Komunitas Sehat

Henti Jantung vs Serangan Jantung pada Atlet Seperti Casillas, Apa Perbedaannya?

Senin, 2 September 2019 16:32 WIB
Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Karina Kusuma Wijaya/INDOSPORT
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Vito Anggarino di acara “Road to World Heart Day 2019”, CoHive D.Lab Jakarta, Sabtu (31/08/19) Copyright: © Karina Kusuma Wijaya/INDOSPORT
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Vito Anggarino di acara “Road to World Heart Day 2019”, CoHive D.Lab Jakarta, Sabtu (31/08/19)

INDOSPORT.COM - Salah satu dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Anggarino Damay, turut hadir dalam konferensi pers yang digelar Yayasan Jantung Indonesia (YJI), dengan tajuk ‘Road To World Heart Day’.

Saat ditemui di acara ini, dr. Vito menyampaikan bahwa setiap orang yang memiliki riwayat penyakit jantung masih berkesempatan untuk melakukan olahraga, asalkan sesuai dengan kapasitas orang tersebut.

“Boleh sekali, orang yang punya penyakit jantung harus bisa berolahraga, asalkan sesuai kapasitas dia,” katanya saat ditemui di konferensi pers Jakarta Heart Bike 2019, CoHive D. Lab, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/19).

Sebagaimana disampaikan oleh dr. Vito, penderita penyakit jantung bisa melakukan Treadmill Exercise Test, di mana penderita akan treadmill dengan bantuan alat elektrokardiogram (EKG), yang bertujuan merekam perubahan aktivitas listrik jantung. Jika rekaman tersebut terlihat baik, berarti penderita bisa berolahraga.

Aktivitas olahraga pun harus disesuaikan dengan fungsi jantung dan kapasitas fungsi jantung si penderita setelah dinyatakan memiliki penyakit jantung. Kalau memang si penderita sudah mampu berjalan kaki, itu sudah termasuk olahraga baginya.

Berkaitan dengan insiden para atlet yang meninggal dunia secara mendadak di lapangan atau selepas olahraga, dr. Vito menegaskan bahwa kita harus bisa membedakan henti jantung dengan serangan jantung.

“Kita harus bisa bedakan henti jantung dengan serangan jantung. Orang yang berhenti jantung belum tentu serangan jantung, jadi yang terjadi pada atlet belum tentu serangan jantung,” tegasnya.

“Jadi ada juga gangguan jantung yang namanya Aritmia, ini bisa berakibat fatal dan penyakit bawaan (keluarga), atlet mungkin tidak proper dalam medical check-up, dan dia tidak tahu kalau punya aritmia hingga terjadi henti jantung itu, ” terangnya.

Dia memberi contoh seorang atlet yang memang terkena serangan jantung, yakni kiper asal Spanyol, Iker Casillas. Di mana Casillas memang sudah memasang ring di jantungnya.

Dr. Vito menyimpulkan ada beberapa kemungkinan yang biasa dialami atlet, di antaranya murni terkena serangan jantung, aritmia, atau penyakit lain yang tidak terdeteksi bahkan ketika dia olahragawan sekalipun.

Untuk mencegah penyakit jantung yang fatal, dr. Vito menyebutkan bersepeda dan berjalan kaki cepat selama 30 menit dalam sehari, 3-5 kali dalam seminggu, bisa sangat membantu.

Penulis: Karina Kusuma Wijaya