x

Melati Daeva: Berawal dari Sakit Paru-paru Hingga Harumkan Indonesia

Senin, 26 Oktober 2020 12:49 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
26 September 1994 menjadi tanggal spesial bagi bulutangkis Indonesia, karena saat itu lahir salah satu talenta terbaik Tanah Air, Melati Daeva Oktavianti.

INDOSPORT.COM - 26 September 1994 menjadi tanggal spesial bagi bulutangkis Indonesia, karena saat itu lahir salah satu talenta terbaik Tanah Air, Melati Daeva Oktavianti.

Selain sepak bola, bulutangkis bisa dibilang merupakan olahraga yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Prestasi cabang olahraga ini bahkan sudah tidak perlu ditanya lagi.

Baca Juga
Baca Juga

Total tujuh medali emas, enam perak, dan enam perunggu Olimpiade sudah berhasil dibawa pulang oleh pebulutangkis Indonesia ke Tanah Air, sejak Susy Susanti menjadi yang pertama melakukannya di Olimpiade 1992 Barcelona.

Dalam kompetisi bulutangkis, Indonesia sendiri dikenal memiliki kekuatan yang tak pernah habis di sektor ganda, utamanya ganda putra. Sudah banyak nama-nama legenda yang lahir di nomor ini.

Sebut saja mulai dari Tjun Tjun/Johan Wahjudi, Christian Hadinata/Ade Chandra, Markis Kido/Hendra Setiawan, hingga kini ada pasangan fenomenal Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.

Namun, selain ganda putra, Indonesia nyatanya juga seperti tak pernah kehabisan talenta di sektor ganda campuran, yang saat ini menjadi salah satu tumpuan Tanah Air untuk juara di berbagai kejuaraan internasional.

Belum lepas dari ingatan saat Olimpiade 2016 di Brasil, Indonesia memastikan membawa pulang satu medali emas lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Kini, setelah Liliyana Natsir memutuskan gantung raket, Indonesia tak perlu khawatir. Pasalnya, ada nama baru yang bisa melanjutkan prestasi Liliyana, yakni Melati Daeva Oktavianti.

Di usianya yang kini sudah 25 tahun, Melati menjelma menjadi wanita tangguh yang tetap menjaga api semangat ganda campuran Indonesia di kancah Internasional.

Beberapa kali Melati yang kini berpasangan dengan Praveen Jordan itu sudah membuat bendera Merah Putih melambung tinggi di negara-negara orang.

Kini, dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, redaksi berita olahraga INDOSPORT coba merangkum perjalanan karier dari Melati Daeva, maestro baru ganda campuran Indonesia:

Flek Paru-paru, 'Paksaan' Ayah, dan Lirikan PB Djarum

Di saat kebanyakan anak bayi berusia tiga tahun sedang aktif-aktifnya melakukan berbagai kegiatan, hal berbeda sempat dirasakan oleh Melati Daeva.

Pasalnya, saat ia berusia 36 bulan, Melati Daeva dilaporkan mengalami flek pada bagian paru-parunya. Melati pun sempat sering merasakan sesak pada bagian dada.

Beruntung, dengan semangat dan kasih sayang yang tak pernah berhenti dari kedua orang tuanya, sulung pasangan Daud Sunandar dan Eva Muzalivah ini bisa sembuh.

Keinginan agar putrinya bisa lebih sehat, Daud Sunandar pun mulai sering mengajak Melati kecil untuk rutin berolahraga bersamanya. Sebagai seorang badminton lover, Daud pun mulai mengenalkan olahraga bulutangkis ke Melati.

“Awalnya memang gak suka, tapi karena sering diajak main sama papa akhirnya jadi suka juga,” ujar Melati seperti dikutip dari situs resmi PB Djarum pada 2011 lalu.

Meski awalnya terpaksa, Melati mulai menunjukkan ketertarikan pada dunia tepok bulu. Kecintaanya pada bulutangkis itulah yang membuat ia tertarik menjadi atlet cabor yang digeluti Taufik Hidayat itu.

Selidik punya selidik, ternyata bakat bulutangkis dalam diri Melati tidak datang tiba-tiba. Pasalnya, ia ternyata merupakan keturunan dari seorang atlet bulutangkis.

Baca Juga
Baca Juga

“Dulu eyang dari papa memang atlet bulutangkis, memang keluarga papa suka bulutangkis. Jadi mereka benar-benar mendukung saya, karena saya jadi satu-satunya penerus mereka,” ungkap dara kelahiran Serang itu.

