Ada 'Bau Asap Rokok' di Balik Kegemilangan Piala Thomas Indonesia

Minggu, 22 Mei 2016 13:37 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Yoppi Rosimin PB Djarum Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Yoppi Rosimin PB Djarum
Awal Berdirinya PB Djarum

Berdiri pada 1974, pada awalnya perkumpulan PB Djarum hanya dijadikan sebagai wadah penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok Djarum di Kudus. Namun, pada tahun 1970, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, tetapi juga pemain dari luar, hal tersebut menjadi cikal bakal pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain bulutangkis nasional dimulai.

Kecintaan sang CEO Djarum kala itu, Robert Budi Hartono, pada bulu tangkis serta kegilaan karyawan PT Djarum bermain dan berlatih olahraga yang sama, maka dibuatlah sebuah tempat latihan bulutangkis. Pada 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 – Kudus, pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulu tangkis di bawah nama komunitas Kudus.

Setelah itu lahirlah atlet muda berbakat, Liem Swie King, yang meraih prestasi demi gemilang. Budi Hartono pun semakin  menyeriusi kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.

Ketikan Indonesia meraih Piala Thomas pada 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia, tujuh dari delapan pemain tim putra merupakan jebolan PB Djarum. Kedelapan pemain terebut ialah Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo.

1