x

5 Petenis Muda yang Siap Merusak Dominasi Andy Murray di Tahun 2017

Senin, 2 Januari 2017 04:26 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning

Tahun 2016 boleh jadi menjadi tahun yang spesial bagi Andy Murray. Petenis asal Skotlandia yang baru-baru mendapatkan gelar bangsawan Inggris Raya sukses melahap mayoritas kejuaraan ternama dunia.

kemenangan di Beijing, Shanghai, Wina, Paris, dan London memantapkan statusnya sebagai salah satu yang terbaik di dunia tenis pria. Terakhir, ia menerima penghargaan BBC Sportsmanship of the Year atas dedikasinya baik bagi individu maupun negaranya.


Andy Murray tak bisa bersantai di tahun 2017 ini. Sejumlah petenis muda siap memutus rantai kejayaannya.

Namun demikian, Murray tidak bisa kendurkan semangat juangnya. Sebab, dalam 12 bulan ke depan, dia akan menghadapi kesulitan dalam mempertahankan gelar petenis pria nomor 1 dunia.

Roger Federer dan Rafael Nadal yang selama ini menjadi pesaing terdekatnya sudah pasti akan berupaya menyingkirkan Murray dari puncak performa. Selain dua nama itu, masih ada Stanislas Wawrinka, Milos Raonic, dan Kei Nishikori yang siap menjadi kuda hitam di turnamen-turnamen bergengsi tahun ini.

Petenis-petenis muda berikut juga dipastikan bakal menjadi batu sandungan bagi Murray yang ingin mengulang kejayaannya di dunia tenis. INDOSPORT memprediksi siapa saja petenis muda yang bakal mengganggu perjalanan karier Murray tahun 2017 ini.


1. Alexander Zverev - 19 tahun

Alexander Zverev

Baru berusia 19 tahun, Alexander Zverev adalah petenis termuda yang masuk dalam jajaran 100 besar atlet tenis terbaik. Dia dianggap sebagai salah satu talenta paling berpotensi di planet ini.

Di awal tahun 2016, Zverev memulai petualangannya di peringkat ke-83. Namun jelang akhir tahun, peringkatnya naik ke angka 24 setelah memenangi turnamen ATP pertamanya di St. Petersburg, Rusia.

Keberhasilannya itu bahkan membuat dirinya menjadi orang paling muda yang memenangi gelar tur sejak Kei Nishikori dan Marin Cilic melakukannya tahun 2008 silam.

Petenis berkebangsaan Jerman itu mengalahkan Stanislas Wawrinka di final turnamen ATP, yang sekaligus menambah gelarnya di ajang Amerika Terbuka.

Tidak hanya itu saja, ia tercatat berhasil mengalahkan nama-nama tenar seperti Roger Federer, Tomas Berdych, Marin Cilic, Dominic Thiem, Gilles Simon, Grigor Dimitrov, David Goffin, dan John Isner.


2. Grigor Dimitrov - 25 tahun

Grigor Dimitrov

Grigor Dimitrov memang bukan nama baru di dunia tenis. Atlet asal Bulgaria yang mendapat julukan 'Baby Fed' karena kemiripan gayanya dengan Roger Federer itu sudah mencuri perhatian penikmat tenis sejak dua tahun lalu.

Prestasi terbaiknya adalah di ajang Wimbledon tahun 2014. Dimitrov melaju hingga babak semifinal usai mengalahkan Andy Murray, yang membuat ranking-nya meroket jauh ke posisi 8 dunia.

Sayang, kecemerlangannya tidak berlanjut di 18 bulan kemudian. Tahun 2016 bahkan ia harus rela peringkatnya turun ke posisi 28.


Grigor Dimitrov kabarnya sempat berpacaran dengan Ana Ivanovic meski akhirnya putus.

Dimitrov sempat mencoba peruntungan dengan mengganti pelatih yang sedianya Roger Rasheed menjadi Franco Davin. Tidak mengalami perkembangan berarti, ia menunjuk Daniel Vallverdu, mantan pelatih Andy Murray, bulan Juli tahun lalu.

Setelah itu, performanya mulai membaik. Dimitrov memang kalah oleh Marin Cilic di ajang olimpiade, namun dia mengamuk dengan mengalahkan Stanislas Wawrinka, Milos Raonic, Rafael Nadal, dan Lucas Pouille. Hasilnya, peringkatnya pun naik lagi di tangga ke-17.

Memasuki tahun 2017 ini, dengan arahan Vallverdu, Dimitrov berpeluang untuk terus menunjukkan peningkatan performa. Andy Murray wajib mewaspadai semangat juang Dimitrov jika tidak ingin kesuksesannya direbut.


3. Thanasi Kokkinakis - 20 tahun

Thanasi Kokkinakis

Bakat muda Australia di cabang tenis kembali bermunculan. Setelah Patrick Rafter, Lleyton Hewitt, dan Mark Philippoussis, Negeri Kangguru kini berharap pada Thanasi Kokkinakis.

Petenis berusia 20 tahun itu tidak sendiri. Dia ditemani oleh Nick Kyrgios yang juga memiliki potensi besar di era mendatang.

