Mencari Sisi Positif dari Protokol Kesehatan dan Karantina di Turnamen Thailand Open

Selasa, 19 Januari 2021 16:18 WIB
Editor: Pipit Puspita Rini
© Shi Tang/Getty Images
Pertandingan antara Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran (Thailand) vs Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia) di Thailand Open 2021. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Pertandingan antara Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran (Thailand) vs Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia) di Thailand Open 2021.

INDOSPORT.COM - Sudah dua pekan lebih para pemain, pelatih, ofisial, dan semua yang terlibat dalam turnamen Asian Leg menjalani karantina di Bangkok, Thailand.

Sepekan sebelum turnamen pertama, yaitu Yonex Thailand Open, para pemain sudah tiba di Bangkok. Mereka lalu dikarantina di kamar, tidak boleh keluar sama sekali selama sekitar tiga hari, hingga tes PCR terbukti negatif virus corona.

Setelah dinyatakan negatif, barulah para pemain boleh keluar dari kamar. Tetapi, bukan untuk jalan-jalan mencari udara segar ya. Mereka hanya boleh keluar dari hotel untuk menjalani latihan dan bertanding.

Bus untuk setiap tim sudah disediakan. Tidak ada kontak fisik dengan pemain dari negara lain, termasuk saat pertandingan.

Cara ini benar-benar baru dan berbeda dengan penyelenggaraan turnamen-turnamen sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia benar-benar memengaruhi kehidupan manusia, termasuk olahraga.

Bagaimana pemain menyikapi hal ini, tentu bermacam-macam. Ada yang langsung bisa menyesuaikan diri, ada yang butuh waktu untuk beradaptasi dengan segala aturan yang mungkin awalnya terasa aneh dan merepotkan.

Namun, jika ditelaah lebih jauh ada banyak hal positif yang bisa diambil dari hal ini. Salah satunya disampaikan oleh pelatih nasional ganda campuran, Richard Mainaky.

Richard tidak berangkat ke Thailand. Dia mendelegasikan tugas mendampingi para pemain kepada asistennya, Nova Widianto. Richard memang sangat serius dalam melaksanakan program regenerasi, tidak hanya pemain tetapi juga pelatih.

© Badminton Photo
Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Copyright: Badminton PhotoGreysia Polii/Apriyani Rahayu.

"Saya senang sekali dengan segala aturan yang diberlakukan panitia. Ini pelajaran bagus buat para pemain. Proses karantina, swab, dan semuanya, itu bagus supaya mereka jadi terbiasa, karena nanti Olimpiade bisa jadi masih akan seperti ini," kata Richard.

Pendapat serupa disampaikan oleh pelatih kepala ganda putra nasional, Herry Iman Pierngadi.

"Karena karantina dan gak bisa ke mana-mana, konsentrasi peman hanya ke latihan dan pertandingan. Selama di hotel, mereka juga terus diawasi. Kelihatan keluar kamar dari kamera yang ada di lorong, langsung ditelepon," kata Herry.

"Bagus deh. Biar fokus pemain tetap terjaga, begitu juga kondisi fisik mereka, karena gak banyak keluar," ujar Herry lagi.

Pelatih yang dijuluki Naga Api ini lalu menyebutkan satu hal yang cukup merepotkan selama proses karantina ini adalah soal variasi makanan.

"Jenuh. Bukan pemain saja, pelatih juga jenuh karena variasi makanan yang terbatas, dan semuanya makanan hotel. Pasti bosan. Nah, terakhir katanya akan ada 2 atau 3 restoran yang ditunjuk panitia, dan kita bisa pesan di sana. Lumayanlah," kata Herry sambil tertawa.

Para pemain saat ini bersaing di turnamen kedua Asian Leg yaitu Toyota Thailand Open yang berlangsung 19-24 Januari 2021.