x

Suharso Suhandinata, Anak Bos Rokok yang Jadi Diplomat Bulutangkis

Selasa, 20 September 2016 15:26 WIB
Penulis: Ivan Reinhard Manurung | Editor: Galih Prasetyo

Bila menyebut atlet-atlet legendaris olahraga bulutangkis, kebanyakan dari kita mungkin lebih mengenal nama-nama seperti Susi Susanti, Alan Budikusuma, Rudi Hartono Kurniawan, dan Liem Swie King.

Namun, bila disebut nama Suharso Suhadinata, mungkin hanya sedikit dari kita yang mengetahui kiprahnya di dunia bulutangkis. Padahal, ia merupakan salah satu tokoh penting dalam olahraga bulutangkis, tidak hanya di Indonesia, namun juga internasional.

Salah satu peranan penting yang dilakukannya dalam dunia bulutangkis adalah dengan menyatukan dua organisasi bulutangkis internasional yang sedang berseteru di jamannya, yaitu,  International Badminton Federation (IBF) dengan Badminton World Federation (BWF).

Hari ini, tepatnya satu abad yang lalu, tokoh bulutangkis legendaris itu pun merayakan hari lahirnya. Sayang, kini ia sudah tidak lagi bersama kita karena pada 12 November 2010 lalu, Suharso menghembuskan napas terakhirnya.

Kini, dalam rangka memperingati hari lahirnya, INDOSPORT coba menghadirkan perjalanan karier hidup seorang Suharso Suhandinata dalam perjuangannya untuk olahraga bulutangkis:


1. Anak saudagar tembakau

Suharso Suhandinata, tokoh bulutangkis Indonesia.

Suharso Suhadinata merupakan salah saorang tokoh etnis China yang lahir dan bermukim di Indonesia. Ia lahir di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat pada 20 September 1916 silam.

Ia merupakan anak ketiga dari tujuh orang bersaudara dari pasangan Souw Swie Koen dan Gouw Kwie Tjie. Ayahnya sendiri merupakan salah satu saudagar tembakau yang terkenal di kota Bandung saat itu.

Dikutip dari buku berjudul, Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia karya Drs. Sam Setyautama, pria yang memiliki nama China, Souw Han Seng ini sudah mulai merantau ke luar negeri sejak berumur 17 tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah Tiong Hoa Hwee Koan (THHK), Bandung, Suharso pergi ke Hongkong, China untuk menimba ilmu di La Salle College.

Tidak butuh lama, dua tahun berselang, Suharso pun mampu menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Bandung guna membantu usaha kedua orangtuanya. Setelah itu, pada 1947 ia pun merantau ke Jakarta dan membuat sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi bahan-bahan bangunan, seperti paku, kawat, dan lain-lain.


2. Kecintaan pada bulutangkis

Tokoh bulutangkis Indonesia, Suharso Suhandinata.

Meskipun sudah berhasil menjadi seorang pengusaha sukses, Suharso ternyata tidak bisa melupakan kecintaannya pada olahraga bulutangkis yang ia geluti ketika remaja. Hal itu ia buktikan dengan menjadi pimpinan PB Tangkas, salah satu klub badminton pada 1962.

Ada kisah menarik dibalik penunjukan Suharso sebagai pimpinan PB Tangkas saat itu. Pasalnya, ketika Suharso diminta menjadi pimpinan, para pendiri PB Tangkas berencana membubarkan klub yang sudah dibentuk pada 21 Februari 1951 tersebut.

Namun, karena kecintaannya pada bulutangkis, Suharso pun berani menjadi pimpinan PB Tangkas dan memindahkan pusat latihan ke daerah rumahnya di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Sejak saat itu, PB Tangkas pun berkembang menjadi klub bulutangkis yang menghasilkan nama-nama besar, diantaranya Icuk Sugiarto, Ricky Soebagdja, dan Liliyana Natsir.

