5 Penyebab Merosotnya Kekuatan Praveen/Debby di Atas Lapangan

Sabtu, 29 April 2017 16:21 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Ramadhan
© Humas PBSI
Praveen Jordan dan Debby Susanto (All England Open 2017). Copyright: © Humas PBSI
Praveen Jordan dan Debby Susanto (All England Open 2017).
Tak Mau Belajar dari Kesalahan

Untuk pemain di level Praveen/Debby istilah penurunan kekuatan usai menjuarai ajang All England 2016 semestinya tak boleh terjadi. Keduanya harus mampu menjaga konsistensi dan tentunya mau terus belajar dan mengenal betul kekuatan lawan saat berada di lapangan.

Saat menjuarai All England 2016, Praveen/Debby berstatus sebagai underdog yang kekuatannya belum banyak diketahui lawan sehingga mereka mampu tampil mengejutkan. Selepas itu, hampir seluruh sektor ganda campuran akan mempelajari gaya permainan sang juara All England tersebut.

Mengandalkan satu kelebihan tak akan cukup dan sulit untuk membuat Praveen/Debby kembali merengkuh gelar juara. Terutama untuk Praveen yang dianggap masih tampil di bawah kualitas Debby, tentunya ia harus lebih mampu membaca dan memahami pergerakan lawan saat berada di lapangan dan bisa mengambil keputusan penting.

“Mungkin saya lihat Praveen punya spesial smash kencang tapi semua lawan pelajari cara main dia sehingga punya smash kencang saja itu tidak cukup,” tegas Susy saat dimintai keterangan mengenai bakat istimewa Praveen.

Di ajang Kejuaraan Bulutangkis Asia 2017 ini saja, Praveen lebih sering melakukan kesalahan sendiri seperti pengembalian yang melebar dari lapangan. Hal itulah yang justru membuat ia dan Debby sering kehilangan banyak poin hingga akhirnya kalah. Dan Praveen sepertinya tak belajar dari kesalahan-kesalahan yang berulang kali ia lakukan.