Eks Petenis Indonesia di Wimbledon Bongkar 'Borok' Pemerintah

Selasa, 25 Juni 2019 15:36 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Robert Prezioso/Getty Images
Tami Grende, petenis Indonesia di ajang Australia Open 2015 Copyright: © Robert Prezioso/Getty Images
Tami Grende, petenis Indonesia di ajang Australia Open 2015

INDOSPORT.COM - Mantan juara Wimbledon 2014 asal Indonesia, Tami Grende membeberkan bagaimana sikap pemerintah kepadanya usai menjuarai salah satu turnamen Grand Slam.

Sekadar informasi, Tami Grende menjadi salah satu petenis muda Tanah Air yang berhasil ambil bagian di turnamen Wimbledon 2014.

Wimbledon 2014 adalah karier pertama Tami Grende di turnamen Grand Slam. Namun baru pertama kali bermain di salah satu turnamen Grand Slam dan berpasangan dengan petenis China, Qiu Yu Ye.

Bersama Yu Ye, ia langsung sukses keluar sebagai juara di sektor ganda putri pada turnamen yang  diselenggarakan di Inggris.

© EMPICS Sport - EMPICS / Contributor via Getty Images
Tami Grende dan Qiu Yu Ye, memegang trofi girls doubles di Wimbledon 2014 Copyright: EMPICS Sport - EMPICS / Contributor via Getty ImagesTami Grende dan Qiu Yu Ye, memegang trofi girls doubles di Wimbledon 2014

Berhasil meraih juara dan mengibarkan Bendera Merah Putih di negeri orang, tak lantas membuatnya mendapat pengakuan dari pemerintah Indonesia pada tahun 2014.

Dalam wawancara eksklusifnya bersama INDOSPORT, ia menuturkan kalau pemerintah sama sekali tidak memberikan apresiasi apapun padanya.

"Ha ha ha, saya tidak dapat pengakuan atau penghargaan apapun dari pemerintah, diundang ke Istana Negara juga tidak," tutur Tami kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.

Petenis kelahiran Denpasar, 22 Juni 1997 keluar sebagai juara Wimbledon tahun 2014 setelah mengalahkan Marie Bouzkova/Dalma Galfi dengan skor, 6-2, 7-6 (5).

Meskipun demikian, tak lantas membuatnya mendapat undangan ke Istana Negara dari pemerintah Indonesia sebagai wujud apresiasi telah mengharumkan nama Indonesia.

"Tidak pernah, padahal diundang ke Istana Negara merupakan salah satu mimpi saya," pungkasnya.

Tentunya ini menjadi catatan menyedihkan bagi pemerintah Indonesia yang bahkan tidak memberi apresiasi kepada atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.

Semoga di masa mendatang, kejadian seperti ini tak perlu tak terjadi lagi dan pemerintah bisa lebih apresiatif lagi kepada atletnya yang berprestasi, terutama di bidang tenis.