x

Demi Keadilan, Proses Autopsi Korban Tragedi Kanjuruhan Digelar

Sabtu, 5 November 2022 15:55 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Herry Ibrahim
Aremania terus menyuarakan keadilan dlm usut tuntas tragedi kanjuruhan.

INDOSPORT.COM - Upaya mendapatkan keadilan terus dilakukan oleh para keluarga korban yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan yang terjadi satu bulan lalu.

Salah satunya adalah melalui tahap autopsi. Setelah sempat tersendat, proses ini lantas digelar atas permintaan keluarga Devi Atok, yang kehilangan 2 orang tercintanya.

Baca Juga

Pria berusia 41 tahun itu kehilangan 2 putrinya sekaligus dalam insiden pasca Derby Jatim Liga 1 antara Arema FC versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (01/10/22) lalu.

Kedua adik kakak tersebut bernama Natasya Debi Ramadhani (16 tahun) dan Naila Debi Anggraini (14 tahun). Keduanya menjadi dua diantara 135 korban yang meninggal dunia.

Pihak keluarga dan puluhan Aremania turut mengawal dalam proses autopsi digelar di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Sabtu (05/11/22). 

Baca Juga

Tahapan ini juga sesuai dengan salah satu rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pimpinan Menko Polhukam, Mahfud MD soal digelarnya ekshumasi.

"Tujuannya memang untuk mengetahui secara rinci mengenai penyebab meninggalnya korban," ucap Deputi V Kemenko Polhukam, Irjen Pol Armed Wijaya.

Yang perlu digarisbawahi, gelaran autopsi atau ekshumasi ini adalah untuk memastikan penyebab kematian korban. Terutama perihal lontaran gas air mata ketika insiden itu terjadi.

Baca Juga

"Ini juga untuk mencari tahu kaitan dengan gas air mata yang sudah kadaluwarsa. Apakah itu berbahaya atau tidak," beber Armed.

"Nanti akan diketahui dari hasil (autopsi) ini. Mungkin hasilnya akan keluar sekitar satu sampai dua minggu," tambah dia.


1. Tim Dokter Independen

Kepolisian mengawal lokasi autopsi.

Demi mencapai keadilan dan juga hasil yang obyektif, proses autopsi atau ekshumasi korban Tragedi Kanjuruhan ditangani oleh tim dokter yang bekerja secara independen.

Sebanyak 8 dokter yang tergabung dalam Persatuan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), menangani proses yang digelar secara terbatas mulai pukul 08:15 WIB itu.

Baca Juga

"Dua orang (dokter sebagai) penasihat tidak ikut. Yang 6 (dokter) lainnya ikut ekshumasi," Ketua PDFI, dr Nabil Bahasuan.

Lebih lanjut, dia menyebut para dokter yang terlibat dalam proses ekshumasi korban Tragedi Kanjuruhan berasal dari sejumlah universitas.

Baca Juga

Rinciannya terdiri dari 3 orang dari Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Universitas Muhammadiyah Malang.

"Sementara empat fasilitas kesehatan yang dilibatkan adalah RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang, RSUD Dokter Sutomo Surabaya, RSUD Syarifah Bangkalan (Madura) dan RD Pendidikan Unair," sebut Nabil.

PSSIAremaniaLiga IndonesiaArema FCLiga 1PT Liga Indonesia Baru (PT LIB)Tragedi Kanjuruhan

Berita Terkini