Beda 180 Derajat dengan Indonesia, Lee Yong-dae Bongkar Kerasnya Didikan Pelatih Bulutangkis Korea Selatan

Minggu, 24 November 2019 15:10 WIB
Penulis: Edo Bramantio | Editor: Lanjar Wiratri
© Getty Images
Mantan pemain bulutangkis, Lee Yong-dae, membongkar perbedaan signifikan gaya kepelatihan di Indonesia dan Korea Selatan yang sangat keras. Copyright: © Getty Images
Mantan pemain bulutangkis, Lee Yong-dae, membongkar perbedaan signifikan gaya kepelatihan di Indonesia dan Korea Selatan yang sangat keras.

INDOSPORT.COM - Mantan pemain bulutangkis, Lee Yong-dae, membongkar perbedaan signifikan gaya kepelatihan di Indonesia dan Korea Selatan berdasarkan pengamatannya selama ini. Yong-dae mengungkap betapa kerasnya karakter pelatih bulutangkis Korea Selatan jika dibandingkan dengan pelatih Indonesia.

Channel Youtube Korea Reomit mewawancarai pemain bulutangkis Korea Selatan yang bernama Lee Yong-dae. Ia sangat dikenal di sektor ganda putra dan ganda campuran bersama partner-nya, Jung Jae-sung, Ko Sung-hyun, Yoo Yeon-seong, dan lain-lain.

Setelah membeberkan perlakuan atlet bulutangkis Indonesia saat turnamen, Yong-dae kini menjelaskan perbedaan signifikan gaya kepelatihan di Indonesia dan di Korea Selatan, dimana para pelatih Indonesia cenderung lebih tenang dan mengajarkan ilmu secara bertahap.

"Kalau di Korea, trainer-nya rata-rata keras. 'Kamu kok belum bisa skill ini? Latihan terus sampai bisa. Nggak bisa? Nggak ada alasan! Salah kamu sendiri nggak latihan! Nggak kuat lari? Nggak ada alasan! Nggak bisa kalau nggak mau lari'," ujar sosok berusia 31 tahun itu.

"Sebenarnya, apa yang disampaikan oleh trainer itu memang benar, tapi kalau di Indonesia itu beda, mereka menjelaskan alasannya dengan baik. Misal kita nggak bisa defense gitu, mereka akan menyampaikan langsung, 'Ini defense kamu lagi kurang lho. Posisi kamu salah. Swing kamu salah. Coba diperpendek lagi'," lanjutnya.

"Jadi, akan diberikan training yang lebih detail lagi di bagian yang nggak bisa itu. Mereka kasih tahu dan bantu berubah. Memang di Korea juga dikasih tahu, tapi setiap negara punya warna yang berbeda-beda. Korea itu relatif serba cepat, tapi kalau di Indonesia itu tenang dan kalem," tambahnya.

"Di Indonesia, para trainer itu mau dan bisa menunggu, memberikan waktu untuk si atlet. Mereka akan menunggu si atlet sampai bisa. Di Korea, si atlet paling dikasih tiga sampai empat kesempatan, setelah itu langsung divonis, 'ah kamu salah! Kenapa masih belum bisa?' Nah sebaliknya kalau di Indonesia itu mau menunggu. Mereka bisa dikasih kesempatan 20 sampai 30 kali," pungkasnya.

Terlepas dari hal tersebut, Lee Yong-dae pernah menempati peringkat satu BWF (Badminton World Federation) baik dari sektor ganda putra maupun sektor ganda campuran. Ia juga pernah memenangkan Kejuaraan Bulutangkis Junior Asia di Jakarta pada 2005 yang lalu.

Saat ini, pebulutangkis asal Hwasun, Korea Selatan itu sudah pensiun membela Korea Selatan. Meski demikian, ia masih aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan raket dan shuttlecock tersebut sampai saat ini.