Runtuhnya Kedigdayaan 24 Tahun, Ada Apa dengan China di All England 2020?

Senin, 16 Maret 2020 21:20 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© bwfbadminton.com
All England 2020 menjadi momen yang buruk buat bulutangkis China. Ketika untuk pertama kalinya  sejak 25 tahun lalu tak ada satupun gelar juara hadir. Copyright: © bwfbadminton.com
All England 2020 menjadi momen yang buruk buat bulutangkis China. Ketika untuk pertama kalinya sejak 25 tahun lalu tak ada satupun gelar juara hadir.

INDOSPORT.COM - All England 2020 menjadi momen yang buruk buat bulutangkis China. Ketika untuk pertama kalinya  sejak 25 tahun lalu tak ada satupun gelar juara hadir.

Turnamen bulutangkis All England 2020 usai dengan hadirnya lima juara di berbagai nomor. Seperti salah satunya wakil Indonesia Praveen Jordan/Melati Daeva yang juara di sektor ganda campuran.

Namun di saat Indonesia bisa menjaga catatan minimal satu gelar juara dalam lima tahun terakhir gelaran All England 2020, sial buat China, mereka tak bisa membawa satupun gelar juara di tahun ini.

Tak adanya raihan gelar itu menjadi menarik, terutama jika melihat status China sebagai salah satu kiblat bulutangkis dunia saat ini.

Apa lagi di turnamen bulutangkis All England, China selalu bisa membawa pulang gelar juara dalam 25 tahun terakhir. Mereka terakhir gagal meraih satupun gelar di tahun 1995

Kondisi itu pada akhirnya membuat kegagalan di All England 2020, layak menjadi tanda tanya besar, ada apa dengan bulutangkis China?

All England 2020

Jika melihat apa yang ditunjukan para wakil China yang dikirm ke All England 2020 dalam berbagai nomor, sebenarnya mereka tak juga tampil terlalu buruk.

Bahkan tunggal putri terbaik mereka, Chen Yufei, masih bisa menembus babak final. Sebelum akhirnya dikalahkan tunggal putri Chinese Taipei, Tai Tzu-ying, 19-21 dan 15-21.

Begitupun di sektor ganda  putri. Ketika pasangan Du Yue/Li Yinhu yang hanya datang dengan status unggulan keenam, bisa menembus babak final. Namun sayang keduanya harus bertekuk lutut dari duet Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Dua set langsung 13-21 dan 15-21.

Di luar catatan sektor putri itu, memang pebulutangkis China lainnya tak bisa berbicara banyak. Chen Long dan Shi Yuqi yang merupakan unggulan tunggal putra, kandas di perempatfinal.

Ganda putra Li Junhui/Liu Yuchen  yang merupakan unggulan ketiga, langsung terissih di putaran kedua. Sama seperti yang dialami Zheng Siwei/Huang Yaqiong yang merupakan unggulan nomor satu nomor ganda campuran.

Buat negara dengan catatan bulutangkis sedigdaya China, apa yang mereka dapat di All England 2020 ini memang sesuatu yang mengecewakan. Apapun penyebabnya, torehan buruk China kali ini, membuat mereka harus rela semakin tertinggal dari Denmark dalam daftar total peraih gelar All England sepanjang sejarah.

China berada di urutan ketiga dengan total 85 gelar. Sementara Denmark dengan tambahan satu gelar juara dari Viktor Axelsen di sektor tunggal putra, kini total mengoleksi 88 gelar di urutan kedua juara terbanyak All England.