Ketika Konflik dan Pelatih Bawa Taufik Hidayat Hijrah ke Singapura

Kamis, 7 Mei 2020 05:26 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Isman Fadil
© Andrew Wong/Getty Images
Mantan tunggal putra andalan Indonesia Taufik Hidayat. Copyright: © Andrew Wong/Getty Images
Mantan tunggal putra andalan Indonesia Taufik Hidayat.

INDOSPORT.COM – Saat masih awal usia 20 tahun, Taufik Hidayat sempat terlibat konflik di Pelatnas PBSI yang kemudian membuatnya hampir hijrah ke Singapura.

Lika-liku karier Taufik Hidayat hingga akhirnya menjadi legenda bulutangkis Indonesia, bahkan dunia memang diwarnai dengan berbagai kejadian menariknya. Salah satunya keputusan untuk hijrah memperkuat Singapura, yang hampir saja dilakukannya pasca terlibat konflik di Pelatnas PBSI.

Konflik saat itu bermula dari keputusan PBSI yang secara secara sepihak tak lagi menggunakan Mulyo Handoyo di Pelatnas PBSI. Tak lagi digunakannya pelatih yang menukanginya sejak usia 16 tahun, membuat Taufik Hidayat merasa tak kerasan di Pelatnas PBSI dan mulai sering terlibat masalah sejak tahun 2001 itu.

Bahkan kekecewaan Taufik Hidayat dilampiaskannya dengan turut mengikuti Mulyo Handoyo yang pada tahun 2002 dikontrak oleh Federasi Buutangkis Singapura.

Setidaknya saat itu Taufik Hidayat sempat tiga bulan di Singapura berlatih di bawah arahan Mulyo Handoyo. Sebelum akhirnya masalah berhasil ditengahi oleh PBSI di bawah kepemimpinan baru oleh Chairul Tanjung.

Chairul Tanjung yang naik menggantikan posisi Subagyo pada akhir Desember 2001, langsung mencoba menyelesaikan nasib Taufik Hidayat di Pelatnas PBSI.

Saat itu Chairul Tanjung langsung bergerak cepat dengan menghubungi Asosiasi Bulutangkis Singapura (BSA) untuk meminta Taufik kembali ke Indonesia. Dengan diplomasi yang juga melibatkan federasi Bulutangkis Internasional (IBF), Taufik Hidayat akhirnya kembali ke Tanah Air, dan bergabung bersama Pelatnas PBSI.

Tapi masalah tak berhenti sampai disitu. Sekembalinya ke Pelatnas BSI, Taufik Hidayat kembali terlibat konflik dengan pelatih baru yang ditunjuk menanganinya, Joko Supriyanto.

Akibat konflik tersebut, Joko dan Taufik Hidayat akhirnya batal disatukan. Taufik Hidayat pun kembali tak memiliki pelatih sampai akhirnya di tahun 2004, PBSI langsung mengontrak Mulyo Handoyo, setelah kontraknya dengan Singapura berakhir di bulan Februari untuk kembali menangani Taufik Hidayat.

Pada saat konflik tersebut berlangsung, memang ada perbedaan beberapa pihak dalam memberikan peniaian, baik itu yang pro ke Taufik Hidayat ataupun sebalikya.

Tetapi bagaimanapun, kedekatan Taufik Hidayat dengan Mulyo Handoyo pada akhirnya memang sudah lebih dari sekadar hubungan pemain dan pelatih.

Bagusnya buat Taufik Hidayat, setelah konflik tersebut berakhir dengan kembalinya Mulyo Handoyo ke Pelatnas PBSI. Dirinya langsung berhasil membuktikan bahwa pilihannya tak salah, dengan sukses meraih medali emas Olimpiade Athena 2004. Raihan medali emas yang saat itu diwarnai Taufik Hidayat dengan sebuah tangisan bahagia dalam pelukan pelatih Mulyo Handoyo.

1