Mengenal Istilah Akademi Klub, SSB, dan Program 'CSR' di Pengembangan Bakat Muda

Minggu, 30 Oktober 2016 13:22 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:

Ongkos yang besar dikeluarkan oleh sejumlah klub Eropa untuk bisa merekrut sejumlah pemain bintang. Tujuannya sudah pasti menjadikan klub jadi yang peling hebat. 

Namun strategi itu sudah usang. Sejak medio 2000-an, sejumlah klub Eropa lebih fokus pada program melahirkan bakat sepakbola yang keluar dari 'rahim' mereka sendiri. Selain bisa membuat klub bisa meraih prestasi gemilang, dari sisi bisnis, pemain atau 'produk' unggulan ini bisa mereka jual kepada klub yang masih fokus pada startegi pembelian pemain bintang. 

Untuk klub yang ingin hasilkan talenta berbakat, banyak program yang kemudian dihasilkan. Mulai dari akademi pemain, sekolah sepakbola (SSB) hingga pada program 'Corporate Social Responsibility' (CSR) klub tersebut dengan melakukan latihan bersama atau program foundation lainnya. 

Program-program pengembangan bakat di klub Eropa ini tentu saja membuat silau sejumlah pihak dari negara di luar Eropa yang ingin rentas karier di sana. 

Sayangnya, pemahaman atas perbedaan dari program klub-klub tersebut membuat hal tidak sedap bisa menghampiri mereka. Di Indonesia misalnya, sejumlah pemberitaan mengenai bakat muda di Indonesia yang berkarier di Eropa, tidak dijelaskan dengan jelas hingga menimbulkan kesan terlalu bombastis. 

Hal ini juga yang disorot oleh media Belanda, nos.nl lewat laporannya yang berjudul 'Hoe Ajax en Feyenoord flirten met te jonge buitenlandse talenten'. 

Didorong oleh hal tersebut, INDOSPORT coba memperkenalkan istilah-istilah tersebut hingga bisa menjadi bahan rujukan untuk bisa melihat dengan jelas perkembangan bakat muda Indonesia yang kini atau sedang berkarier di Eropa. 

135