Kisah Alan Budikusuma Meraih Medali Emas Olimpiade: Dari Krisis Percaya Diri sampai Kemenangan Heroik

Sabtu, 22 Februari 2020 19:33 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Shintya Maharani/INDOSPORT
Legenda tunggal putra Indonesia, Alan Budikusuma memang menjadi salah satu wakil Tanah Air yang sukses mendulang medali emas Olimpiade di tahun 1992. Copyright: © Shintya Maharani/INDOSPORT
Legenda tunggal putra Indonesia, Alan Budikusuma memang menjadi salah satu wakil Tanah Air yang sukses mendulang medali emas Olimpiade di tahun 1992.

INDOSPORT.COM - Legenda tunggal putra Indonesia, Alan Budikusuma memang menjadi salah satu wakil Tanah Air yang sukses mendulang medali emas Olimpiade di tahun 1992. Lantas seperti apa perjuangannya dulu untuk bisa sampai ke podium tertinggi pesta olahraga sedunia empat tahunan tersebut?

Dilansir dari situs olahraga badmintonindonesia.org, Alan Budikusuma dulu harus bersaing dengan keempat tunggal putra lainnya seperti Joko Suprianto, Ardy B Wiranata, Hermawan Susanto dan Haryanto Arbi yang diproyeksikan untuk tampil di Olimpiade Barcelona 1992.

Waktu itu, disebutkan oleh Alan Budikusuma kalau dirinya bersama dengan keempat rekannya diberi kesempatan terbuka untuk bersaing secara ketat memperebutkan tiket Olimpiade 1992.

"Tepatnya bulan Mei 1991 dan pada saat itu kalau dalam delapan besar masuk rangking dunia, bisa tiga pemain ikut (Olimpiade). Tapi kalau tidak delapan besar hanya mengirim dua. Akhirnya saat itu yang lolos ada tiga, saya, Ardy dan Hermawan,” ujar Alan.

Namun sebelum akhirnya terpilih untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992 pada cabang olahraga bulutangkis sektor tunggal putra, Alan Budikusuma mengakui kalau dirinya sempat mengalami penurunan performa yang cukup signifikan.

Diawali dari performa buruknya pada bulan Mei 1992, tepatnya di Piala Thomas dimana dirinya tak mampu bermain dengan cukup baik setelah tak mampu menyumbang poin untuk Indonesia.

“Memang waktu bulan Mei 1992 keadaan saya kurang baik. Performa saya berada di titik paling bawah, jadi itu yang membuat saya cukup syok, kok begini ya. Padahal Olimpiade sudah dekat. Di Thomas Cup Indonesia kalah dari Malaysia. Saya yang saat itu diharapkan menyumbang poin, malah kalah," lanjutnya.

"Saya sampai hari ini juga masih bingung, kenapa penampilan saya saat itu bisa sejelek itu. Ada yang cerita mungkin itu ada hal-hal non-teknis, tapi saya pikir kalah ya kalah. Kepercayaan diri saya menurun terus, padahal Olimpiade tinggal dua bulan,” tambahnya.

Meskipun sedang mengalami penurunan performa yang anjlok, Alan Budikusuma tetap berlatih dengan giat untuk bisa mengembalikan performanya. Bahkan, ia rela sampai melakukan latihan tambahan demi bisa mengembalikan performanya seperti semula.

"“Saya merasa itu yang membantu saya tampil lebih baik lagi. Dulu berbeda dengan di Pelatnas Cipayung saat ini. Kami latihan di Senayan, begitu selesai latihan kan lapangannya disewakan ke orang, jadi nggak bisa bebas pakai lapangan, latihan seenaknya. Jadi kalau perlu tambahan apa-apa, saya latihan di luar menyewa lapangan sendiri,"

"Memang saya rasa persiapan Olimpiade waktu itu adalah yang paling the best. Saya merasa sebelum berangkat akhirnya bisa betul-betul yakin. Dari ketidakyakinan, dengan persiapan yang saya rasa mencapai 99 persen, akhirnya saya bisa maksimal dan yakin. Dari segi teknik, fisik dan kepercayaan diri,” kata Alan.

Namun akhirnya, perjuangan Alan Budikusuma berbuah manis setelah dirinya Ardy B. Wiranata dengan skor 15-12, 18-13 di babak final untuk merengkuh medali emas di Olimpiade Barcelona 1992.

© Bob Thomas/Getty Images
Alan Budikusuma saat meraih medali emas Olimpiade 1992 di Barcelona. Copyright: Bob Thomas/Getty ImagesAlan Budikusuma saat meraih medali emas Olimpiade 1992 di Barcelona.

“Sama sekali saya nggak menyangka bisa menang. Blank dan tidak ada firasat apa-apa. Yang pasti saya hanya berjalan, menyelesaikan perjalanan saya satu persatu di Olimpiade ini,"

"Benar-benar saya tidak pernah berpikir bisa jalan sejauh itu. Setiap babak, habis menang, saya baru lihat, oh ini lawan besok. Ya sudah dihadapi lagi. Saya tidak terlalu berangan-angan dan itu mungkin yang membuat saya jadi lebih tenang. Jadi step by step saja, dan tidak pernah meremehkan lawan," pungkasnya.

Kini setelah memutuskan gantung raket, Alan Budikusuma bahkan masih tetap berkutat dalam dunia bulutangkis dan masih selalu setia menemani Susy Susanti kemanapun pergi ketika mendampingi tim Indonesia bertanding.