x

Pebulutangkis Non Unggulan yang Mampu Meraih Emas Olimpiade

Sabtu, 23 Juli 2016 20:45 WIB
Penulis: Herry Ibrahim | Editor: Joko Sedayu

Daftar unggulan di Olimpiade 2016 untuk cabang olahraga bulutangkis diambil berdasarkan ranking dunia per 21 Juli 2016. Dan, akan menjadi acuan untuk pengundian pada 26 Juli mendatang.

Dari daftar yang dirilis, tidak menunjukan banyak perubahan. Nama-nama seperti Lee Chong Wei (tunggal putra), Carolina Marin (tunggal putri), Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong (ganda putra), Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (ganda putri), dan Zhang Nan/Zhao Yunlei (ganda campuran) menjadi unggulan pertama di masing-masing sektor.

Sementara pebulutangkis Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi unggulan tertinggi asal Indonesia dengan mengisi plot unggulan kedua di sektor ganda putra.

Namun, unggulan teratas pebulutangkis ternyata tidak mutlak membuat pemain tersebut bisa meraih medali emas dengan mudah. Bahkan pemain yang tidak diunggulkan sekalipun bisa memutar balikan prediksi dengan tampil sebagai yang terbaik.

Dalam sejarahnya, sudah ada beberapa catatan pemain non unggulan mampu menjadi juara semenjak cabang tepok bulu dipertandingkan pertama kali pada Olimpiade 1992 di Barcelona.

Berikut INDOSPORT menyajikan pemain non unggulan yang sukses meraih emas Olimpiade:


1. Alan Budikusuma (Barcelona 1992)

Alan Budikusuma meraih medali emas Olimpiade 1992 di Barcelona.

Mantan pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Alan Budikusuma, merupakan pemain yang ketika itu tidak diunggulkan dalam perebutan medali emas.

Penurunan prestasi yang ia alami pada awal tahun 90'an membuat Alan diragukan bisa berprestasi pada Olimpiade 1992 di Barcelona.

Namun kenyataannya, di luar perkiraan Alan bisa menembus hingga babak final melawan unggulan pertama yang juga berasal dari Indonesia, Ardy B. Wiranata.

Tidak ingin kalah dengan sang kekasih Susi Susanti yang berhasil mempersembahkan emas, Alan tampak terpacu untuk memenangkan pertandingan.

Alhasil, kerja keras dan keberuntungan Alan, membuat dirinya dan Susi Susanti membuat Indonesia Raya berkumandang di Barcelona.


2. Taufik Hidayat (Athena 2004)

Taufik Hidayat meraih medali emas pada Olimpiade 2004 di Athena.

Pada Olimpiade 2004, putra terbaik Indonesia lainnya Taufik Hidayat membuktikan bahwa pemain non unggulan tetap bisa menjadi yang terbaik.

Mantan pemain yang kini menjabat sebagai wakil ketua III Satlak Prima tersebut menjawab berbagai keraguan dengan meraih medali emas tunggal putra Olimpiade 2004 di Athena.

Sempat mengalami serangkaian masalah jelang Olimpiade bergulir, Taufik menunjukan jika dirinya mampu meraih prestasi tertinggi bersama pelatih tercinta Mulyo Handoyo.

Taufik akhirnya bisa mencapai partai puncak dan mengalahkan unggulan ketujuh asal Korea Selatan, Shon Seung Mo, dan membawa pulang medali emas.

Dengan penuh emosi, Taufik yang merupakan unggulan pertama pada Olimpiade 2000 di Sidney dengan bangga menyatakan jika emas yang ia raih untuk Indonesia dan sang pelatih.


3. Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung (Beijing 2008)

Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung meraih medali emas pada Olimpiade 2008 di Beijing.

Pasangan Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung, secara mengejutkan meraih medali emas untuk sektor ganda campuran pada Olimpiade 2008 di Beijing. Pasangan yang tidak diunggulkan ini mampu merangkak hingga partai final dan merebut gelar juara.

Hebatnya, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung mengalahkan unggulan pertama asal Indonesia, Nova Widiyanto/Liliyana Natsir, yang harus puas mendapatkan medali perak.

Gelar yang didapat Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung semakin spesial karena Lee Yong Dae mencatatkan rekor sejarah sebagai salah satu pemain usia muda yang berhasil meraih medali emas Olimpiade. Saat itu Lee Yong Dae diketahui baru menginjak usia 19 tahun.

OlimpiadeTaufik HidayatLee Yong DaeOlimpiade 2016Alan BudikusumaLee Hyo Jung

Berita Terkini