Kesuksesannya menjadi pimpinan PB Tangkas pun membuat pihak PBSI menariknya menjadi salah satu anggota pengurus. Hanya dalam waktu kurun satu tahun, tapatnya 1968, Suharso pun mampu menduduki kursi Wakil Ketua Umum PBSI.

Pada 1975, ia pun diangkat menjadi anggota tetap International Badminton Federation (IBF) dan bertemu dengan Dick Sudirman yang nantinya namanya diabadikan menjadi kompetisi beregu bergengsi, Piala Sudirman.

Selama aktif di IBF, salah satu perjuangan besar yang dilakukan oleh Suharso adalah membuat olahraga bulutangkis menjadi salah satu cabor yang dipertimbangkan untuk tampil di ajang Olimpiade. Harapan itu pun akhirnya terwujud saat Olimpiade di Barcelona pada 1992 silam.


3. Pemersatu badan bulutangkis Internasional

Suharso Suhandinata mampu mempersatukan IBF dan WBF pada 1981 silam.

Terobosan besar pernah dilakukan oleh Suharso di bidang bulutangkis yakni saat ia mampu menjadi jembatan penghubung antara dua badan bulutangkis dunia, yaitu IBF dan Badminton World Federation (BWF).

BWF sendiri merupakan pecahan dari IBF yang didirikan oleh China pada Februari 1978 di Hongkong. Sebanyak 22 negara yang berasal dari Asia dan Afrika pun turut menjadi bagian dari federasi tersebut.

Berdirinya organisasi itu sendiri tidak lepas dari kekecewaan negara-negara yang bergabung dengan BWF dengan beberapa keputusan IBF. Salah satunya adalah keputusan IBF yang menolak mengeluarkan asosiasi bulutangkis Afrika Selatan karena kasus politik apartheid.

Di tengah konflik tersebut, Suharso muncul sebagai pemersatu dua organisasi itu. Ia rajin menghadiri berbagai rapat-rapat internasional antara negara-negara IBF maupun BWF. Hasilnya, hanya tiga tahun setelah memutuskan keluar dari IBF, negara-negara anggota BWF pun kembali menjadi anggota IBF pada sebuah kongres tertanggal 26 Mei 1981.

Atas kehebatannya tersebut, Suharso pun mendapat julukan Diplomat Bulutangkis. Kepiawaiannya dalam berdiplomasi pun membuat banyak pihak menyamakan dirinya dengan mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, salah satu pendiri organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).


4. Diabadikan jadi nama kejuaraan

Suhandinata Cup, merupakan bentuk penghormatan BWF untuk Suharso Suhandinata.

Jasa-jasa yang diberikan oleh Suharso semasa hidupnya tentu tidak bisa kita lupakan. Untuk itu, pada 2008 silam, lewat Council Meeting Badminton World Federation (BWF) sepakat mengganti nama turnamen beregu World Junior Team Championship menjadi Suhadinata Cup, yang diambil dari namanya.

Keputusan itu pun membuat Indonesia telah memiliki dua orang legenda bulutangkis yang namanya diabadikan menjadi kejuaraan bulutangkis Internasional, setelah sebelumnya Dick Sudirman juga diabadikan namanya menjadi Piala Sudirman.

Ketika masih hidup, almarhum Suharso pun merasa apa yang di dapatnya merupakan sesuatu yang luar biasa dan tidak banyak orang yang bisa mendapat kehormatan seperti itu.

"Saya sangat senang dengan penghargaan ini. Ini mengandung makna yang dalam. Selain itu tidak sembarangan orang bisa seperti ini," tuturnya seperti dikutip dari Bola.

Suhadinata Cup pertama kali digelar pada 2008 di India. Kemudian di 2009, kejuaraan ini dipertandingkan di Negeri Jiran, Malaysia.

BWFPBSIIBFIn Depth SportsSuharso Suhandinata

Berita Terkini