Kokkinakis yang berdarah Yunani itu boleh dibilang kurang mendapat sorotan positif di dunia tenis. Selain karena gagal membuat kejutan saat tumbang di tangan Rafael Nadal di turnamen Wimbledon, ia juga sedikit mengikuti kejuaraan tenis bergengsi.


Thanasi Kokkinakis saat berlaga di turnamen ATP.

Kendati demikian, banyak pemerhati tenis menilai Kokkinakis mempunyai bakat istimewa yang tak kalah hebat dengan Kyrgios. Jika tidak mengalami cedera bahu, mungkin kariernya di tahun 2016 bisa jauh lebih baik lagi.

Cedera bahu yang ia alami memaksanya absen selama kurang lebih 7 bulan. Ketika melakukan comeback, Kokkinakis langsung tumbang oleh Gastao Elias di ajang Olimpiade. Kegagalannya dinilai karena belum bisa langsung nyetel pasca sembuh dari cedera.

Kini, ia sudah sembuh total dan akan kembali ke lapangan bulan Januari tahun 2017. Turnamen bergengsi terdekat, Apia International, di Sydney akan dijadikannya sebagai ajang pembuktian sebelum berlaga di ajang yang lebih bergengsi lagi, Australia Terbuka di Melbourne.

Kelebihannya ada pada kekuatan servisnya. Kokkinakis memiliki forehand yang sangat baik. Oleh karena itu, ketika bahunya bermasalah, dia gagal menunjukkan kehebatan terbaiknya.


4. Kyle Edmund - 21 tahun

Kyle Edmund

Jika Andy Murray adalah petenis nomer 1 di Inggris Raya, maka Kyle Edmund adalah nomer 2. Tidak ada yang menyenangkan memang menjadi nomer dua, maka dari itu, Edmund sudah siap untuk meruntuhkan kesuksesan Murray tahun ini.

Performanya mulai diperhitungkan saat berlaga di Piala Davis. Banyak pihak yang menilai jika masih banyak yang bisa 'ditawarkan' dari petenis berusia 21 tahun tersebut.


Kyle Edmund dan Andy Murray pernah bertanding di satu arena.

Dalam enam bulan pertamanya di tahun 2016, dunia tenis langsung menaruh hormat pada Edmund. Banyak yang tidak menyangka, dan di sisa tahun, kekuatan dan kecemerlangannya terus berkembang.

Hasil paling baik yang ia raih adalah saat Edmund mencapai ronde ke-4 turnamen Amerika Serikat Terbuka bulan Agustus. Dia menyingkirkan Richard Gasquet dan John Isner, dua kuda hitam di tenis.

Satu bulan sebelumnya, ia mendapat kesempatan untuk 'belajar' langsung dengan seniornya, Andy Murray. Berlaga di Belgrade, ia diduetkan dengan Murray di bawah panji Britania Raya, dan sanggup menembus babak semifinal Piala Davis.

Murray bahkan sempat memberikan sanjungan kepada Edmund. Ia mengatakan jika Edmund adalah 'salah satu senjata ampuh di tenis'. Selebihnya, tergantung bagaimana Edmund menjalani tahun 2017.


5. Stefan Kozlov - 18 tahun

Stefan Kozlov

Amerika Serikat pernah berjaya dan kerap mendominasi tenis pria. Tapi sejak 2003 silam, tidak ada satu pun atlet Amerika, baik itu pria ataupun wanita, kembali memenangi Grand Slam.

Tepat 13 tahun silam sejak Andy Roddick memenangi Amerika Serikat Terbuka di tahun tersebut. Andre Agassi juga 'menolong' muka Negeri Paman Sam di mana 8 bulan sebelumnya memenangi Australia Terbuka.

Harapan untuk memiliki petenis andal terbuka lebar karena Amerika Serikat memilik sejumlah talenta muda yang diprediksi bakal bersinar, cepat atau lambat. Salah satunya adalah Stefan Kozlov.

Di usia 18, ia mengakhiri tahun 2016 di urutan 116 petenis pria terbaik dunia. Jika pembaca INDOSPORT menganggap remeh raihan ini, sebaiknya pikir ulang lagi. Sebab, sejak memulai karier tenisnya, ia naik lebih dari 200 tingkat, dari posisi 351.

Kozlov memulai karier juniornya dengan mengikuti turnamen di tahun 2004. Setelah itu, ia selalu ikut serta di tiap turnamen kelompok usia, hingga akhirnya terjun ke dunia tenis profesional tahun 2013.

Sebelumnya ia sempat diprediksi tidak akan sukses karena faktor tinggi badan. Petenis muda kelahiran Makedonia itu, buktinya, sanggup untuk bersaing dengan petenis-petenis lain yang usianya lebih tua dan memiliki fisik yang lebih menunjang.

Dilatih oleh Stanford Boster, mantan pelatih Andy Roddick dan Mardy Fish, Kozlov bertekad untuk terus memperbaiki peringkatnya, dan jika perlu, mengganggu dominasi Murray.

Rafael NadalAndy MurrayRoger FedererGrigor DimitrovKyle Edmund

Berita Terkini