Kenang Duka Bulutangkis Tanah Air Era 90-an, Susy Susanti: Indonesia Sempat Dikucilkan

Selasa, 24 September 2019 14:37 WIB
Penulis: Shintya Maharani | Editor: Isman Fadil
© Shintya Maharani/INDOSPORT
Susy Susanti dan Alan Budikusuma, tokoh legendaris bulutangkis Indonesia. Copyright: © Shintya Maharani/INDOSPORT
Susy Susanti dan Alan Budikusuma, tokoh legendaris bulutangkis Indonesia.

INDOSPORT.COM - Tidak bisa dipungkiri bahwa kini Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap terkuat di dunia dalam cabang olahraga bulutangkis. Bahkan kini, ada beberapa pemain asal Indonesia yang berada di posisi nomor wahid dunia, sebut saja pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Jika kini bulutangkis Indonesia begitu besar di mata dunia, bagaimana perjuangan para atlet terdahulu mengangkat nama Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini? 

Untuk itu, INDOSPORT berkesempatan secara  langsung bertemu legenda hidup yang dijuluki pasangan emas olimpiade, yakni Susy Susanti dan Alan Budikusuma dan mendengarkan sepenggal kisah tentang perjuangan mereka dahulu.

“Sebagai pejuang, kecintaan terhadap tanah air dan nasionalis kita memang diuji di ajang Internasional. Kami berjuang habis-habisan,” tutur Alan dengan antusias saat berbincang dengan INDOSPORT.com.

Secuil kisah pahit tentang bulutangkis Indonesia di era 90-an awal pun akhirnya terbongkar. Dengan penuh semangat, Susy pun bercerita.

“Jadi kalau dulu sesama atlet itu di ajang Internasional pasti ada momen tukar-tukaran pin, nah di sana baru berasa Indonesia tuh tidak dianggap. Mereka (atlet luar) tuh nggak mau tukar pin sama Indonesia,” kenang Susy.
 
“Karena mereka nggak tahu Indonesia atau kadang mereka tanya, ‘Indonesia itu dimana?’ atau ‘Indonesia itu di sebelah mananya Bali?’ begitu, sedihlah pokoknya, hahaha,” tambahnya sembari tertawa.

Namun, keadaan pun berangsur berubah usai kedua legenda hidup ini berhasil menyabet medali emas untuk Indonesia pertama kalinya di Olimpiade Barcelona 1992. Saat itu, perhatian dunia tertuju kepada mereka.

“Tetapi pada saat saya dan Alan berhasil meraih emas di Olimpiade Barcelona 1992 dan Indonesia saat itu ada di peringkat 20 besar dunia di Olimpiade, baru semua pada nyari kami bahkan mereka minta tukar pin duluan,” ungkapnya.

“Jadi, sebegitu berharganya memang sebuah prestasi. Orang luar bisa menghargai bangsa kita karena prestasi,” pungkas Susy Susanti.