Melihat sang anak mulai menunjukkan keseriusan di dunia bulutangkis, ayah Melati pun mendaftarkan anaknya ke PB Ratih, yang saat itu diasuh oleh Reony Mainaky.

Tak butuh waktu lama, performa Melati pun mendapat lirikan dari klub besar dan paling bergengsi di Indonesia, PB Djarum. Ia pun resmi menandatangani kontrak dan bergabung bersama PB Djarum pada September 2009, saat masih berusia 15 tahun.

Di PB Djarum, Melati hanya butuh waktu satu tahun untuk mempersembahkan prestasi. Bermain di sektor ganda putri bersama Ririn Amalia, Melatih berhasil menjuara di kelas taruna turnamen Djarum Sirkuit Nasional 2010 di Jakarta.


1. Berganti Pasangan dan Bersinar Bersama Praveen

Melati Daeva mulai meraih prestasi mentereng sejak dipasangkan dengan Praveen Jordan.

Meskipun kini namanya lebih dikenal sebagai pebulutangkis sektor ganda putri, Melati pada kenyataanya memulai kariernya di level kompetitif di nomor ganda putri.

Ririn Amalia sendiri menjadi rekan pertamanya saat bergabung dengan PB Djarum. Setelah menjuarai Djarum Sirkuit Nasional 2010, Melati/Ririn juga mengikuti Indonesia International Challenge 2010, Indonesia Grand Prix Gold 2010, Badminton Youth Asia Championship 2011.

Melati pun tercatat juga pernah bermain ganda putri bersaa Gloria Emanuelle Widjaja di Piala Walikota Surabaya pada Mei 2011 lalu. Saat itu Melati tidak berpasangan dengan Ririn, yang harus pergi ke Padang untuk menyelesaikan pendidikan SMA.

Debut prestasi internasional pun akhirnya mulai terlihat ketika bermain ganda campuran bersama Edi Subaktiar. Tak lama sejak dipasangkan, Edi/Melati langsun berhasil meraih perunggu Asia Junior Championships 2011.

Setahun berselang, barulah Melati untuk kali pertama dalam kariernya sebagai pebulutangksi sukses meraih gelar juara dan mengharumkan nama Indonesia di ajang Asia Junior Championships 2012.

Gemilang di nomor ganda campuran saat masih junior, keputusan mengejutkan diambil PBSI yang kembali memasukkan Melati di sektor ganda putri. Rosyita Eka, Melvira Oklamona, dan Uswatun Hasanah secara berurutan menjadi pasangan Melati, namun tak meraih prestasi mentereng.

Di tahun 2014, Melati akhirnya kembali menjajal ganda campuran bersama Edi Subaktiar dan sukses menembuf final New Zaeland Open. Namun, tak lama berselang, Melati kembali berganti pasangan dan kali ini ia bermain bersama Ronald Alexander.

Bersama Ronald, Melati mulai rutin mengoleksi gelar juara. Beberapa di antaranya seperti Indonesia International Challenge 2014, Chinese Taipei Grand Prix 2015, dan Indonesia Masters 2016.

Hampir tiga tahun menjalin kebersamaan, Melati dan Ronald mulai panceklik kemenangan di 2017. PBSI pun mengambil keputusan untuk melakukan perombakan dan Melati dipasangkan dengan Alfian Eko Prasetya.

Pada mulanya, Melati dan Alfia cukup menjanjikan. Tak lama sejak dipasangkan, keduanya langsung sukses mempersembahkan gelar juara Vietnam Open 2017. Sayang, prestasi itu menjadi yang pertama dan terakhir dari pasangan tersebut.

Awal 2018, Melati pun mendapat pasangan baru, yakni Praveen Jordan. Praveen sendiri sebelumnya berpasangan dengan Debby Susanto, yang menjadi kampiun All England 2016.

Masa-masa awal dipasangkan, Melati dan Praveen kerap menuai kritik karena di sejumlah turnamen gagal menembus partai final. Namun, perlahan tapi pasti, keduanya mulai menunjukkan tajinya.

Dengan semangat pantang menyerah, Melati dan Praveen pada akhirnya berhasil mengibarkan bendera Indonesia di Denmark Open 2019, French Open 2019, SEA Games 2019 dan All England 2020.

Demikianlah perjalanan karier Melati Daeva dalam meraih mimpi mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional lewat olahraga bulutangkis.

IndonesiaPraveen JordanPB DjarumRonald Alexander/Melati Daeva OctaviantiMelati Daeva OctaviantiBulutangkisBerita BulutangkisEdi Subaktiar

Berita Terkini