Maria Sharapova: Dari Raket Pemberian, Kasus Doping, dan Gantung Raket

Kamis, 27 Februari 2020 21:11 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Vaughn Ridley/Getty Images
Juara lima gelar Grand Slam dan mantan petenis putri terbaik dunia, Maria Sharapova memutuskan untuk pensiun usai 19 tahun menjalani karier, Rabu (26/02/20). Copyright: © Vaughn Ridley/Getty Images
Juara lima gelar Grand Slam dan mantan petenis putri terbaik dunia, Maria Sharapova memutuskan untuk pensiun usai 19 tahun menjalani karier, Rabu (26/02/20).

INDOSPORT.COM - Juara lima gelar Grand Slam dan mantan petenis putri terbaik dunia, Maria Sharapova memutuskan untuk pensiun usai 19 tahun menjalani karier, Rabu (26/02/20).

Setelah menjalani karier profesional sejak tahun 2001, petenis asal Rusia Maria Sharapova akhirnya memutuskan untuk pensiun, Rabu (26/02/20).

Buat dunia tenis, pensiunnya Maria Sharapova jelas sebuah kabar yang kurang mengenakan. Sebab dalam 19 tahun perjalanan karier profesionalnya, Maria Sharapova mampu menjelma menjadi salah satu idola, sebagai salah satu petenis terbaik putri yang pernah ada.

Perjalanan Karier Maria Sharapova

Lahir di Nyangan, Rusia 19 April 1987, Maria Sharapova seakan memang sudah ditakdirkan menjadi petenis profesional sedari kecil.

Umur empat tahun ketika keluarganya mulai pindah ke Sochi, menghindari dampak tragedi Chernobyl, Maria Sharapova mulai diperkenalkan olah raga tenis oleh teman sang Ayah, Aleksandr Kafelnikov, yang juga merupakan anak dari petinis terbaik Rusia kala itu Yevgeny Kafelnikov.

Teman Ayah Sharapova sata itu memberinya sebuah bola tenis dan menyusul kemudian raket, sehingga membuatnya bisa berlatih setiap hari dengan sang ayah di area taman yang ada di lingkungannya.

Di usia yang masih sangat muda itu, Sharapova kemudian beruntung bisa banyak mendapatkan kesempatan berlatih dengan banyak petenis terbaiknya kala itu. Seperti Yuri Yutkin, Martina Navratilova, Nick Bollettieri.

Dengan keuangan keluarga yang sangat terbatas, Sharapova  kecil kala itu smepat kesulitan untuk bisa mewujudkan keinginannya berlatih di bawah arahan Nick Bollettieri , di IMG Academy Bradenton, Florida.

Namun dengan usaha dan dukungan keluarga, bakat luar biasa Sharapova membuatnya bisa mulus berkembang dan menembus karier tennis junior pada tahun 2000.

Dari debutnya di bulan November 2000, butuh tiga tahun untuk Sharapova bisa meraih gelar perdananya di level junior. Adalah Japan Open Championship, turnamen tenis level junior yang menjadi penanda awal rentetan gelar juara yang didapat Sharapova  sepanjang karier.

Tak butuh waktu lama buat Sharapova muda untuk menunjukan kualitas luar biasa. Di tahun 2004, atau saat berusia baru 17 tahun, Sharapova sukses meraih gelar Grand Slam pertamanya, di turnamen Wimbeldon 2004. Setahun setelahnya, Sharapova pun berhasil menduduki status petenis terbaik dunia, tepat di tanggal 22 Agustus 2005.

Menyusul gelar Grand Slam pertamanya dan status nomor satu dunia itu, Sharapova  Kemudian mampu mengamankan empat gelar Grand Slam lainnya. Di turnamen US Open (2006), Australia Open (2008), dan dua kali French Open (2012 dan 2014).

Setelah mewarnai karier panjangnya dengan berbagai catatan sukses, Sharapova mulai diterpa masalah besar di tahun 2016.

Jelang Australia Open 2016, dirinya tersandung masalah doping, usai diyatakan Badan Anti Doping Dunia, WADA, telah mengkonsumsi melodium, salah satu zat yang dilarang untuk dikonsumsi olah ragawan.

Atas tindakan itu, Sharapova  dihukum larangan bertanding selama 15 bulan. Hukuman yang menjadi titik terendah karier profesionalnya. Terbukti setelah kembali dari masa hukuman, Sharapova   tak lagi bisa mengangkat penampilannya.

Ditambah masalah cedera bahu yang sering dialaminya, rangking Sharapova terus mengalami penurunan. Sampai menyentuh peringkat 369, ranking terendahnya, sejak terakhir di tahun 2002 silam.

Setelah rentetan hasil buruk itu, Australia Open 2020 akhirnya menjadi penanda karier wanita 188cm itu. Sebelum akhirnya Maria Sharapova memutuskan untuk pensiun Rabu (26/02/20).