Merinding! Pengorbanan Atlet Paralimpiade Hadapi Taliban di Afganistan

Senin, 23 Agustus 2021 19:35 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© paralympic
Curtis McGrath, atlet paracanoe asal Australia. Copyright: © paralympic
Curtis McGrath, atlet paracanoe asal Australia.

INDOSPORT.COM - Salah satu atlet Paralimpiade yang bakal berlaga di Tokyo, Curtis McGrath, pernah berhadapan dengan pasukan Taliban di Afganistan.

Tentu bukan sebuah pengalaman indah nan mengesankan, mengingat pada saat itulah ia harus kehilangan kakinya akibat terkena ledakan.

Sebelum terjun menekuni olahraga paracanoe, Curtis McGrath sempat mengabdi sebagai tentara Australia yang pergi ke Afganistan.

Hatinya pun ikut hancur lebur ketika mendengar kabar Taliban berhasil merebut paksa Kabul beberapa waktu lalu.

Bukan hanya itu, ia sekarang jadi kesal jika teringat perjuangan serta pengorbanannya dan rekan-rekannya dahulu. Pasalnya, kini Taliban justru berhasil menguasai ibu kota Afganistan, yang membuat situasi di sana jadi mencekam.

“Apakah pengorbanan saya sampai kehilangan kaki sepadan? Sebelum pekan lalu, saya akan berkata iya,” ucap Curtis McGrath, seperti pernah diwartakan laman Mirror.

“Saya sangat kesal dan marah. Kami telah melatih dan membekali 300 ribu orang Afganistan dengan senjata, dan mereka seperti cuma menyerahkannya saja ke Taliban,” ujarnya lagi.

Tentu saja, Curtis McGrath juga manusia biasa yang turut merasakan emosi ketika mendengar kabar dari Afganistan beberapa waktu lalu. Ia prihatin, sedih, kesal, marah, perasaannya bercampur aduk jadi satu.

“Awalnya, saya pun bertanya-tanya, apakah ini semua sepadan dengan uang, nyawa, dan juga tubuh yang sudah dikorbankan? Saya mencoba bertanya ke sesama rekan veteran saya, dan (responsnya) bermacam-macam,

“Beberapa di antaranya merasa marah dengan situasi dan mereka punya hak untuk itu,” tambah pria yang kini berusia 33 tahun tersebut.

Curtis McGrath sendiri adalah salah satu atlet yang diunggulkan meraih medali emas di Paralimpiade Tokyo 2020. Namun persiapan menuju ajang olahraga tersebut harus terganggu kabar sedih dari Afganistan.

Mau tidak mau, ia pun jadi teringat kembali apa yang terjadi saat ia dan rekan-rekan tentaranya berjuang dalam Operation Slipper di Afganistan.