan tidak senang dengan sikap arogan Nasser Al-Khelaifi di Stadion Santiago Bernabeu. Ada kabar posisinya terancam.

Pihak lain yang kena imbas adalah Leonardo de Araujo selaku Direktur Olahraga PSG, kehilangan tempat karena gagal memperpanjang kontrak Kylian Mbappe. Kontrak Kylian Mbappe bakal berakhir pada 30 Juni 2022.

Kabarnya, penyerang asal Prancis itu bakal hengkang ke Real Madrid pada musim panas 2022 secara gratis.

Pemain dan pelatih juga kenda dampak. Neymar disebut-sebut jadi biang keladi kegagalan PSG di Eropa, karena harga yang sudah dibayarkan tidak sesuai dengan performanya bersama Les Parisiens.

Sementara pelatih Mauricio Pochettino rumornya akan dipecat akhir musim nanti karena gagal membawa PSG menjuarai Liga Champions.

Kacau balaunya internal PSG bisa saja berimbas dengan nasib mereka yang bisa hancur dalam sekejap.

Jika Qatar Sports Investment angkat kaki karena muak dengan performa tim yang selalu gagal di Eropa meski sudah membakar uang cukup banyak.

Jika PSG mengalami hal di atas, mereka akan mengikuti jejak 3 klub mendadak sultan yang akhirnya hancur.


1. Anzhi Makhachkala

Selebrasi pemain PSG setelah Kylian Mbapp mencetak gol ke gawang Real Madrid pada laga Liga Champions (16/02/22). FOTO: REUTERS/Alessandro Garofalo

Pada tahun 2011, miliarder Rusia, Suleyman Kerimov menerima 100% saham di Anzhi Makhachkala dan Kerimov berencana untuk berinvestasi lebih dari $ 200 juta dolar khusus untuk pengembangan infrastruktur saja.

Klub mulai mengeluarkan banyak uang untuk memboyong pemain sayap Maroko Mbark Boussoufa, Samuel Eto'o dari Inter Milan.

Baca Juga

Yuri Zhirkov dari Chelsea dan Balazs Dzsudzsak dari PSV. Beberapa pemain tersebut diboyong dengan harga yang cukup mahal.

Anzhi juga mengangkat Guus Hiddink sebagai manajer mereka pada tahun 2011 dan mendatangkan Christopher Samba dengan harga 12 juta Poundsterling dari Blackburn Rovers.

Pada tahun 2012, Roberto Carlos pensiun sebagai pemain dan menjadi direktur klub. Kemudian pada tahun yang sama, klub juga membuka akademi.

Baca Juga

Pada titik ini, Zenit dan CSKA Moskow sepertinya mendapatkan saingan dari Anzhi untuk meraih gelar liga.

Namun, pada bulan Agustus tahun 2013, Kerimov memutuskan untuk mengurangi anggaran tahunan tim.

Menurunnya kesehatan Kerimov menjadi alasan utama hal tersebut. Klub akhirnya menjual Samuel Eto'o dan Willian yang pindah ke Chelsea.

Baca Juga

Lacina Traore ke Monaco, Lassana Diarra dan Mbark Boussoufa pindah ke Lokomotiv Moskow, Denisov, Zhirkov dan Kokorin pindah ke Dynamo Moscow.

Anzhi terdegradasi di akhir musim dengan hanya 3 kali menang dan memiliki 20 poin. Hal ini membuat Anzhi menjadi tim terakhir yang terburuk di Eropa pada musim itu. 


2. Malaga

Bendera Klub Malaga

Klub La Liga Spanyol, Malaga merupakan salah satu tim yang bermain di perempat final Liga Champions pada 2013.

Kala itu, Malaga harus tersingkir dengan cara yang tak beruntung yakni gol telat dari tim yang akhirnya melaju ke partai final, Borussia Dortmund.

Malaga pernah terdegradasi pada pertengahan 2000-an dan kembali ke La Liga pada musim 2008/09.

Namun, karena masalah keuangan, kemudian presiden klub Fernando Sanz menemukan investor dari Qatar.

Akhirnya pada bulan Juni 2010, Sheikh Abdullah be Nasser Al Thani menjadi pemilik baru klub dan presiden.

Perubahan signifikan pun terjadi di skuat Malaga di bawah manajemen baru. Selama beberapa tahun, klub menandatangani pemain hebat.

Seperti Nacho Monreal, Ruud van Nistelrooy, Jeremy Toulalan, Isco, Joaquin, Salomon Rondon, Eliseu, Martin Demichelis, Julio Baptista dan pemain yang didatangkan dengan harga mahal, Santi Cazorla.

Perubahan instan tersebut memberikan hasil sesuai harapan yakni Malaga lolos ke Liga Champions 2012/13 setelah finish di posisi ke-4 di La Liga musim 2011/12.

Namun setelah mengarungi musim yang hebat di Liga Champions musim 2012/13, Malaga lantas seakan jatuh dan hal buruk pun terjadi menimpan klub.

Musim berikutnya, klub dilarang tampil di kompetisi Eropa karena gagal membayar upah dan tagihan pajak tepat waktu.

Malaga akhirnya kehilangan Cazorla dan Monreal ke Arsenal pada musim 2012/13 dan pada musim panas 2013, mereka melepas Isco ke Real Madrid,.

Joaquin ke Fiorentina, Toulalan ke Monaco dan Demichelis ke Atletico Madrid.
 


3. Portsmouth

Logo Portsmouth.

Pada tahun 2008, Portsmouth berhasil mengangkat trofi Piala FA. Bahkan, Portsmouth berhasil mengalahkan sang juara Liga Champions, Manchester United di Old Trafford dalam perjalanan menuju tangga juara Piala FA di bawah Harry Redknapp.

