3 Alasan Bulutangkis Malaysia Alami Penurunan Prestasi

Rabu, 29 April 2020 19:22 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Shi Tang/Getty Images
Bulutangkis Malaysia seakan diambang kehancuran saat ini dengan minimnya prestasi. Tiga hal berikut jadi penyebab. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Bulutangkis Malaysia seakan diambang kehancuran saat ini dengan minimnya prestasi. Tiga hal berikut jadi penyebab.

INDOPSORT.COM – Bulutangkis Malaysia seakan diambang kehancuran saat ini dengan minimnya prestasi. Tiga hal berikut jadi penyebab.

Tak bisa dipungkiri saat ini bulutangkis Malaysia seakan tenggelam dari persaingan papan atas dunia, yang juga masih didominasi oleh negara-negara Asia Timur Raya.

Bukan hanya gagal bersaing dalam level antar negara seperti di tunamen Piala Thomas dan Uber, bahkan di level regional Asia dan Asia Tenggara saja, Malaysia kini semakin tertinggal dari Thailand yang justru semakin maju bulutangkisnya.

Belum lagi fakta bahwa hingga kini belum ada lagi pemain Malaysia yang bisa benar-benar masuk dalam persaingan papan atas di sektornya masing-masing. Setelah terakhir ada nama Lee Chong Wei yang sempat menjadi salah satu tunggal putra terbaik dunia sekitar satu decade lalu.

Lantas pertanyaannya, apa yang menyebabkan itu terjadi pada bulutangkis Malaysia? Untuk tahu jawabnnya, berikut redaksi berita olahraga INDOSPORT sedikit mengulas.

Manajemen BAM

Masalah pertama yang menyebabkan mandeknya prestasi Malaysia adalah bersumber dari Federasi Bulutangkis mereka sendiir, BAM (Badminton Association of Malaysia).

Beberapa pihak mengakui bahwa manajemen BAM sangat bobrok dalam banyak hal. Termasuk dalam masalah kordinasi tiga pilar bultangkis (BAM, Pemerintah dan Klub) untuk mencari bakat terbaik pemain muda Malaysia saat ini.

Seperti yang diungkapkan legenda bulutangkis Malaysia Jack Koh. Dalam sebuah kesempatan Jack menyebut BAM hanya fokus pada program mereka sendiri, tanpa mau memperdulikan apa yang jua telah dilakukan Pemerintah dan juga klub.

Seperti mislanya, BAM selalu hanya menggunakan pemain muda binaan mereka sendiri untuk tampil di kejuaraan internasional. Tanpa mau peduli ada bakat lain yang lebih bagus muncul dalam turnamen yang diadakan pemerintah hingga level distrik. Termasuk juga jika ada pemain bagus di level klub.

Sikap tersebut menunjukan BAM telah gagal membentuk sebuah kominkasi yang baik. Sehingga diyakini oleh Jack sangat layak untuk melakukan revolusi total di kubu BAM.

Pemilihan Pelatih

Masalah selanutnya ada pada pemilihan pelatih. Lagi-lagi memang berhubungan dengan kebijakan BAM. Dimana soal pelatih ini, BAM terlihat tidak tegas untuk selalu mengulangi kesalahan yang sama dalam memilih pelatih. Salah satu pelatih misalnya, Tey Seu Bock, yang meski terus megalami kegagalan. masih terus dipercaya BAM.

Selain itu ada juga nama-nama seperti Morten Frost, Datuk Misbun Sidek, Rashid Sidek, Yap Kim Hock dan Zhou Kejian, yang sudah dinilai gagal oleh banyak public bulutangkis Malaysia. Bahkan sempat dipecat BAM juga, namun kemudian mereka percayakan lagi sebagai pelatih.

Fokus Penerus Lee Chonge Wei

Masalah selanjutnya yang membuat bulutangkis Malaysia berkembang, mereka masih terlalu fokus hanya kepada satu sektor, yakni tunggal putra.

Setelah kemunculan Lee Zii Jia, Cheam June Wei, dan Leong Jun Hao, mereka masih terus berupaya mencari penerus sosok Lee Chong Wei sebagai salah satu tunggal putra terbaik dunia.

Padahal pemain-pemain yang ada saat ini saja belum cukup mapan untuk bisa terus bersaing dan berkembang ke level tertinggi.

Lebih parahnya lagi, keadaan tersebut juga mengorbankan sektor yang lain. Hal itu seperti yang juga pernah diakui langsung oleh pelatih tunggal putri Malaysia, Tey Seu Bock. Bahwa memang prioritas utama Malaysia ada pada sektor tunggal putra, sehingga maslaah di sektor seperti tunggal putri yang banyak mengalami cedera tak terlalu diurusi.