Sakit Hati pada China, Pebulu Tangkis Ini Pilih Move On dan Semakin Cerah Bersama Negara Barunya

Senin, 17 Juni 2019 21:16 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© RT.com
Pelari maraton China menolak membawa bendera China sampai akhirnya kalah. Copyright: © RT.com
Pelari maraton China menolak membawa bendera China sampai akhirnya kalah.

INDOSPORT.COM - Tidak ada yang menampik kalau saat ini China menjadi kiblat bulu tangkis dunia. Berbagai prestasi mendunia berhasil dicetak oleh para atlet mereka.

Deretan pebulu tangkis seperti Lin Dan, Shi Yuqi, Chen Long dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk nyata kedigjayaan China di sektor bulu tangkis.

Namun siapa sangka, di negara yang menjadi kiblat bulutangkis dunia tersebut, para pebulu tangkis ini malah lebih memilih hijrah ke negara lain, lantaran ingin mendapatkan karier yang lebih mentereng.

Pebulu tangkis tersebut, tak lain tak bukan adalah Zhou Mi dan Pi Hongyan. Zhou Mi pernah menjadi pebulu tangkis China yang kemudian pindah ke Hong Kong dan menjadi bagian dari negara tersebut namun tidak berganti kewarganegaraan.

Kepindahannya sempat mendapat komentar dari pelatih Li Yong Bo yang mempertanyakan rasa nasionalismenya. Bersama dengan China, ia meraih gelar World Grand Prix 2000, medali silver Kejuaraan Dunia 2001, medali Emas ASIAN Games 2002 dan lain sebagainya.

Zhou Mi juga sempat menyatakan bahwa meninggalkan China bukanlah hal yang mudah, namun ia tetap bertukar bendera Hong Kong dan sukses kembali bersinar di sana.

Setidaknya gelar juara Korea Open yang berhasil diraihnya di tahun 1999 bersama dengan China, kembali sukses diulangnya di bawah bendera Hong Kong pada tahun 2008 dan sejumlah prestasi lainnya.

Selanjutnya adalah Pi Hongyan, pebulutangkis China yang pindah ke Prancis. Bersama dengan Prancis, ia berhasil melaju ke All England Super Series, meskipun akhirnya kalah di final oleh pebulutangkis mantan negaranya, Xie Xingfang, dengan skor 6-21 dan 13-21.

Selain itu, selama bendera Prancis, ia juga pernah mengukir sejarah apik dengan mengalahkan unggulan kedua, Zhang Ning (China) di semifinal Olimpiade Athena 2004 dengan skor akhir 21018, 21-23 dan 24-22.

Bersama Prancis, ia berhasil meraih gelar Singapura Open dan Juara Nasional Prancis serta menjadi semifinalis Swiss Open, Indonesia Open, dan All England, dengan prestasi puncak medali emas di Olimpiade Beijing 2008.