x

Penjegalan Indonesia, dan Bau Busuk Kecurangan di Cabor Pencak Silat SEA Games 2021

Rabu, 18 Mei 2022 11:05 WIB
Editor: Juni Adi
Pesilat Indonesia Khoirudin Mustakim (biru) berjuang mengalahkan lawannya Muhammad Khairi Adib asal Malaysia di final tarung kelas 50-55kg di SEA Games 2021 Vietnam. Foto: NOC Indonesia/MP Media/Evan Andraws

INDOSPORT.COM - Tim pencak silat Indonesia mengalami kecurangan dari panitian SEA Games 2021 Vietnam. 

Pesta olahraga multi cabang terbesar di kawasan Asia Tenggara, SEA Games 2021, akhrnya resmi bergulir pada mulai Kamis (12/05/22) lalu hingga Senin (23/05/22) mendatang.

Baca Juga

Sebelumnya ajang SEA Games 2021 ini sejatinya digelar pada tahun lalu, namun karena pandemi Covid-19 yang masih melanda negara tuan rumah Vietnam, membuat panitian menundanya pada tahun ini.

Untungnya, setelah situasi dinilai lebih kondusif, panitia dan pihak-pihak terkait akhirnya memutuskan ajang ini bisa diselenggarakan pada 12 sampai 23 Mei 2022.

Edisi 2021 pun bukan kali pertama bagi Vietnam ditunjuk sebagai tuan rumah pesta olahraga se-Asia Tenggara tersebut.

Baca Juga

Sebelumnya, mereka pernah menggelar hajatan SEA Games 2003 yang terpusat di kota Hanoi dan Ho Chi Minh City. 

Untuk gelaran 2021 ini, berdasarkan pengumuman dari Kemenpora akhir bulan lalu, Indonesia akan mengirim kontingen yang berisikan 476 atlet yang tersebar di 32 cabang olahraga, dan bakal didampingi oleh 207 ofisial.

SEA Games 2021 sendiri nantinya akan mempertandingkan 40 cabang olahraga dengan 536 nomor event. Salah satu cabang olahrga yang menjadi kontroversi di pertandingkan adalah pencak silat.

Baca Juga

Sempat ada wacana kalah cabang olahraga pencak silat tak dipertandingkan di SEA Games 2021, meski sudah dimainkan pada SEA Games 2019.

Namun pada akhirnya setelah ada lobi-lobi dari perwakilan Komite Olimpiade Indonesia (KOI), cabang olahraga pencak silat akhirnya masuk dalam daftar 40 cabor yang dipertandingkan.

“Pencak silat kan akar budaya Indonesia dan negara serumpun Malaysia, Brunei, dan Singapura," tutur Komite Eksekutif KOI, Arlan dalam rilis pers.

"Vietnam juga cukup kuat, sehingga sudah saatnya pencak silat menjadi cabang yang dipertandingkan di setiap SEA Games,” sambungnya.

Lantas bagaimana implementasinya? sayangnya tidak sesuai harapan. Pencak silat yang notabenenya adalah olahraga asli Indonesia, gagal menjadi andalan dalam mendulang emas seperti di SEA Games 2019 dan Asian Games 2018 lalu.


1. Indonesia Jadi Musuh Bersama

M Yachser Arafa (biru) turun di final kelas 55-60kg putra kontra pesilat Singapura Muhammad Hazim partai final di Bac Tu Liem Sport Center, Ha Noi. Foto: NOC Indonesia/MP Media/Evan Andraws

Tim pencak silat Indonesia gagal panen emas di SEA Games 2021, setelah hanya mampu finis di ranking keempat klasemen akhir.

Posisi tersebut diraih oleh tim pencak silat Indonesia setelah mengamankan tiga medali perak pada disiplin tarung yang digelar Senin (16/-5/22) lalu. 

Baca Juga

Medali-medali itu diraih Khoriudin Mustakim (50-55kg putra), Muhamad Yachser Arafa (55-60kg putra).

Dan Ronaldo Neno (80-85kg putra) yang dipaksa mengakui keunggulan lawan mereka saat turun di partai final di Bac Tu Liem Sport Center, Ha Noi.

Hasil ini tentu luar dugaan, mengingat Mustakim sebenarnya punya kans merebut emas saat bertanding kontra pesilat Malaysia, Muhammad Khairi Adib Azhar. 