Keberhasilan klub meraih prestasi kala itu tak lepas dari pendanaan yang dikeluarkan oleh Alexandre Gaydamak yang membeli klub pada Januari 2006. Intervensi yang tepat membuat klub hampir mengganti seluruh skuat mereka di pertengahan musim.

Selama bertahun-tahun, Portsmouth mendatangkan beberapa pemain besar seperti Lassana Diarra, Peter Crouch, Sulley Muntari, Jermain Defoe.

Sylvian Distin, Younes Kaboul, Kevin-Prince Boateng, Nwankwo Kanu, Milan Baros, Glen Johnson, Niko Kranjcar dan Sol Campbell.

Pada 26 Mei 2009, klub menerima tawaran dari pengusaha asal Uni Emirat Arab, Sulaiman Al Fahim untuk membeli klub.

Namun, karena masalah keuangan, klub terpaksa menjual beberapa pemain bintang mereka termasuk Crouch, Distin, Kranjcar dan Johnson.

Al Fahim menuntaskan pengambil alihan dan juga ditunjuk sebagai ketua non-eksekutif klub. Bersamaan dengan musim yang tengah berjalan, klub mengalami kekeringan dana.

Pada 1 Oktober, klub mengakui bahwa beberapa staf dan pemain mereka tidak menerima gaji.

Dua hari kemudian, klub diambil alih oleh Ali A-Faraj dengan saham mayoritas 90%. Al-Fahim memegang 10% sisanya.

Karena masalah keuangan, Liga Inggris memberlakukan larangan transfer pada klub.

Akhirnya, Portsmouth menyelesaikan musim sebagai runner-up di Piala FA namun ditolak masuk ke Liga Europa karena masalah keuangan mereka yang sedang berlangsung.
 


4. Liverpool

Mohamed Salah dan Fabinho di laga Inter Milan vs Liverpool pada babak 16 besar Liga Champions 2021/2022. Foto: REUTERS/Alessandro Garofalo.

Liverpool diambil alih oleh pengusaha Amerika George Gillet dan Tom Hicks pada musim kompetisi 2006/07. Dan pada musim tersebut, Liverpool tampil sebagai runner-up di Liga Champions.

Akhirnya, pemilik baru memberi gelontoran uang kepada pelatih Rafael Benitez untuk membeli pemain dengan ambisi meraih gelar Liga Primer Inggris.

Dengan dana yang diberikan oleh Gillet dan Hicks, Liverpool memboyong Fernando Torres, Yossi Benayoun, Martin Skrtel, Javier Mascherano, Lucas Leiva dan Ryan Babel.

Kesulitan keuangan akhirnya melanda The Reds sebelum musim 2010/11. Liverpool memecat Benitez dan digantikan oleh Roy Hodgson. Liverpool kemudian menjual Mascherano dan Benayoun di musim panas.

Meskipun mendapatkan banyak uang dari hasil penjualan pemain, Liverpool justru menghabiskan sedikit uang pada jendela transfer musim panas 2010.

The Reds justru terlilit hutang sebesar 350 juta Poundsterling dengan kerugian sebesar 55 juta Poundsterling.

Efek dari penguasaan Hodgson dan kurangnya ambisi di bawah Gillet dan Hicks akhirnya membuat The Reds menjual Fernando Torres.
 


5. AS Monaco

Gelandang AS Monaco Aurelien Tchouameni

AS Monaco merupakan finalis yang akhirnya meraih posisi runner up di final Liga Champions musim  2003/04. Monaco mencapai prestasi yang luar biasa saat mereka berada dalam situasi keuangan yang mengerikan.

Pada Desember 2011, ketika klub masih bermain di pentas Ligue 2, miliarder Rusia Dmitry Rybolovlev membeli 66,7% saham klub.

Di bawah pemilik baru, klub mampu finish di posisi ke-8 di Ligue 2 dan di 2012/13 klub berhasil promosi sebagai kampiun Ligue 2.

Promosi ke Ligue 1, Monaco langsung menghamburkan banyak uang untuk memboyong pemain seperti Radamel Falcao, James Rodriguez.

Joao Moutinho, Jeremy Toulalan, Eric Abidal, Ricardo Carvalho, Geoffery Kondogbia, Lacina Traore dan Anthony Martial dengan total biaya lebih dari 150 juta Euro.

Monaco akhirnya cuma bisa finish di posisi ke-2 dengan total 80 poin, sementara PSG berhasil menjadi kampiun Ligue 1 dengan catatan 89 poin.

Monaco pun berhasil lolos ke fase grup Liga Champions. Namun, sebelum musim selanjutnya, klub mengubah pendekatan pada transfer.

Mereka ingin mendatangkan pemain muda yang menjanjikan. Alhasil, Claudio Ranieri dipecat dan digantikan oleh Leanardo Jardim yang diboyong dari Sporting.

Pada musim panas 2014, bintang mereka, Falcao dan James Rodriguez meninggalkan klub dan keduanya digantikan oleh beberapa pemain yang sangat muda dan menjanjikan. Monaco pun finish di posisi ke-3 musim 2014/15.

Akhirnya sejumlah bintang pun ikut hengkang dari klub seperti Anthony Martial yang pindah ke Manchester United.

Geoffery Kondogbia pindah ke Inter Milan, Layvin Kurzawa ke PSG, Yannick Carrasco ke Atletico Madrid, Lucas Ocampos ke Marseille dan Aymen Abdennour ke Valencia. 

Paris Saint-GermainPSGLiga PrancisNasser Al-KhelaifiTRIVIA

Berita Terkini