In-depth

Fomula E Jadi Ajang Kampanye Energi di Jakarta, Efektif?

Senin, 9 September 2019 19:23 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti, Arief Tirtana | Editor: Lanjar Wiratri
© Lev Radin/Pacific Press/LightRocket via Getty Images/Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Ilustrasi Formula E jadi di Jakarta. Copyright: © Lev Radin/Pacific Press/LightRocket via Getty Images/Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Ilustrasi Formula E jadi di Jakarta.

INDOSPORT.COM - Sejak awal kemunculannya di tahun 2014, ajang balap Formula E sudah menyertakan embel-embel kampanye penggunakan energi terbarukan dan juga masalah polusi dalam setiap agendanya.

Kendaraan yang 100 persen menggunakan tenaga listik, tak adannya asap emisi yang dikeluarkan, juga kendaraan yang relatif tak mengeluarkan polusi udara menjadi nilai tawar lebih Formula E yang tak dimiliki ajang balap sejenis lainnya. Faktor-faktor tersebut jugalah yang salah satunya menjadi alasan akhirnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tetarik untuk membawa balapan Formula E ke Ibu Kota.

"Kami bekerja keras mendatangkan Fomula E dalam rangka mengkapanyekan kendaraan ramah lingkungan," ungkap Anies dalam kunjungannya ke Indonesia Electric Motor Show 2019, Kamis (05/09/19).

Namun pertanyaannya, seberapa efektifkah upaya Pemerintah DKI Jakarta untuk membawa Formula E ke Ibu Kota? Terutama sebagai alat kampanye masalah polusi dan penggunaan energi terbarukan agar berjalan sesuai tujuan.

Mobil Listrik dan Energi Ramah Lingkungan

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, INDOSPORT menemui Satrio Swandiko, selaku Renewable Energy Campaigner Greenpeace Indonesia.

Dalam penjelasannya, Satrio secara umum menyebut bahwa Greenpeace bersikap netral dengan rencana digelarnya balapan Formula E di Jakarta, dalam kaitannya ke kampanye masalah lingkungan tersebut.

Namun lebih lanjut Satrio menekankan harus ada tujuan yang jelas dan tak setengah-setengah dari pemerintah. Karena jika tujuannya hanya sebatas pengenalan mobil listrik, mungkin akan bisa tecapai. Namun jika tujuannya lebih luas ke penggunaan energi terbarukan secara menyeluruh, Greenpeace menilai Fomula E belum menjadi sarana yang tepat.

"Apa sih tujuan utamanya dari mengadakan Formula E? Apakah pengenalan mobil listrik  atau kampanye energi?" kata Satrio kepada INDOSPORT.

"Kalau tujuannya kampanye mobil listrik mungkin masuk. Karena di UK dan di US sendiri setelah ada Formula E, penjualan mobil listrik menjadi (meningkat) signifikan," jelasnya menambahkan.

Sebaliknya jika tujuannya adalah kampanye enegi ramah lingkungan secara menyeluruh, Greenpeace meragukan Formula E akan menjadi sarana yang tepat. 

Fakta bahwa akan ada konsumsi listrik yang besar saat event berlangsung menjadi acuan utamanya. Selain juga fakta bahwa sumber listrik di Indonesia masih berasal dari Pembangkit Listrik Batu Bara, yang jauh dari kata ramah lingkungan.

"Kalau tujuannya mau kampanye energi, ini mungkin tak masuk. Karena nanti ada 18 mobil yang berlomba di sana dan men-charging 18 mobil full, itu kira-kira setara dengan konsumsi 2000 rumah di UK," terang Satrio.

"Walaupun nanti dari Formula E ada komitmen akan menggunakan energi yang bersih, dengan membawa charging stasion sendiri untuk mobil (yang digunakan). Tapi keseluruhan event yang menunjang tidak menggunakan itu. sepeti misalnya lampu, sound system, kamera dan layar. Itu masih kemungkinan menggunakan listrik dari PLN yang masih 56 persen disuplai dari PLT batu bara," beber Satrio.

Dirinya menilai kalau memang Formula E ingin dijadikan sarana kampanye lingkungan yang lebih baik. Penggunaan energi ramah lingkungan secara menyeluruh harus digunakan dalam kelengkapan acara yang berlangsung.

Momentum dan Nama Baik Indonesia
Meski masih meragukan sepenuhnya tujuan tekait kampanye ramah lingkungan tercapai dari gelaan Formula E di Jakarta, Satio menjelaskan bahwa Greenpeace Indonesia tetap menaruh harapan dengan digelarnya even balap yang direncanakan akan berlangsung tahun 2020 itu.

Paling tidak, Fomula E bisa menjadi momentum konservasi enegi dan meningkatkan nama baik Indonesia di dunia internasional terkait masalah lingkungan.

"Harapannya dengan adanya Formula E, Pemerintah bisa menggunakan sebagai monentum terbaik ke arah enegi terbarukan dan konservasi enegi.

"Dengan level internasional juga bisa dimanfaatkan dengan baik agar nama Indonesia naik. Jadi harapannya, kalau misalkan memang ingin berkampanye energi silakan lakukan itu 100 persen jangan setengah-setengah," tutup Satrio.