x

5 Penyebab Merosotnya Kekuatan Praveen/Debby di Atas Lapangan

Sabtu, 29 April 2017 16:21 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Ramadhan
Praveen Jordan/Debby Susanto stelah pertandingan.

Praveen/Debby belum mampu memenuhi ekspektasi PBSI yang menurunkan keduanya di ajang Badminton Asia Championship atau Kejuaraan Asia 2017 di Wuhan, China.

Jadi andalan di sektor ganda campuran setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir batal tampil di ajang tersebut, Praveen/Debby justru menuai hasil yang cukup mengecewakan. Praveen/Debby gagal membawa pulang gelar dari ajang tersebut.

Mereka tumbang dari wakil China, Wang Yilyu/Huang Dongping dengan skor 22-24 dan 19-21 pada babak perempatfinal. Jadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa, kekalahan mereka tentunya memupus harapan Tanah Air untuk mencuri gelar dari kejuaraan itu.

Padahal sebelumnya, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti, sempat menyebut jika Praveen/Debby dan ganda putra, Angga Pratama/Ricky Karanda menjadi andalan di Kejuaraan Asia 2017.

Selepas juara di All England 2016, Praveen/Debby belum sekalipun meraih gelar juara lainnya hingga kini memasuki tahun 2017. Yang terjadi justru penampilan keduanya yang mengecewakan di berbagai ajang turnamen, tak cuma Super Series, bahkan saat dimainkan di ajang sekelas Grand Prix Gold, Praveen/Debby urung menjadi juara.

Tengok saja di ajang All England 2017 kemarin. Berstatus juara bertahan, Praveen/Debby justru angkat koper di babak awal saat kembali bertarung di Barclaycard Arena, Birmingham. Hasil tersebut tentu mengecewakan mengingat Praveen/Debby terus digadang-gadang sebagai penerus pasangan medali emas Olimpiade Rio 2016, Tontowi/Liliyana.

Penampilan kurang maksimal Praveen disebut-sebut sebagai penyebab besar mandeknya prestasi mereka. Hal tersebut juga sempat diungkapkan Susy Susanti yang menilai Praveen harus bisa tampil lebih baik ketimbang saat ini jika masih berharap mencicipi gelar juara lainnya.

Berikut INDOSPORT merangkum beberapa kekurangan Praveen Jordan yang tidak mampu mengimbangi penampilan baik Debby Susanto saat berada di atas lapangan.


1. Kalah Cerdik

Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto di ajang Asia Championships 2017.

Dengan tinggi badan menjulang 183 cm, Praveen memang memiliki kelebihan dengan jump smash dan pukulan smash-nya yang keras. Namun hal tersebut sama sekali tak menjamin ia mampu mematikan lawan dengan mudah mengingat para kompetitor ramai-ramai mempelajari kelebihan pasangan Praveen/Debby usai secara tak terduga sukses merebut gelar All England 2016.

Kini Praveen/Debby bukanlah pasangan underdog lagi yang kekuatannya mengejutkan dan tak disangka-sangka. Banyaknya lawan yang mempelajari gaya mainnya tentu membuat Praveen tak boleh terus-menerus hanya mengandalkan smash kencangnya semata saat berada di atas lapangan.

Lawan akan semakin cerdik dan tak akan mudah memberikan bola-bola gampang kepada pebulutangkis kelahiran 26 April 1993 tersebut, yang akan menjadi santapan empuk baginya.

Buktinya, pemain ganda campuran lain seperti pasangan ganda putra Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai mampu menumbangkan dan mematikan smash keras Praveen Debby di ajang Swiss Open Grand Prix Gold 2016 lalu.


2. Kurang Lincah

Praveen Jordan dan Debby Susanto

Susy Susanti sempat menyebut kurang lincahnya Praveen Jordan di atas lapangan harus diperbaiki jika ia ingin mengimbangi permainan Debby yang sudah baik dan kembali meraih gelar juara.

Meski memiliki postur ideal, namun kegesitan Praveen di atas lapangan justru masih kalah ketimbang lawan lainnya yang memiliki postur tubuh lebih kecil.

“Dia punya badan besar, harusnya Praveen bisa lebih lincah lagi harus bisa cover 3/4 lapangan khususnya untuk mixed doubles saat pemain putrinya dicecar ya harus diperkuat dengan pemain putranya harus cerdik dan harus lincah,” ujar Susy Susanti kepada INDOSPORT.

Hal tersebut tentunya merugikan pasangan tersebut saat berada di atas lapangan karena sebagai pemain pria, Praveen memang harus mampu mengimbangi dan 'melindungi' Debby. Terlebih saat sang partner dalam tekanan lawan, di situlah tugas Praveen untuk mampu tampil lincah dan membantu.

