In-depth

Profil Johan Wahyudi: Legenda Ganda Putra yang Sempat 'Kecewa' dengan Bulutangkis Indonesia

Jumat, 15 November 2019 17:35 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Indra Citra Sena
© PB Djarum
Legenda ganda putra Indonesia, Johan Wahyudi baru saja tutup usia. Namun bagaimanakah perjalanannya selama berkecimpung di dunia bulutangkis? Copyright: © PB Djarum
Legenda ganda putra Indonesia, Johan Wahyudi baru saja tutup usia. Namun bagaimanakah perjalanannya selama berkecimpung di dunia bulutangkis?

INDOSPORT.COM - Legenda ganda putra Indonesia, Johan Wahyudi, baru saja tutup usia. Seperti apakah kisah dan perjalanannya selama berkecimpung di dunia bulutangkis?

Pebulutangkis ganda putra yang memiliki nama lengkap Johanes Wahyudi tersebut diketahui lahir di Malang, Jawa Timur, 10 Februari 1953. Johan, sapaan akrabnya, diketahui sudah terjun dalam dunia tepok bulu sejak berusia empat tahun.

Johan kecil kala itu mendapat didikan langsung dari sang ayah yang bernama Mangku Prayitno yang notabene seorang atlet bulutangkis asal Jawa Timur.

Ketika masih di Sekolah Dasar (SD), ayahnya sering kali mengajak Johan pada saat bertanding di berbagai desa. Alhasil, di usianya yang ke-13, ia pun berlatih di klub Gajah Puti Malang, lalu lanjut ke klub Rajawali Surabaya setiap akhir pekan.

Klub tempat Johan berlatih di Surabaya merupakan klub yang menghasilkan banyak pemain dunia seperti Rudy Hartono yang berhasil menjuarai All England 8 kali dan masih banyak lagi.

Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA pada tahun 1971, Johan akhirnya menetap dan berlatih penuh di klub Rajawali.

Ketika dirinya hanya menjadi runner-up di kejuaraan Wahono Cup, Johan pun mendapat kesempatan untuk ikut training center (TC) atau sekarang yang lebih dikenal dengan sebutan Pelatnas pada tahun 1972.

Masuk ke Pelatnas dan langsung dipasangkan dengan Tjun Tjun, Johan langsung menggebrak dengan menjuarai All England 1974 dan kemudian berhasil mempertahankannya setahun berikutnya.

Meskipun gagal juara di tahun 1976, Johan/Tjun-tjun akhirnya berhasil kembali merebut takhta mereka dan menjadi juara beruntun periode 1977-1980.

Sempat diberlakukan tak adil oleh pejabat di bidang olahraga pada masanya

Ketika berhasil menjadi juara All England 1978, Johan/Tjun Tjun yang sempat ditanyai jurnalis mengenai kehidupan mereka saat menjadi atlet. Dengan tegas keduanya menjawab bahwa kehidupan menjadi seorang pebulutangkis sangat sulit.

Bahkan apa yang menjadi ungkapan hati mereka dimuat menjadi tajuk utama di halaman surat kabar hingga membuatnya 'diadili' oleh para pejabat yang saat itu menduduki posisi di bidang olahraga.

Johan/Tjun Tjun sempat mendapat tantangan apabila mereka bisa meraih gelar kelima All England, mereka akan diberikan sebidang tanah oleh pengusaha William Seorjadjaja.

Sayang, gelar tersebut gagal diwujudkan setelah Johan/Tjun-tjun dikalahkan oleh juniornya di final All England 1981. Hingga akhirnya tahun 1982, mereka memutuskan mundur dari Pelatnas lantas menderita kekecewaan yang tak bisa dijelaskan.

Memilih Jadi Pengusaha

Usai pensiun dari dunia bulutangkis, Johan Wahyudi memilih memutuskan untuk beralih profesi menjadi pengusaha. Dia pun kembali diminta menjadi manajer timnas untuk All England 1986, di mana ia membawa pemain-pemain muda seperti Ardy B. Wiranata, Alan Budi Kusuma, Fung Permadi, dll.

Hasilnya sungguh di luar dugaan. Johan Wahyudi berhasil membawa seorang pemain mencapai semifinal meskipun akhirnya gagal meraih juara.

Setelah bertahun-tahun luput dari perhatian pemerintah, ia mendapat penghargaan ketika diundang untuk menghadiri acara peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) di Yogyakarta, pada 2013.