Aryono Miranat: Kutukan Runner Up hingga Jadi Pelatih Bertangan Dingin

Minggu, 14 Juni 2020 22:17 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Inilah kisah dari Aryono Miranat, yang berawal dari 'kutukan' runner-up Indonesia Open sampai menjelma jadi pelatih bertangan dingin. Copyright: © Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Inilah kisah dari Aryono Miranat, yang berawal dari 'kutukan' runner-up Indonesia Open sampai menjelma jadi pelatih bertangan dingin.

INDOSPORT.COM - Inilah kisah dari asisten pelatih ganda putra pelatnas Indonesia, Aryono Miranat, yang berawal dari 'kutukan' runner-up Indonesia Open sampai akhirnya menjelma menjadi pelatih bertangan dingin.

Sebelum meraih banyak kesuksesan bersama dengan Herry IP di sektor kepelatihan ganda putra pelatnas Indonesia, Aryono Miranat merupakan eks pemain bulutangkis yang mewakili Tanah Air di sektor ganda campuran.

Kala itu, Aryono Miranat berpasangan dengan Eliza Nathanael di sektor ganda campuran. Bersama dengan Eliza Nathanel, asisten pelatih ganda putra pelatnas Indonesia tersebut berhasil meraih sejumlah gelar.

Gelar-gelar tersebut di antaranya adalah China Open 1992, Thailand Open 1992 dan French Open 1992. Diakui oleh Aryono Miranat, gelar yang paling berkesan untuk dirinya adalah China Open 1992 karena pada saat itu, dirinya dan Eliza Nathanael harus berhadapan dengan Juara Dunia di kandangan mereka sendiri, tetapi berhasil menampilkan performa maksimal.

"Kenangan itu saat pertandingan di China Open tahun 1992 lalu. Karena kala itu lawan yang dihadapi pasangan juara Dunia dari China dan mainnya di kandang lawan," ujar Aryono Miranat dikutip dari situs olahraga pbdjarum.org.

Namun dibalik kesuksesannya meraih tiga gelar bergengsi tersebut, ada kisah pilu Aryono Miranat di gelaran Indonesia Open dimana secara tiga kali beruntun, dirinya harus puas bertengger di posisi runner-up tanpa pernah mencicipi podium tertinggi.

Di gelaran Indonesia Open 1990, duet Aryono Miranat bersama dengan Erma Sulistyaningsih harus takluk dari pasangan Rudy Gunawan/Rosiana Tendean dalam pertandingan rubber game dengan skor 5-15, 15-11, 4-15.

Tidak menyerah, Aryono Miranat kembali mencoba peruntungannya di Indonesia Open 1991, dimana kali itu ia berduet dengan pasangan berbeda yakni Eliza Nathanael dan berhasil mencapai partai final.

Di partai final Indonesia Open 1991, Aryono Miranat/Eliza Nathanael harus berhadapan dengan wakil Denmark, Thomas Lund/Pernile Dupont dimana wakil Indonesia harus mengakui keperkasaan duet Denmark dalam pertandingan straight games dengan skor 11-15, 9-15.

Pada gelaran Indonesia Open 1992, Aryono Miranat/Eliza Nathanael kembali sukses mencapai babak final dan berhadapan dengan wakil Swedia, Par-Gunna Jonsson/Maria Bengtsson.

Dalam pertandingan yang super alot, pasangan Aryono/Eliza kembali harus takluk dari wakil Swedia dengan skor 12–15, 15-11, 9–15 yang memaksa mereka harus selalu puas menempati posisi runner-up sampai gantung raket.

Namu siapa sangka, kegagalannya di Indonesia Open justru membuat Aryono Miranat tampil teringganas ketika memutuskan gantung raket dan mengganti profesinya menjadi pelatih? Sebut saja, anak-anak ganda putra Indonesia berhasil mendominasi podium Indonesia Open dan masih berlangsung hingga saat ini.