Perjuangan Muhammad Ali Agar Islam Diterima di Amerika Serikat

Sabtu, 2 Mei 2020 19:47 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Getty images
Legenda tinju, Muhammad Ali semasa hidup memiliki misi untuk mengenalkan agama Islam dan Amerika Serikat satu sama lain. Copyright: © Getty images
Legenda tinju, Muhammad Ali semasa hidup memiliki misi untuk mengenalkan agama Islam dan Amerika Serikat satu sama lain.

INDOSPORT.COM – Perjalanan petinju Muhammad Ali sebagai seorang mualaf ternyata harus dijalani dengan tak mudah. Apalagi, ia memiliki misi untuk memperkenalkan agama Islam dan Amerika Serikat kepada semua orang.

Muhammad Ali akhirnya berani mengumumkan dirinya resmi memeluk agama Islam pada tahun 1964. Selain menjadi seorang petinju, Ali menyibukkan diri sebagai seorang muslim yang taat kepada agamanya, di mana ia juga memiliki misi khusus.

Ali mengatakan, dia merasa berkewajiban untuk menjelaskan dan meluruskan tentang Islam kepada orang Amerika dan begitupun sebaliknya, dirinya juga harus menjelaskan terkait Amerika kepada orang muslim mengingat kala itu kerap terjadi kesalahpahaman antar keduanya.

Hal tersebut pernah ia sampaikan saat melakukan kunjungan di perbatasan Peshawar, Pakistan, di mana saat itu para pejuang asal Afghanistan yang berperang melawan Uni Soviet pada 1987 hadir dalam kunjungan tersebut.

"Banyak orang di Amerika tidak tahu apa-apa tentang Muslim. Banyak orang di Amerika tidak tahu apa-apa tentang Nabi Muhammad. Amerika adalah negara besar. Amerika adalah negara yang indah. Semua orang, suku, agama ada di Amerika, tetapi struktur kekuasaan dan media berita menyajikan gambaran buruk tentang Muslim,”

“Setiap kali Muslim disebutkan, orang berpikir tentang gerilyawan Palestina. Setiap kali Muslim disebutkan, mereka berpikir tentang Khomeini, mereka berpikir tentang Kolonel Gadhafi, dan apa pun yang dianggap sebagai pemberontak,” tutur Muhammad Ali, dilansir dari The Undefeated.

Sang legenda tinju mengatakan bahwa dirinya sangat mengagumi agama Islam dan seluruh umat Muslim di mana mereka sebenarnya sangat mencintai kedamaian dan tak pernah membeda-bedakan agama, ras dan suku.

Keputusannya untuk menjadi seorang mualaf memang sempat dijalaninya dengan cukup sulit, lantaran ia kehilangan sebagai besar penggemarnya dan beberapa hal lainnya. Meski demikian, Ali tak pernah menyimpan dendam dengan warga dan negara Amerika sendiri.

Ali tetap mencintai Amerika Serikat, meski umat muslim menjadi kaum minoritas di negara tersebut, dan negaranya tetap membiarkan dia menganut kepercayaannya meski dianggap tak patriotik. Namun, lagi-lagi ia tetap mencintai negaranya meski hal sulit kerap menerpanya.

Tak hanya itu, legenda yang meninggal dunia pada 2016 lalu tersebut semasa hidup selalu melakukan kunjungan ke berbagai tempat, termasuk berkenalan dengan pengungsi Amerika dari negara muslim, dan warga yang menjadi pengungsi di tempat mereka mendapatkan penganiayaan.

Semua yang ia lakukan hanyalah agar mereka merasa diterima di Amerika dan orang-orang yang kemudian menjadi warga negara Amerika juga merasa dihargai.

Terlepas dari konfrontasinya dengan pemerintah selama bertahun-tahun, terlepas dari rasisme dan diskriminasi agama yang ia temui secara pribadi, Ali mengatakan bahwa Amerika masih merupakan negara terbesar sepanjang masa.

Ali percaya bahwa kekuasaan adalah milik rakyat, dengan latar belakang yang berbagai macam namun sudah selayaknya hidup damai dan saling membantu.

Namun, satu hal yang pasti ialah, Muhammad Ali merupakan sosok petinju muslim yang taat dengan agamanya, dan juga warga negara yang sangat mencintai Amerika Serikat. Di mana ia hanya ingin menghilangkan stigma negatif dari kedua hal yang sangat dihormatinya.