Mafia Sepakbola

(Analisis) 3 Faktor Mafia Sepakbola Tumbuh Subur di Indonesia

Rabu, 17 Juni 2015 09:59 WIB
Editor: Galih Prasetyo
© Joehanez Villa/INDOSPORT
 Copyright: © Joehanez Villa/INDOSPORT
Sepakbola Indonesia Belum Profesional

Harus diakui memang jika klub di Indonesia belum sepenuhnya menjadi klub yang profesional. Masih banyak klub di Indonesia yang dikelola secara tidak profesional sebut saja bagaimana banyak mess klub sepakbola yang diputus aliran listriknya karena belum membayar listrik, air PDAM yang juga ikut diputus karena tunggakan atau masalah yang sepertinya 'lumrah' di sepakbola nasional yakni soal gaji pemain. 

Klub di Indonesia memang mau tak mau, suka tak suka yang sebelumnya mendapat kucuran dana dari APBD sejak 1992 harus menjadi klub profesional sejak AFC pada 2008 mengeluarkan instruksi agar klub harus miliki lisensi klub profesional jika ingin berkompetisi dibawah naungan AFC. Instruksi inilah yang kemudian klub-klub menjadi kebakaran jenggot. 

Kondisi berbeda justru terlihat di Thailand. Sejak instruksi AFC itu diberlakukan, pada 2010 semua klub disana sudah mengantongi lisensi klub profesional. Maka tak mengherankan juga jika Thailand menjai raja sepakbola Asia Tenggara. 

Artinya dengan ketidakprofesionalan klub di Indonesia akan membawa pengaruh dengan dana klub. Klub mau tak mau harus membiayai semua biaya operasional dan administrasi dalam satu laga kompetisi, jika tidak dikelola secara profesional, lantas bagaimana hal itu berjalan maksimal? Kondisi yang bisa menjadi celah untuk mafia judi bermain. 

459