PBSI Atur Strategi Hadapi Padatnya Jadwal Bulutangkis di Akhir Tahun

Minggu, 3 Mei 2020 14:33 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Shintya Anya Maharani/INDOSPORT
Susy Susanti, Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI. Copyright: © Shintya Anya Maharani/INDOSPORT
Susy Susanti, Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI.

INDOSPORT.COMPengurus Besar Persatuan Bulutangkis Indonesia (PB PBSI) perlu memutar otak untuk mengatur strategi dalam mempersiapkan para atlet dalam menghadapi kemungkinan padatnya jadwal turnamen pada akhir tahun, usai beberapa turnamen ditangguhkan karena wabah virus corona.

Susy Susanti selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI mengatakan pihaknya akan mempersiapkan para atlet dengan matang, terutama dalam menghadapi Thomas & Uber Cup yang jadwalnya sudah pasti digelar Oktober nanti.

"Sampai sekarang masih belum ada kepastian dari BWF, kecuali untuk jadwal Thomas & Uber. Tapi kami siap-siap saja, karena gambaran dari jadwal Piala Thomas & Uber, mungkin start-nya dari Oktober nanti. Minimal persiapan kita sekarang menuju ke Oktober ini," tutur Susy, dilansir dari Antara.

Susy merinci setidaknya ada tujuh turnamen utama yang menunggu di akhir tahun ini, antara lain Thomas & Uber Cup, World Junior Championship (WJC), Indonesia Open, Japan Open, China Open, Denmark Open, French Open, dan BWF World Tour Finals.

Adanya pandemi virus corona membuat program latihan serta jadwal pertandingan berubah total. Para atlet saat ini hanya dibekali program latihan untuk menjaga kebugaran saja.

Meski begitu, penundaan pertandingan itu, menurut Susy ada plus-minusnya. Para atlet memang bisa lebih rileks tanpa merasa dikejar target, tapi di sisi lain juga membuat mereka stres dan secara mental menurun.

"Plusnya atlet jadi tidak merasa dikejar target. Saat ini mereka lebih rileks. Belajar introspeksi istilahnya, mempelajari lawan," katanya.

Susy Susanti melanjutkan, pihaknya harus mempersiapkan program tambahan guna meningkatkan mental mereka yang menurun maupun mengalami kejenuhan seiring dengan vakumnya kompetisi.

"Namun minusnya jadi pembelajaran buat mereka kalau tidak ada pertandingan ya enggak enak juga, bosan juga. Harus menyemangati lagi, mempersiapkan diri lagi."

"Bila sebelumnya target tahun ini itu Olimpiade, maka mereka harus menunggu lagi satu tahun. Bagaimana kita belajar untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. membuat strategi dan program dari awal lagi untuk tahun depan," tutupnya.