Herbert Scheele 'Penjegal' Indonesia Pertahankan Gelar Thomas Cup

Minggu, 7 Februari 2016 12:30 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:

Pada edisi pagelaran Thomas Cup edisi ke 6 yang berlangsung di Tokyo, Jepang 1964, tim bulutangkis Indonesia sukses meraih gelar ketiga mereka. 

Di final, perjuangan Ferry Sonneville dan kawan-kawan berbuah manis. Bertemu wakil Eropa, Denmark, Tan Tjoe Hock, Ferry Sonneville, Tan King Gwan, AP Unang, Tutang Djamaludin dan Ang Tjin Siang mampu mengandaskan perlawanan Erland Kops dan kawan-kawan dengan skor 5-4. 

Tiga tahun setelahnya, Indonesia mendapat kehormatan jadi tuan rumah Piala Thomas edisi 1967. Bertempat di Jakarta, ada ambisi dari tim Thomas Indonesia untuk bisa pertahankan gelar mereka. 

Masih diisi sebagian besar tim Thomas edisi 1964 plus pebulutangkis Rudi Hartono yang masih belia, Indonesia suskes melangkah mulus ke babak final. 

Di final, Indonesia bertemu musuh bebuyutan, tidak hanya di arena olahraga namun juga arena politik, Malaysia. Laga final yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta tidak hanya soal ambisi pertahankan gelar namun juga pertaruhan harga diri bangsa bermuatan politis. 

Memiliki semangat berlebih, tim Thomas Indonesia bermain mati-matian demi memuaskan khalayak umum yang memadati Istora Senayan. Sayang harapan dibayar dengan rasa sesal berkepanjangan publik tanah air. 

Mengapa? sosok wasit kehormatan, Herbert Scheele jadi penyebabnya. Siapa dia dan apa yang ia lakukan di babak final tersebut? berikut mengenal lebih dekat Herbert Scheele, penjegal harapan pecinta bulutangkis Indonesia: 

106