Jelang HUT 88 Persija: Dukungan Lewat Tembok hingga Penyebaran Virus Oren
Street art merupakan salah satu kesenian yang memanfaatkan ruang publik sebagai media kreatifitas. Bukan merusak lingkungan atau fasilitas tetapi memanfaatkan ruang kosong yang suram menjadi lebih indah dengan goresan-goresan cat dan kata-kata.
Salah satu jenis street art yang paling popular adalah grafiti. Disebut grafiti karena karya seni yang dituangkan lebih banyak berupa kata atau ungkapan tertentu yang digoreskan di tembok, Wujud dan bentuk kata-kata tersebut kemudian dikembangkan sehingga mempunyai nilai seni.
Di dalam komunitas pecinta Persija, terdapat satu nama komunitas kreatif yang memanfaatkan tembok-tembok kosong sebagai media kreatifitas. Mereka menamakan diri sebagai Jak Street Art.
Jak Street Art atau JSA mulai terbentuk pada 2013 lalu. Jauh sebelum mereka berdiri, tepatnya pada 2007, salah satu perwakilan JSA, Agil, mengungkapkan bahwa mereka telah memulai mencoba mengekspresikan kecintaan terhadap Persija melalui coretan grafiti maupun mural.
Lebih lanjut Agil menjelaskan, awalnya mereka hanya menggunakan cat tanpa pylox maupun caps di setiap gambar yang mereka buat. Tepat enam tahun setelahnya, hobi mereka itu dijadikan sebagai komunitas street art pecinta Persija. Mereka menamakan diri sebagai Jak Street Art.
Bertempat tinggal di kawasan Arco, Parung, Bogor, JSA tumbuh sebagai komunitas art yang cukup terkenal di kalangan suporter Persija. Pada awalnya, mereka hanya beranggotakan empat orang. Tapi lambat laun seiring berjalannya waktu dan semakin terkenalnya gambar-gambar grafiti mereka, hingga saat ini, kata Agil, anggota mereka mencapai 30 sampai 40 orang. Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 20 orang yang aktif untuk menyalurkan hobi mereka.
"Dulu di tempat kita, cuma ada empat orang penggemar Persija, termasuk saya. Untuk sekarang sih sudah banyak, dan teman-teman di luar (JSA) pun masih banyak yang ingin gabung," tutur Agil ketika dihubungi INDOSPORT.