Termasuk Indonesia, 3 Negara Mayoritas Muslim Ini Pertimbangkan Fatwa Haram PUBG

Kamis, 21 Maret 2019 07:27 WIB
Editor: Coro Mountana
© Dot Esports
PUBG Copyright: © Dot Esports
PUBG

INDOSPORT.COM – Insiden penembakan yang terjadi di Masjid Christchurch, Selandia Baru berbuntut panjang dengan kemungkinan bakal ada larangan bermain game mobile PUBG. Jenis permainan yang tengah digandrungi anak-anak milenial itu diyakini membawa dampak buruk.

Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG) merupakan game perang online dengan jenis survival atau bertahan hidup. Intinya adalah jika seorang pemain atau tim dapat bertahan hidup menjadi yang terakhir tidak terbunuh, maka merekalah pemenangnya.

Meski populer, nyatanya game mobile PUBG mengundang sejumlah kontroversi karena membawa nilai kekerasan seperti menembak dan membunuh. Atas hal buruk yang dibawa dari PUBG serta aksi teror Selandia Baru, sejumlah negara tengah pertimbangkan untuk mengharamkan game itu.

Di Indonesia sendiri, fatwa haram PUBG, masih dalam tahap pengkajian dalam artian sedang digodok apakah perlu ada larangan bermain game mobile tersebut. Ternyata tak hanya Indonesia saja, sejumlah negara mayoritas musim ini juga tengah pertimbangkan mengharamkan PUBG.

Berikut INDOSPORT merangkumnya dalam 3 negara mayoritas musim yang pertimbangkan fatwa haram untuk PUBG.

Malaysia

Mufti Negri Sembilan Datuk Mohd Yusof Ahmad yang merupakan seorang ulama di Malaysia sebelumnya telah menyatakan keinginan agar PUBG diharamkan. Seperti yang dikutip dari NewStraitTimes, dirinya menjabarkan jika PUBG membawa dampak buruk bagi anak-anak.

“Saya yakini game ini telah direncanakan dengan sengaja sejak lama, tujuannya adalah membentuk pikiran generasi muda agar menikmati perang, untuk bertarung dan menikmati kegiatan yang ganas,” ungkapnya.

Meski telah ada wacana untuk mengharamkan PUBG, Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq menyatakan tidak setuju atas wacana itu karena game mobile itu bisa dijadikan tolok ukur akan kekerasan di dunia nyata. Persilangan pendapat yang terjadi membuat Malaysia masih ragu.