AkuratCo

Kondisi Sedang Sulit, Anggota DPR Sentil Peran Ahok di Pertamina

Selasa, 30 November 2021 22:15 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menyoroti peran Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai komisaris utama Pertamina. Copyright: © Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menyoroti peran Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai komisaris utama Pertamina.

INDOSPORT.COM - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menyoroti peran Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai komisaris utama Pertamina yang tengah menjabat saat ini.

Apalagi menurutnya, Pertamina sekarang tengah berada di tengah situasi yang sulit. Untuk itu, ia menilai komisaris utama harusnya berperan penting dalam memajukan kinerja perusahaan.

“Dalam kondisi Pertamina yang sulit karena belum berhasil menyelesaikan pembagunan kilang minyak di Tuban,

“Keberadaan komisaris utama harusnya dapat meningkatkan pengawasan dan mendorong kinerja perusahaan agar lebih baik," ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (30/11/21).

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini juga menyampaikan, sebagai komisaris utama, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok harusnya bisa membantu Pertamina mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi.

Selain itu, Mulyanto juga menambahkan, komisaris ikut bertanggung jawab atas kinerja perusahaan yang dipimpin.

Termasuk, ketika beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo memarahi direktur utama Pertamina, itu sama artinya presiden sedang memarahi dewan komisaris pula.

“Ahok harusnya paham dengan sistem tanggung renteng dalam pengelolaan perusahaan negara ini. Bukan malah bicara seolah dirinya bukan bagian dari Pertamina,

“Sebagai komisaris utama Ahok harusnya banyak bekerja bukan malah banyak bicara. Dia tidak bisa lepas tangan dengan kondisi Pertamina sekarang," kata politikus partai PKS tersebut.

Mulyanto mengingatkan, saat ini Pertamina masih mempunyai tugas berat untuk menekan impor BBM termasuk gas LPG, yang selama ini menyumbang angka cukup signifikan bagi defisit transaksi perdagangan, khususnya sektor migas.

Untuk diketahui, Pertamina berencana menambah dua kilang baru, yakni Kilang GRR Tuban dengan kapasitas terpasang 300 ribu bph (barel per hari) dan Kilang Bontang.

Namun realisasinya belum meyakinkan, ditambah lagi pembangunan Kilang Tuban yang ternyata terus molor dan pembangunan Kilang Bontang dibatalkan. Dari total enam kilang yang ada, dihasilkan BBM sebanyak 850-950 ribu bph.

Dengan kebutuhan BBM hari ini yang sebesar 1,6 juta barel, kekurangannya pun diperkirakan sebesar 800 ribu bph, dipenuhi dari impor yang mendominasi defisit transaksi migas sebesar 7 miliar dolar AS pada tahun 2020.

Baca berita asli di Akurat.co

Disclaimer : Artikel ini adalah kerja sama antara Indosport.com dengan AkuratCo Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, video, grafis, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab dari AkuratCo