Baca Juga

Sebab, ia awalnya unggul dalam perolehan poin, bahkan status itu dijaganya hingga jelang satu menit sebelum berakhirnya ronde ketiga. 

Akan tetapi Mustakim melakukan kesalahan dengan melepaskan tendangan tak sengaja yang mengenai leher Khairi, dan membuatnya menjadi roboh serta mendapat penanganan medis.

Hal tersebut membuat suasana berubah menjadi panas. Ketegangan melanda kedua tim, hingga salah satu staf tim ofisial pencak silat Indonesia merasa kesal dan melakukan protes yang berbuah kartu kuning.

Baca Juga

Berdasarkan pemutaran VAR tampak hal itu (tendangan ke arah leher) memang terjadi.

Padahal sesungguhnya, menurut Kepala Pelatih Pencak Silat Indonesia, Indro Catur Haryono, saat Mustakim menendang, justru lawan memanfaatkan momen itu menunduk sehingga kaki seolah-olah mendarat ke pipi.

Sempat tertunda, pertarungan kembali dilanjutkan. Tetapi Mustakim mendapat pengurangan 10 poin, karena aksinya tadi.

Skor berubah menjadi 49-50 untuk pesilat Malaysia. Dengan sisa waktu sekitar 10 detik, Mustakim berusaha menambah perolehan poinnya. Namun skor tetap tak berubah.

Hasil pertandingan dan keputusan kontroversial juri di partai final tersebut membuat tim pencak silat Indonesia kesal dan merasa dirugikan. Mereka 

"Jadi Mustakim ada tiga kali dirugikan. Pertama, jatuh yang tidak disahkan (harusnya mendapat 3 poin), lalu diberi peringatan yang tidak perlu, serta pengurangan poin yang harusnya 5 jadi 10 poin," kata Indro Cipto dalam rilis tim CdM Indonesia.

Kekecewaan Indro makin bertambah karena kejadian serupa juga dialami anak latihnya Yachser yang bertemu pesilat Singapura Muhammad Hazim.

Yaschser yang sudah unggul hingga ronde ketiga ini melakukan tendangan ke kepala lawan hingga terkapar.

Akibatnya, wasit langsung memberikan Yachser didiskualifikasi tanpa adanya technical review dari VAR.

Menurut Indro, keputusan wasit merugikan karena seharusnya anak latihnya cukup menerima pengurangan poin saja.

Kegagalan dua petarung Indonesia ini demikian disesalkan. Lebih lanjut Indro ,menilai ada keberpihakan wasit ke pihak lawan Indonesia, sehingga keputusan yang dibuat demikian berat sebelah dan sangat merugikan.


2. Layangkan Protes

M Yachser Arafa (biru) turun di final kelas 55-60kg putra kontra pesilat Singapura Muhammad Hazim partai final di Bac Tu Liem Sport Center, Ha Noi. Foto: NOC Indonesia/MP Media/Evan Andraws

Terkait kontroversial dalam pertandingan silat itu, Tim Indonesia sudah melayangkan protes secara resmi ke Komite Pertandingan cabang olahraga pencak silat SEA Games Vietnam khusus untuk laga Mustakim melawan atlet Malaysia. 

Sementara untuk laga Yachser Arafa, hal itu tidak dilakukan karena tim pelatih Indonesia menilai akan sulit dimenangkan mengingat lawan ditandu ke luar lapangan. 

Baca Juga

“Jika kita kalah, kita bilang ya kalah, kita sportif. Tapi ini kalah karena ada keberpihakan. Kita ngomong itu saja, tidak ada unsur membela diri. Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tapi yang jelas kami punya rekaman videonya semua,” kata Indro.

Tak hanya satu laga itu, sebelumnya Kontingen Indonesia juga sempat melayangkan protes atas atlet Iqbal Chandra Pratama.

Baca Juga

Pesilat peraih medali emas Asian Games 2018 itu, yang turun pada babak penyisihan kelas 70-75 Kg secara terus menerus terkejar oleh lawan walau sudah unggul 20 poin. 

Indonesia menilai lawan tak melakukan gerakan berarti seperti masuknya pukulan dan tendangan, akan tetapi menjadi janggal karena selalu mendapatkan penambahan poin dari juri. 

Terkait pertandingan Iqbal ini, Indonesia juga melayangkan protes namun keputusannya menyatakan bahwa poin tersebut tidak dapat dianulir.

Pencak SilatSEA Games 2021

Berita Terkini