Cerita Produk Rokok yang Pernah 'Merajai' Sepakbola Indonesia

Selasa, 23 Agustus 2016 14:07 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto
 Copyright:
Liga Dunhill (1994-1996)

Sepakbola nasional pertama kali disponsori produk rokok ketika era Liga Indonesia tahun 1994-1996. Ketika itu, Dunhill menjadi sponsor utama kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Namanya pun berubah menjadi Liga Dunhill.

Dunhill harus menggelontorkan dana sebesar Rp4,5 miliar/musim untuk mensukseskan Liga Indonesia. Setiap tim juga mendapat dana subsidi sebesar Rp100 juta/klub.

Selain itu, Dunhill mengeluarkan dana sebesar Rp75 juta untuk klub yang berhasil menjadi juara, Rp50 juta untuk runner up, dan Rp25 juta untuk pemain terbaik.

Penunjukan Dunhill sebagai sponsor utama kompetisi sepakbola di Indonesia juga berdampak pada seluruh klub perserta. Para klub peserta wajib memasang nama produk rokok asal Amerika Serikat tersebut di depan jersey mereka masing-masing.

Di musim pertamanya, 1994-1995, Liga Dunhill diikuti 34 tim yang masing-masing terbagi dua wilayah, barat dan timur. Liga Dunhill, atau Liga Indonesia usai peleburan Perserikatan dan Galatama dengan berjalan sukses. Persib Bandung keluar sebagai juara usai menaklukan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 pada laga final.

Musim berikutnya, Liga Dunhill kembali digulirkan. Namun ada perbedaan dari musim sebelumnya.

Liga Dunhill musim 1995-1996 mengalami perubahan dalam hal jumlah peserta. Dari sebelumnya mencapai 34 tim, kali ini hanya ada 31 klub yang dibagi menjadi dua wilayah.

Wilayah barat dihuni 15 tim usai Persiku Kudus mundur dari Liga Dunhill. Lalu wilayah timur ditempati 16 tim.

Meski begitu, Liga Dunhill kedua berjalan sukses. Mastrans Bandung raya keluar sebagai juara setelah menaklukan PSM Makassar dengan skor 2-0 pada laga final.

600