Jelang HUT 88 Persija: Dukungan Lewat Tembok hingga Penyebaran Virus Oren
Grafiti sering kali dipandang sebagai bentuk pencarian identitas anak muda atau untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka.
Grafiti biasanya hadir sebagai eksistensi mereka terhadap tanda zaman yang diwakili oleh tren gaya hidup, dan hal ini lebih kuat tercermin daripada menunjukkan identitas mereka yang sarat ideologi keberbedaan.
Namun pencarian eksistensi tersebut tidak berlaku bagi JSA. Agil menceritakan, bahwa komunitasnya hanya sekedar meluapkan hobi mereka melalui coretan di tembok ketimbang mencari eksistensi belaka.
Grafiti buat JSA, lanjut Agil, merupakan bentuk dukungan dan kecintaan mereka terhadap tim Macan Kemayoran. Tidak hanya dukungan, JSA juga kerap menyampaikan kritikan terhadap manajemen Persija melalui coretan-coretan yang kreatif.
"Kita gambar untuk menujukkan kecintaan dan support kita lewat street art, kadang-kadang juga ada sindiran buat manajemen, sentilan aja, seperti 'Our Culture Is Not For Sale', 'Supporter Not Customer'", ujar Agil.
Sebagai bentuk perayaan terhadap hari jadi Persija, menurut Agil, mereka telah merampungkan dua grafiti yang baru saja selesai digarap. Namun Agil menjelaskan, gambar-gambar grafiti yang dibuat oleh JSA tidak harus menjelang momen-momen penting tertentu saja.
"Gambar (grafiti) seperti ini tidak harus pas ulang tahun Persija saja. Namun karena latar belakang (JSA) komunitas street art, itu merupakan salah satu cara kita merayakan hari jadi persija," ucap Agil.
Menunjukkan kecintaan terhadap Persija lewat cara yang kreatif sudah menjadi kewajiban bagi JSA. Bagi Agil, latar belakang para anggota yang lihai dalam menggambar telah menjadi pionir bagi komunitas suporter klub-klub Indonesia lainnya untuk melakukan hal yang serupa. Apalagi, jika ditotal, menurut Agil, JSA telah membuat sedikitnya 50-an karya grafiti yang kesemuanya bertemakan tentang Persija.
"Sekarang di klub-klub lain mulai bermunculan komunitas yang sama seperti kita. Sudah biasa (suporter) Jakarta menjadi role model-nya suporter di Indonesia," cerita Agil sambil bercanda.