Selain kekuatan smash kencang, Praveen tentunya harus mampu membaca gaya permainan tiap lawan yang dihadapinya di lapangan. Beberapa kali Praveen terlihat kurang mampu tampil lincah saat berhadapan dengan lawannya yang dalam tanda kutip sudah mengantongi gaya permainan termasuk kekuatan dan kelemahannya.


3. Tak Mau Belajar dari Kesalahan

Praveen Jordan dan Debby Susanto (All England Open 2017).

Untuk pemain di level Praveen/Debby istilah penurunan kekuatan usai menjuarai ajang All England 2016 semestinya tak boleh terjadi. Keduanya harus mampu menjaga konsistensi dan tentunya mau terus belajar dan mengenal betul kekuatan lawan saat berada di lapangan.

Saat menjuarai All England 2016, Praveen/Debby berstatus sebagai underdog yang kekuatannya belum banyak diketahui lawan sehingga mereka mampu tampil mengejutkan. Selepas itu, hampir seluruh sektor ganda campuran akan mempelajari gaya permainan sang juara All England tersebut.

Mengandalkan satu kelebihan tak akan cukup dan sulit untuk membuat Praveen/Debby kembali merengkuh gelar juara. Terutama untuk Praveen yang dianggap masih tampil di bawah kualitas Debby, tentunya ia harus lebih mampu membaca dan memahami pergerakan lawan saat berada di lapangan dan bisa mengambil keputusan penting.

“Mungkin saya lihat Praveen punya spesial smash kencang tapi semua lawan pelajari cara main dia sehingga punya smash kencang saja itu tidak cukup,” tegas Susy saat dimintai keterangan mengenai bakat istimewa Praveen.

Di ajang Kejuaraan Bulutangkis Asia 2017 ini saja, Praveen lebih sering melakukan kesalahan sendiri seperti pengembalian yang melebar dari lapangan. Hal itulah yang justru membuat ia dan Debby sering kehilangan banyak poin hingga akhirnya kalah. Dan Praveen sepertinya tak belajar dari kesalahan-kesalahan yang berulang kali ia lakukan.


4. Salah strategi

Praven Jordan dan Debby Susanto saat berhadapan dengan Chris Adcock dan Gabrielle Adcock di BWF Dubai World Series.

Kesalahan strategi saat menghadapi lawan di atas lapangan bukan hanya menjadi tanggung jawab sang pelatih semata. Pemain juga harus mampu mengatur ritme permainan dan mengatur strateginya sendiri, terlebih untuk kategori mixed double, komunikasi, dan konsistensi kekompakan saat menghadapi lawan harus terus dipertahankan.

Praveen tampaknya belum mampu mem-back up Debby dan justru kerap kali melakukan kesalahan sendiri di atas lapangan atau membuat lawan terlalu mudah membaca gaya permainannya. Baik Praveen maupun Debby harus menyadari posisi dan tanggung jawab masing-masing saat menghadapi lawan di atas lapangan.

Saat merasa strategi yang diterapkan pelatih tak berjalan baik semestinya mereka memiliki inisiatif untuk melakukan improvisasi dan membaca kekurangan lawan.

Terlebih untuk Praveen yang harus lebih bisa memancing lawan keluar demi mendapatkan bola-bola yang sesuai dari lawan agar mampu diselesaikannya dengan smash kencang

“Bukan cuma komunikasi tapi harus lebih kompak, lebih banyak mancing bola karena Praveen kan mengincar untuk dapat bola enak keduanya harus tau tanggung jawab masing-masing,” jelas Susy.


5. Mental

Praveen Jordan/Debby Susanto

Dari segi mental dan pengalaman Tontowi/Liliyana tak dipungkiri memang jauh lebih unggul dibandingkan Praveen/Debby. Mungkin dalam beberapa hal Praveen/Debby memiliki tekanan tersendiri karena menjadi ganda campuran penerus pasangan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 tersebut.

Baik Praveen maupun Debby harus bermain lebih tenang di atas lapangan dan tidak terebebani. Praveen/Debby perlu melakukan perbaikan dalam beberapa hal, meski baik Praveen maupun Debby mempunyai kemampuan komplit untuk meneruskan kejayaan Owi/Butet.

Praveen harus memperbaiki pertahanannya saat berada dalam tekanan terlebih ia merupakan pemain pria yang harus mendominasi penguasaan lapangan ketimbang Debby. Sementara Debby harus lebih memperbaki permainan netnya yang kadang masih terlalu gampang mengangkat bola 

PBSIPraveen Jordan/Debby SusantoIn Depth SportsBadminton Asia Championships

Berita Terkini