Formula 1

Sisi Lain Lewis Hamilton, Juara Dunia F1 yang Berperangai Buruk

Selasa, 29 September 2020 20:45 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Indra Citra Sena
© Albert Gea/Pool via Getty Images
Lewis Hamilton kini tengah menjadi sorotan, di mana ia dianggap bagi sebagian orang sebagai seorang juara dunia Formula 1 (F1) yang memiliki perangai buruk. Copyright: © Albert Gea/Pool via Getty Images
Lewis Hamilton kini tengah menjadi sorotan, di mana ia dianggap bagi sebagian orang sebagai seorang juara dunia Formula 1 (F1) yang memiliki perangai buruk.

INDOSPORT.COMLewis Hamilton kini tengah menjadi sorotan, di mana ia dianggap bagi sebagian orang sebagai seorang juara dunia Formula 1 (F1) yang memiliki perangai buruk.

Hamilton menjadi sorotan karena merasa didzolimi usai mendapatkan hukuman penalti 10 detik setelah melakukan latihan start di luar zona yang telah disiapkan, yang menyebabkan ia harus finis di peringkat ketiga F1 GP Rusia akhir pekan lalu.

Kemudian pembalap tim Mercedes itu secara blak-blakan menunjukkan kekesalannya baik di komunikasi radio tim dan tuduhannya kepada steward, yang dinilai mencoba menghentikan Hamilton.

Tentunya sifat Hamilton mendapatkan perhatian terutama dari para kritikus F1, yang menilai bahwa ia merupakan seorang juara bertahan berperangai buruk, sebagaimana dilansir dari laman The Race.

Sifat Egois dan Mudah Menyalahkan Orang Lain

Sebagai seorang juara bertahan F1 dan juga publik figur tentunya membuat para penonton memiliki harapan tinggi bahwa Lewis Hamilton merupakan sosok yang bijaksana dan memiliki sifat baik.

Namun pembalap asal Inggris tersebut tetaplah seorang manusia, yang memiliki dua sisi positif dan negatif. Ia memang dikenal sebagai tokoh yang memiliki sifat ingin tahu tinggi, ulet, tak kenal lelah.

Akan tetapi di sisi lain dalam kasus Lewis Hamilton, ia nampak kesulitan menahan emosi negatifnya di hadapan publik. Dia mudah marah terhadap sesuatu hal yang bertentangan dengan ekspektasinya.

Apalagi ia tak mudah menerima maupun merelakan hal buruk baik disengaja maupun tidak yang menerima dirinya. Hamilton lebih memilih menuruti egonya, dengan mengeluh dan menyalahkan pihak lain, dengan embel-embel bahwa orang lain mencoba menghentikannya.

Sifat sisi lain yang ditunjukkan oleh Hamilton pun menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya sisi tersebut merupakan watak aslinya yang sulit diubah? Atau ia memang belum bisa mengolah emosi, serta lebih memilih mengikuti egonya?

Namun yang pasti, Lewis Hamilton perlu berbenah diri dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun yang menimpa dirinya, dan mencoba melihat sebuah insiden atau kesalahan agar tak terulang di kemudian hari.

Pasalnya, senang atau tidak, walaupun para olahragawan tetap hanyalah manusia biasa, namun mereka tetaplah seorang publik figur yang menyimpan banyak harapan dari masyarakat.