INDOSPORT.COM - Pergi ke Amerika Serikat pada 1998 lalu pindah dan menetap di Kanada sejak 2001. legenda bulutangkis Indonesia, Ardy B. Wiranata, mengaku belum sempat pulang kampung ke tanah kelahirannya, Jakarta.
Hal tersebut dikarenakan padatnya jadwal pekerjaannya kini sebagai pelatih bulutangkis di sana. Bila ditotal Ardy sudah lebih dari dua dekade tidak menginjakkan kakinya di Indonesia.
Sekadar informasi, usai pensiun (1998) Ardy pernah dipercaya menjadi pelatih timnas bulutangkis Amerika Serikat dan Kanada. Belakangan ia diketahui menjabat pelatih dari sebuah klub bulutangkis di Kanada, yakni Glencoe.
Lama tidak pulang ke Indonesia, lantas hal apa yang dirindukan oleh sang legenda? Berikut pengakuan Ardy B. Wiranata secara eksklusif kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
“Saya rindu sekali sama makanan Indonesia, semuanya tanpa terkecuali karena enak semua! Saya bingung kalau disuruh sebutkan satu makanan saja,” ujar Ardy dengan antusias, Kamis (3/10/19).
“Kalau masalah makanan memang Indonesia jagonya, tidak ada yang bisa mengalahkan. Untungnya, di sini sudah ada yang menjual kuliner khas Indonesia, jadi sedikit mengobati rindu, tapi tetap beda rasanya ya. Nggak senikmat tempat aslinya,” imbuhnya disambung gelak tawa.
Selain makanan, ternyata masih ada satu hal lain yang ia rindukan dari Tanah Air. Apa lagi kalau bukan berkumpul dengan teman-teman seperjuangannya.
“Saya juga kangen kumpul sama teman-teman. Sekarang sih cuma bisa komunikasi lewat aplikasi pesan singkat Whatsapp saja. Saya nggak punya Instagram soalnya,” ujarnya.
“Lumayan masih sering Whatsapp-an sama Hariyanto Arbi, Hermawan Susanto, dan beberapa kali juga sempat dengan Hendrawan. Ingin ketemu yang lain juga, tapi semuanya kini sudah punya kesibukan masing-masing yang cukup padat ya,” pungkas Ardy.
Ardy B. Wiranata adalah mantan pebulutangkis tunggal putra andalan Indonesia. Namanya pernah begitu berkibar hingga tingkat dunia pada era 1990-an dan kerap bersanding dengan Alan Budikusuma di beberapa kejuaraan, salah satunya Olimpiade Barcelona 1992.