Kontroversi Herbert Scheele, Penjegal Indonesia Juara Piala Thomas

Senin, 20 April 2020 19:49 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Indosport.com
Piala Thomas 1967 menghadirkan keputusan kontroversial sosok terhormat bernama Herbert Scheele, yang membuat Indonesia gagal keluar sebagai juara. Copyright: © Indosport.com
Piala Thomas 1967 menghadirkan keputusan kontroversial sosok terhormat bernama Herbert Scheele, yang membuat Indonesia gagal keluar sebagai juara.

INDOSPORT.COM – Piala Thomas 1967 menghadirkan keputusan kontroversial sosok terhormat bernama Herbert Scheele, yang membuat Indonesia gagal keluar sebagai juara.

Dengan sistem interzone dan challenge round, Indonesia berpeluang besar untuk pempertahankan gelar juara di Piala Thomas 1967, setelah sebelumnya di tahun 1964 menjadi juara.

Sistem tersebut membuat peluang Indonesia menjadi sangat besar, sebab pebulutangkis Tanah Air tinggal menunggu di babak final, untuk melawan negara yang keluar sebagai pemenang di babak inter-zone playoff.

Menjadi menarik buat Indonesia, karena dalam pertandingan final perebutan Piala Thomas 1967 yang dihelat di Istora Senayan kala itu, yang menjadi lawan adalah Malaysia. Negara yang baru saja terlibat konflik politik dengan Indonesia, dari tahun 1962 hingga 1966.

Dengan keadaan tersebut, dan didukung oleh antusiasme luar biasa supporter Indonesia dalam mendukung para atlet kebangaannya, jelas membuat Istora Senayan penuh sesak dengan ribuan penonton.

Pertandingan sendiri berlangsung dua hari, dimana di hari pertama (09/06/67), Indonesia tertinggal dalam kedudukan 1-3, buah kemenangan Rudi Hartono atas Tan Aik Huang (15-6 dan 15-8), yang dibalas dua kemenangan Malaysia di sektor ganda dan satu di sektor tunggal melalui Yew Cheng Hoe yang mengalahkan Ferry Sonneville.

Di hari kedua (10/06/67), Indonesia berhasil meraih kebangkitan. Meski sempat Kembali semakin tertinggal 1-4 karena kemenangan Tan Aik Huang atas Ferry Sonneville. Kemenangan Rudy Hartono dan Muljadi atau Ang Tjin Siang di nomor tunggal, membuat Indonesia bisa mengejar 3-4.

Ditengah upaya Indonesia yang semakin mengejar, Malaysia akhirnya menurunkan ganda putra nomor satu dunia miliknya Ng Boon Bee/Tan Yee Khan untuk melawan Muljadi/Agus Susanto di laga kedelapan.

Dengan lawan yang berat dan situasi yang krusial, membuat seisi penuh penonton di Istora Senayan semakin bersemangat. Apa lagi ketika Ng Boon Bee/Tan Yee Khan yang menang di set pertama (15-2), kemudian memimpin 10-2 di set kedua.

Tak mau pemain Malaysia menang dengan mudah, berbagai teriakan dukungan ke pemain Indonesia, bercampur teror ke pemain Malaysia dilontarkan. Termasuk juga upaya memecah konsentrasi dengan menghujamkan cahaya flash kamera ke arah pemain Malaysia. Hasilnya Muljadi/Agus Susanto bisa berbalik unggul dan menang di set kedua 18-13.

Di tengah kondisi tersebut atau saat set ketiga pertandingan Ng Boon Bee/Tan Yee Khan vs Muljadi/Agus Susanto dimainkan, kejadian kontroversial akhirnya hadir.

Jelang Kembali digulirkannya pertandingan oleh wasit asal Denmark Tom Bacher, turun sosok dari tribun kehormatan bernama Herbert Scheele, meminta pertandingan itu tak dilanjutkan.

Pria asal Inggris yang saat itu hadir sebagai sekretaris kehormatan merangkap wasit honorary IBF menilai situasi sudah tak kondusif lagi untuk melanjutkan pertandingan akibat teriakan penonton.

Dengan bertolak pinggang dan melambaikan satu tangan Scheele memanggil Padmo Sumasto, ketua PBSI saat itu dan juga perwakilan pemain dan manajer tim masing-masing untuk memutuskan bahwa pertandingan ditunda dan akan dilanjutkan besok pagi tanpa penonton.

Keputusan yang kemudian ditolak pihak Indonesia, sehingga membuat keputusan akhir diserahkan ke IBF, sebagai Federasi Bulutangkis Tertinggi di Dunia.

Apa yang dilakukan Herbert Scheele itu, termasuk juga gesturnya bertolak pinggang, membuat dirinya menjadi musuh seisi Istora Senayan kala itu. Bebagai sorakan mengarah kepadanya,hingga membuat pria yang sebenarnya memiliki status terhormat di kancah bulutangkis dunia keluar dengan penjagaan keamanan, salah satunya dari Suharso Suhandinata.

Perihal keputusan IBF sendiri, pada tanggal pada 4 Juli 1967 pertandingan akhirnya diputuskan harus dilanjutkan di tempat netral, Selandia Baru pada bulan Oktober.

Keputusan yang akhirnya tak dipatuhi pihak Indonesia, dengan tidak datang ke Selandia Baru. Hingga membuat Malaysia dinyatakan juara Piala Thomas 1967 dalam skor akhir 6-3.

Status Terhormat Herbert Scheele

Dikancah bulutangkis dunia, Herbert Scheele jelas bukan sosok sembarangan. Jika tanpa kehadirannya, bisa jadi bulutangkis tak berkembang seperti saat ini.

Bagaimana tidak? Sebab setelah sempat menjadi pemain dan wakil sekertaris IBF sejak tahun 1938, Herbert Scheele lah yang seorang diri menyusun buku pedoman IBF setebal 400 halaman usia perang dunia kedua.

Bersama rekan-rekanya saat itu, Herbert Scheele membangun kembali IBF yang turut hancur karena perang. Tak mengherankan kemudian jika julukan Mr. Badminton tersemat kepadanya.

Selain jasa besarnya buat Federasi bulutangkis Dunia, pria yang juga mendapatkan gelar Order of the British Empire (OBE) dari Kerajaan Inggris itu juga adalah sosok berjasa atas digulirkannya Piala Thomas dan membuat bulutangkis bisa dipertandingkan di olimpiade 1972.

Scheele pensiun dari IBF pada 1 Juli 1976, bertepatan dengan perhelatan Thomas Cup ke-10 di Bangkok, Thailand. Lima tahun berselang atau tepat 29 Maret 1981, Herbert Scheele mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit akibat kanker paru-paru.

Atas jasanya nama Herbert Scheele kini diabadikan dalam Hall of Fame BWF dan dalam bentuk Herbert Scheele Trophy, sebuah anugerah yang diberikan kepada tokoh yang dianggap berjasa dalam bulutangkis.

Trofi Herbert Scheele itu pernah diberikan di antaranya untuk dua legenda bulutangkis Indonesia Rudy Hartono (1986) dan Susi Susanti (2002).

1