India Open 2020 Ditunda, Bulutangkis Indonesia Alami Dua Kerugian Besar

Jumat, 27 Maret 2020 06:16 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Mark Phelan/Badminton Photo
Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu juara India Open 2019, Minggu (31/03/19). Copyright: © Mark Phelan/Badminton Photo
Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu juara India Open 2019, Minggu (31/03/19).

INDOSPORT.COMIndia Open 2020 menjadi rangkaian BWF World Tour yang juga mengalami penundaan akibat pandemi virus corona. Dua kerugian besar pun harus dirasakan Indonesia.

Turnamen bulutangkis berlevel BWF Super 500, India Open 2020 yang sediannya berlangsung pekan ini, juga turut mengalami penundaan akibat merebaknya virus corona di hampir seluruh dunia.

Penundaan tersebut jelas menjadi sebuah kerugian besar buat seluruh insan bulutangkis di dunia. Buat penonton, Federasi, penyelenggara, pelatih, juga buat pebulutangkis yang rencananya akan ikut ambil bagian di India Open 2020 pastinya.

Namun, jika bicara mengenai kerugian, bisa jadi Indonesa merupakan negara yang mengalami kerugin paling besar dengan tertundanya India Open 2020 kali ini, selain tuan rumah India selaku penyelenggara turnamen.

Apa yang menyebabkan Indonesia menjadi yang paling dirugikan? Berikut INDOSPORT mengulas dua sebab diantaranya.

Prestasi Indonesia

Alasan pertama yang membuat Indonesia menjadi negara yang paling dirugikan dengan penundaan India Open 2020 adalah karena hingga kini masih merupakan negara dengan jumlah juara terbanyak.

Dengan total 21 gelar juara, mengungguli China yang baru memiliki 14 gelar juara, tertundanya India Open 2020 membuat kesempatan Indonesia untuk menambah gelar juara sesegera mungkin, mustahil terwujud.

Padahal, sebenarnya Indonesia memiliki peluang emas untuk mewujudkan itu. Utamanya lewat tiga sektor: ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.

Kerugian besar selanjutnya yang dirasakan Indonesia dari tertundanya India Open 2020 adalah potensi kehilangan ajang para pebulutangkis ‘nomor dua’ untuk unjuk gigi.

Sebab, meski levelnya cukup lumayan, BWF Super 500, India Open masih kerap kali tak diikuti oleh pebulutangkis-pebulutangkis papan atas dunia.

Dan hal itu justru menjadi keuntungan untuk pebulutangkis ‘nomor dua’ atau yang berada di bawahnya dalam level permainan untuk unjuk gigi.

Seperti yang bisa dilakukan pebulutangkis Indonesia di India Open 2019 tahun lalu. Selain pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang bisa keluar sebagai juara, pasangan ganda putra yang jarang mendapatkan kesempatan unjuk gigi maksimal seperti Ricky Karanda/Angga Pratama bisa memanfaatkan Inda Open 2019 dengan melaju hingga partai final.

Maka dari itu, dengan ditundanya India Open 2020 juga secara langsung akan merugikan pebulutangkis Indonesia yang berharap mendapatkan kesemptan untuk bisa unjuk gigi dan meraih gelar juara, yang jarang mereka dapatkan.