PBSI: Jadwal BWF Berpotensi 'Matikan' Karier Pebulutangkis Indonesia

Selasa, 18 Desember 2018 19:10 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Dimas Ramadhan/Indosport.com
Susy Susanti, Kabidbinpres PBSI. Copyright: © Dimas Ramadhan/Indosport.com
Susy Susanti, Kabidbinpres PBSI.

INDOSPORT.COM - Cederanya Marcus Gideon di kejuaraan BWF World Tour Finals 2018 di China belum lama ini membuat federasi bulutangkis Tanah Air, PBSI bereaksi keras.

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Susy Susanti, menyatakan keberatan terhadap regulasi Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) yang diberlakukan bagi pemain.

Menurut Susy, aturan BWF dimana mewajibkan pebulutangkis tunggal, putra dan putri, yang berada pada peringkat 15 besar serta sepuluh besar nomor ganda, putra, putri, dan campuran, untuk mengikuti 12 turnamen terbuka sangat tidak ideal.

Apalagi nantinya ada kejuaraan multievent (antar negara) yang harus diikuti, sehingga jumlah pertandingan tersebut sangat banyak dan membebani, bahkan berpotensi membuat pemain cedera.

"Saya lihat dengan padatanya pertandingan ini hal yang cukup sulit, harusnya minimal 8-9 (dari BWF) buakan 12 seperti sekarang. BWF jangan terlalu membebani atlet karena mungkin orang luar gak tahu, tapi ini mereka itu atlet bukan robot," katanya.

"Idealnya menurut saya itu 8-9 pertandingan (wajib) dan nanti tambahannya dari multievent," sambung Susy.

Lebih lanjut, Susy menjelaskan jika PBSI bersama beberapa negara lain telah menyampaikan keberatannya soal padatnya jadwal ke BWF.

Pasalnya, dengan kondisi yang terjadi saat ini banyak atlet yang tidak bisa tampil konsisten lantaran kondisi fisiknya terkuras sepanjang tahun.

"Kita berikan masukan ini, tapi bukan hanya Indonesia tapi ada juga China, Denmark, Jepang dan lainnya karena mereka juga mengeluhkan terlalu capek. Kalau dipaksan bisa cederai atlet," ujar mantan pebulutangkis tersebut.

Terus Ikuti Update Seputar Bulutangkis dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM