Shon Seung-mo, Lawan Taufik Hidayat di Final Olimpiade yang Hampir Buta

Rabu, 6 Mei 2020 20:47 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Kim Jae-Hwan/Yoshikazy Tsuno/AFP via Getty Images
Pebulutangkis Korea Selatan yang menjadi lawan Taufik Hidayat di final Olimpiade Athena 2004, Shon Seung-mo (kiri), ternyata pernah hampir buta karena shuttlecock. Copyright: © Kim Jae-Hwan/Yoshikazy Tsuno/AFP via Getty Images
Pebulutangkis Korea Selatan yang menjadi lawan Taufik Hidayat di final Olimpiade Athena 2004, Shon Seung-mo (kiri), ternyata pernah hampir buta karena shuttlecock.

INDOSPORT.COM - Pebulutangkis Korea Selatan yang menjadi lawan Taufik Hidayat di final Olimpiade Athena 2004, Shon Seung-mo, ternyata pernah hampir buta karena shuttlecock.

Hasil tidak akan menghianati kerja keras, kata-kata itu mungkin sangat pantas disematkan kepada legenda bulutangkis Korea Selatan, Shon Seung-mo.

Sepanjang kariernya di sektor tunggal putra, prestasi Shon Seung-mo memang tak sebanyak Lin Dan, Lee Chong Wei, Taufik Hidayat, atau bahkan Peter Gade. Namun berkat kerja kerasnya, beberapa catatan manis akhirnya bisa dirinya ukir, sebelum ahkirnya penisun di akhir tahun 2008 itu.

Apa lagi jika melihat jauh ke belakang. Nasib tragis pernah dialami Shon Seung-mo. Nasib yang hampir saja membuatnya tak bisa menjalani karier sebagai pebulutangkis professional.

Tak dijelaskan secara terperinci memang, tapi dari banyak sumber disebutkan bahwa Shon Seung-mo hampir saja mengalami kebutaan. Ketika mata kanannya terkena hantaman shuttlecock di usia 15 tahun saat dirinya berlatih bulutangkis.

Beruntung kejadian itu akhirnya tak benar-benar sampai membutakan mata kanan pria kelahiran 1 Juli 1980 itu. Kariernya Shon Seung-mo pun bisa tetap berlanjut. Bahkan dengan kerja kerasnya, tiga tahun pasca kejadian itu, dirinya berhasil membawa pulang medali perunggu di kejuaraan Asian Junior Championship di Malaysia tahun tahun 1998.

Karier Shon Seung-mo muda memang tak secemerlang Taufik Hidayat. Tapi saat itu dirinya bisa menunjukan perkembangan dengan terus meraih beberapa catatn prestasi. Mulai dari juara Norwegian International 1999, juara Hong Kong Open 2001, meraih medali perunggu di Asian Championship 2001, Asian Games 2002 dan Kejuaraan Dunia 2003. Hingga puncaknya bisa mengejutkan dengan melaju ke final Olimpiade Athena 2004 untuk menantang Taufik Hidayat.

Shon Seung-mo vs Taufik Hidayat

Melajunya Shon Seung-mo hingga partai final Olimpiade Athena 2004 saat itu jelas suatu yang mengejutkan. Sebab kala itu banyak nama yang lebih diunggulkan darinya. Selain Taufik Hdiayat, juga ada Lin Dan, Lee Chong Wei, Peter Gade, Chen Long, bahkan Sony Dwi Kuncoro.

Bahkan dengan kerja kerasnya, dua nama terakhir di atas, Chen Long dan Sony Dwi Kuncoro, berhasil langsung ditundukan oleh Shon Seung-mo dalam pertandingan ketat tiga set di babak perempatfinal dan semifinal.

Di babak final, berjumpa dengan Taufik Hidayat yang sedang jadi sorotan dunia kala itu, Shon Seung-mo pun menunjukan perjuangan yang luar biasa.

Di babak pertama Shon Seung-mo sempat mengejutkan Taufik Hidayat, ketika dirinya bisa unggul dan memimpin jauh 5-0. Meski pada kahirnya, ketenangan Taufik Hidayat, ditambah pukulan keras terarahnya membuat Shon Seung-mo harus bertekuk lutut di set pertama, 8-15.

Di set kedua, Shon Seung-mo kembali tak mua menyerah begitu saja. Dirinay kembali smepat unggul dari Taufk Hidayat, meski hanya sampai kedudukan 3-0, sebelum kembali dibalikan dan tertinggal jauh 3-12.

Kendati kekalahan sudah di depan mata, Shon Seung-mo pun masih menunjukan perjuangannya. Saat masih mencoba mengejar dan bisa mendapatkan lima angka, hingga kedudukan menjadi 7-13.

Sayang hanya sampai disitu, ketenangan Taufik Hidayat akhirnya membuat Shon Seung-mo harus puas dengan raihan medali perak Olimpiade Athena 2014 dalam skor akhir, 8-15 dan 7-15.

Dalam sebuah kesempatan, Shon Seung-mo sempat mengakui bahwa kegagalan di final Olimpiade Athena 2004 itu sempat menjadi sebuah kekecewaan besar baginya. Namun pada akhirnya, dirinya harus puas dengan kenyataan bahwa melaju ke final Olimpiade, jelas merupakan sesuatu yang juga membangakan buat dirinya dan negaranya Korea Selatan.

“Ya, kalah dari Taufik adalah hal yang sulit diterima. Melaju ke final Olimpiade dan tidak memenangkannya; itu jelas menghadirkan kekecewaan besar.”

“Kadang-kadang masih teras sakit, tetapi saya harus berdamai dengan itu juga. Yang penting, saya memenangkan perak untuk negara saya, ”kata Shon Seung-mo, kepada IANS.

Selepas kekalahan atas Taufik Hidayat, Shon Seung-mo memang sempat berhasil meraih medali perunggu di World Cup Badminton 2005.

Namun karena masalah cedera ankle yang dideritanya, Shon Seung-mo harus pensiun dini di tahun 2008 atau saat baru berusia 28 tahun. Selepas itu Shon Seung-mo pun langsung melanjutkan kariernya sebagai pelatih.